Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (03/11/2021) : Pasar Obligasi Diproyeksi Melemah Terbatas

ANALIS MARKET (03/11/2021) : Pasar Obligasi Diproyeksi Melemah Terbatas

15
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi masih mencatatkan pelemahan pemirsa secara harga, yang otomatis mendorong yield untuk mengalami kenaikkan.

Situasi dan kondisi yang dirundung dengan ketidakpastian membuat pelaku pasar dan investor tampaknya ragu untuk membuat keputusan, oleh sebab itu menunggu merupakan keharusan.

Pertemuan Bank Sentral Australia yang terlihat dovish menjadi sebuah signal tersendiri, bahwa ternyata tampaknya Bank Sentral Australia sendiri belum siap untuk menaikkan tingkat suku bunga, karena ditopang oleh rendahnya inflasi.

Sikap Bank Sentral Australia kemarin penuh dengan kehati hatian, karena mereka melihat pemulihan masih akan berjalan lambat dan akan terus memberikan sikap yang akomodatif.

Hal ini yang berbeda dan bertolak belakang dengan pertemuan Bank Sentral Amerika hari ini pemirsa, yang dimana konon katanya pengumuman Taper Tantrum akan segera disampaikan.

Seperti yang selalu kami sampaikan, hari ini atau nanti, kita tentu harus hadapi ini. Ditengah situasi dan kondisi saat ini, lelang kemarin juga cukup menyenangkan, karena nominal yang paling banyak di menangkan adalah obligasi jangka menengah 15y. Tentu hal ini memberikan kesempatan kepada pelaku pasar untuk tetap focus terhadap obligasi jangak pendek, namun tetap tidak menghilangkan potensi memaksimalkan keuntungan.

Yuk focus terhadap pertemuan Bank Sentral The Fed hari ini.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Rabu (03/11/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.BIJAKNYA AUSTRALIA

Dalam pertemuan Bank Sentral Australia kemarin, pada akhirnya Bank Sentral Australia memutuskan untuk tidak mengubah tingkat suku bunganya. Bank Sentral Australia juga berjanji untuk masih terus melakukan pembelian obligasinya dengan nilai $4 miliar per minggu hingga pertengahan bulan February 2022 mendatang, namun meskipun pembelian obligasi tetap dilakukan, control yield target untuk obligasi pemerintah akan di hentikan pada bulan April 2024 mendatang. Sejauh ini Lowe mengatakan bahwa perekonomian Australia mulai kembali pulih setelah sebelumnya terhambat adanya Covid 19 variant Delta, namun penetrasi vaksin terus dilakukan sehingga pemulihan ekonomi kembali kepada jalurnya. Proyeksi pertumbuhan ekonomi akan berada di 3% pada tahun 2021, dan 5.5% pada tahun 2022 dan 2.5% pada tahun 2023 mendatang. Beban pertumbuhan ekonomi akan berada pada sector kesehatan, namun demikian diyakini bahwa pelaku pasar dan investor akan terus melangkah maju dan yakin ekonomi Australia akan pulih lebih cepat dari yang diperkirakan. Ketenagakerjaan juga mulai pulih lebih cepat, karena lapangan pekerjaan meningkat dengan cepat. Tingkat pengangguran sendiri akan mengalami penurunan mencapai 4.25% pada akhir tahun 2022 mendatang dan 4% pada tahun 2023 mendatang. Hal ini tentu merupakan salah satu kabar yang sangat baik, karena meningkatnya lapangan pekerjaan mendorong menurunnya pengangguran. Inflasi juga diperkirakan masih akan terus mengalami peningkatan, meskipun pada dasarnya masih dalam keadaan rendah di 2.1%. Inflasi utama masih akan berada di 3%, yang dimana dipengaruhi oleh harga bensin yang lebih tinggi, dan harga property yang mengalami kenaikkan, serta gangguan pasokan global. Inflasi diperkirakan akan berada pada 2.25% pada tahun 2021, dan 2.5% pada tahun 2022 dan 2023 mendatang. Upah juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dan meningkat secara bertahap seiring dengan meningkatnya lapangan pekerjaan. Upah akan meningkat sebesar 2.5% hingga tahun 2022 mendatang dan 3% selama tahun 2023 mendatang. Kami melihat tampaknya Australia agak dovish kali ini, tidak seperti biasa, apakah mungkin karena sedang bertengkar dengan Prancis yang sms-nya tidak dibalas oleh Presiden Macron? Namun demikian, Bank Sentral Australia mengatakan bahwa ketidakpastian utama akan datang dari pasokan global dan nilai upah ketika pengangguran berada pada titik terendahnya. Saat ini situasi dan kondisi keuangan di Australia masih akan tetap akomodatif, dengan sebagian tingkat suku bunga pinjaman berada direkor terendahnya. Gejolak telah timbul, imbal hasil obligasi mengalami kenaikkan seiring dengan volatilitas pasar, ditambah lagi dengan nilai tukar yang mulai terapresiasi meskipun tidak banyak. Keputusan Bank Sentral Australia untuk menghentikan control target imbal hasil obligasinya merupakan bagian dari pulihnya perbaikan ekonomi dan menunjukkan kemajuan yang lebih awal dari proyeksi terkait dengan pemulihan ekonomi menuju target inflasi. Tampaknya hanya di Australia saja yang inflasi dipandang sebelah mata pemirsa, sedap! Sejauh ini diberbagai belahan dunia lainnya Bank Sentral masih berjibaku untuk melawan inflasi, Bank Sentral Australia mengatakan bahwa inflasi masih sangat terkendali, dan tingkat suku bunga saat ini juga merupakan tanggapan terhadap pergerakan inflasi. Dewan berkomitment untuk mempertahankan situasi dan kondisi moneter yang ada saat ini untuk mendukung tercapainya kembali pekerjaan penuh di Australia dan inflasi yang konsisten sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Meskipun inflasi mengalami peningkatan, namun secara ukuran masih rendah, dan bagi Australia, tekanan inflasi juga merupakan yang terendah dari berbagai negara lainnya. Dan ini kata kuncinya nih pemirsa, dimana pada akhirnya Dewan mengatakan bahwa mereka tidak akan menaikkan tingkat suku bunganya sampai inflasi secara akutal berkelanjutan mencapai rentang target 2% – 3%. Untuk mencapai hal tersebut, ini akan membutuhkan pasar tenaga kerja yang kuat untuk mendorong pertumbuhan upah sehingga naik lebih tinggi daripada nilai saat ini. Dewan masih akan terus bersabar untuk menunggu proyeksi inflasi mengalami kenaikkan setidaknya dapat lebih tinggi dari 2.5% pada akhir tahun 2023 mendatang, dan diharapkan upah tetap dapat mengalami peningkatan meskipun secara bertahap. Saat ini kami melihat spread imbal hasil obligasi antara 3y dan 10y terus mengalami kenaikkan hingga 10 bps setelah pidato tersebut dilakukan, sebagai bagian respon dan berhentinya kebijakan control imbal hasil obligasi. Meskipun demikian memang harus kita akui, sikap Bank Sentral Australia yang cenderung menunggu inflasi dan bersikap akomodatif harus kita hargai, karena memang begitu keadaannya. Tidak terburu buru dalam menaikkan tingkat suku bunga juga merupakan bagian dari kebijakan yang menopang dan mendorong pertumbuhan ekonomi Australia yang masih dapat dikatakan terakselerasi secara perlahan. Memang situasi dan kondisi perekonomian tidak separah Jepang yang dimana masih berkoordinasi dengan pemerintah barunya, Australia bahkan jauh lebih baik daripada itu. Well, Australia sudah menentukan sikap, dan akan terus mengamati perkembangan yang terjadi dalam beberapa saat kedepannya, dari pertemuan ini, yuk kita nantikan sikap dari The Fed selanjutnya yang dimana konon katanya mereka akan mengumumkan lho, kapan Taper Tantrum akan dilakukan.

Baca Juga :  ANALIS MARKET (27/8/2024) : IHSG Berpotensi Lanjut Koreksi

 


https://pasardana.id/news/2021/11/3/analis-market-03112021-pasar-obligasi-diproyeksi-melemah-terbatas/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here