Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (1/11), padahal ada kabar gembira dari dalam dan luar negeri. Pelemahan rupiah tersebut menjadi indikasi pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) di pekan ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% di Rp 14.170/US$. Tak perlu waktu lama, rupiah sudah menyentuh Rp 14.200/US$ atau melemah 0,25% pada pukul 9:06 WIB.
Dari dalam negeri, kabar gembira datang dari sektor manufaktur. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2 sekaligus menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya berarti ekspansi.
Rilis HIS Markit tersebut menunjukkan sektor manufaktur Indonesia meningkatkan ekspansinya di bulan Oktober yang tentunya berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia.
“Pelonggaran restriksi membuat sektor manufaktur Indonesia tumbuh hingga mencatat rekor baru. Penciptaan lapangan kerja tumbuh positif, kali pertama dalam empat bulan terakhir, sementara pembelian bahan baku naik dan mengukir rekor tertinggi,” papar keterangan tertulis IHS Markit.
Sementara itu dari luar negeri, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menurunkan level terkait Covid-19 untuk Indonesia. Berkat pengendalian Covid-19 yang baik, CDC berikan Indonesia Level 1 atau “rendah untuk penularan Covid”.
Warga AS kini dapat bepergian ke Indonesia. Meski begitu, melalui situsnya, CDC sangat merekomendasikan pelancong untuk divaksinasi lengkap sebelum bepergian ke Indonesia.
“Wisatawan harus mengikuti rekomendasi atau persyaratan di Indonesia, termasuk mengenakan masker dan menjaga jarak 2 meter (6 kaki) dari orang lain,” tulis CDC.
Selain AS, Australia juga mulai mengizinkan warga negaranya untuk berkunjung ke Indonesia. Keputusan ini diambil setelah Negeri Kanguru menurunkan level waspada perjalanan ke RI.
Awalnya Australia memberikan level tertinggi yakni 4 yang berarti “dilarang bepergian ke negara itu”, tetapi kini turun menjadi level 2 atau “butuh kewaspadaan tinggi”.
Meski banyak kabar baik, nyatanya pelaku pasar kini sudah berfokus pada pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia.
The Fed hampir pasti melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini, dan pengumumannya akan dilakukan pada pekan depan.
Tapering pernah terjadi pada tahun 2013, dan membuat kurs rupiah jeblok. Tetapi saat ini kondisinya berbeda denga 2013, fundamental Indonesia sudah jauh lebih baik.
Meski tetap saja pelaku pasar melakukan aksi wait and see, hingga mendapat kepastian kapan tapering resmi dilakukan dan seberapa besar. Rupiah pun kesulitan menguat.
Pasar saat ini melihat tapering paling cepat dilakukan pada pertengahan November dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan. Sehingga akan membutuhkan waktu 8 bulan hingga QE The Fed menjadi nol alias selesai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Ini Bukan Kabar Gembira, Rupiah Melemah ke Rp 14.200/US$ Lagi, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211101091830-17-287962/ini-bukan-kabar-gembira-rupiah-melemah-ke-rp-14200-us–lagi