Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,58% ke posisi 6.552,89, ada 5 saham batu bara dengan penurunan terbesar pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (1/11/2021).
Koreksi saham-saham batu bara terjadi seiring melorotnya harga komoditas batu bara dalam sepekan terakhir.
Berikut 5 besar saham batu bara yang paling melemah, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hari ini (1/11).
Harum Energy (HRUM), saham -2,30%, ke Rp 7.450/saham
Alfa Energi Investama (FIRE), -1,77%, ke Rp 555/saham
Golden Energy Mines (GEMS), -1,43%, ke Rp 4.130/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), -1,35%, ke Rp 292/saham
Bayan Resources (BYAN), -1,35%, ke Rp 25.650/saham
Dari data di atas, saham emiten milik taipan Kiki Barki HRUM menjadi yang paling melemah, yakni 2,30% ke Rp 7.450/saham. Dengan ini, saham HRUM sudah melemah selama 4 hari beruntun.
Alhasil, dalam sepekan saham ini ambles 6,88% dan dalam sebulan anjlok 14,61%.
Seiring dengan pelemahan saham HRUM, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih Rp 1,36 miliar di pasar reguler.
Kedua, saham FIRE turun 1,77% ke Rp 555/saham. Saham FIRE sempat naik 1,80% pada Jumat (29/10) pekan lalu, setelah terbenam di zona merah selama 4 hari beruntun atau sejak Senin (25/10) hingga Kamis (28/10).
Di bawah saham FIRE, ada saham Grup Sinarmas GEMS yang terkoreksi 1,43%, melanjutkan pelemahan sejak Jumat minggu lalu. Dalam seminggu saham GEMS turun 1,67%, tetapi dalam sebulan masih naik 7,27%.
Tidak ketinggalan, saham emiten Grup Northstar DOID dan saham emiten yang dikuasai taipan Low Tuck Kwong BYAN sama-sama melorot 1,35% pada perdagangan hari ini.
Harga batu bara anjlok pekan lalu. Sudah dua minggu beruntun harga si batu hitam turun drastis.
Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 154,9/ton. Ambles 10,12% dari hari sebelumnya.
Secara mingguan, harga komoditas ini ambrol 18.9%. Seminggu sebelumnya, harga rontok 20,86%.
Perkembangan di China membuat harga batu bara jatuh. Pemerintahan Presiden Xi Jinping memang sedang bernafsu untuk menurunkan harga batu bara.
China memang sangat merasakan dampak lonjakan harga batu bara, yang sejak akhir 2020 (year-to-date) masih membukukan kenaikan 89,48%. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.
Mahalnya harga dan menipisnya pasokan membuat sejumlah wilayah di China terpaksa melakukan pemadaman listrik bergilir. Ini menyebabkan gangguan produksi yang luar biasa.
Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menegaskan harga komoditas ini masih bisa turun lagi setelah melakukan investasi terhadap para produsen. “Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa biaya produksi batu bara masih jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasar spot,” sebut keterangan tertulis NDRC, tanpa menyebut lebih rinci faktor apa yang melatarbelakangi pernyataan itu.
Tidak hanya melakukan penyelidikan, upaya China menekan harga batu bara juga dilakukan dengan menambah pasokan. NDRC menyebut stok batu bara China pada akhir Oktober 2021 naik lebih dari 100 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 12,5 juta ton sudah ada di pembangkit listrik di wilayah China bagian timur laut, yang telah memasuki awal musim dingin.
“Melihat kondisi pengangkutan di jalur kereta api dan pelabuhan, stok batu bara nasional akan semakin bertambah,” lanjut keterangan tertulis NDRC.
Perkembangan di China sepertinya membuat pelaku pasar ragu. Oleh karena itu, kontrak batu bara terpapar aksi jual massal (sell-off). Jadi tidak heran harga pun turun drastis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai Gak Cuan, Borong 5 Saham Batu Bara Ini Dijamin Tekor!, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211101155825-17-288145/gak-cuan-borong-5-saham-batu-bara-ini-dijamin-tekor