Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah makin menjauhi Rp 14.000/US$ di pekan ini, padahal pada pekan lalu level psikologis tersebut nyaris ditembus. Sepanjang pekan ini, rupiah tercatat melemah 0,32% ke Rp 14.165/US$ melansir data Refinitiv. Sementara pada pekan lalu, meski sempat menguat di awal-awal tetapi akhirnya melemah 0,32%.
Dibandingkan mata uang Asia pekan ini, rupiah menjadi yang terburuk ketiga setelah yen Jepang dan yuan China.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia sepanjang pekan ini.
China mengirim sentimen negatif di pekan ini, setelah kembali memberlakukan lockdown di beberapa wilayah guna meredam penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang mulai menanjak lagi.
Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Rata-rata dalam 7 hari terakhir penambahan kasus sebanyak 48 kasus per hari naik dari pekan sebelumnya sebanyak 26 kasus.
Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).
Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan lockdown.
Hal tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar cukup memburuk, mengingat China merupakan negara dengan perekonomaian terbesar kedua di dunia.
Kenaikan kasus Covid-19 dan lockdown membuat kurs yuan menjadi yang terburuk kedua di Asia pekan ini. Jika dilihat negara lain yang mengalami kenaikan kasus mata uangnya juga mengalami pelemahan.
Singapura misalnya, pada Rabu (27/10) melaporkan penambahan kasus Covid-19 di atas 5.000 orang per hari, menjadi rekor terbanyak selama pandemi.
Kemudian yen Jepang terpuruk di pekan ini setelah bank sentral Jepang mengatakan inflasi masih akan jauh di bawah target 2% dalam 2 tahun ke depan, saat banyak negara mengalami masalah tingginya inflasi.
Dengan situasi tersebut, BoJ akan jauh tertinggal dari bank sentral utama dunia lainnya yang sudah bersiap untuk menaikkan suku bunga akibat tingginya inflasi. Alhasil, spread imbal hasil (yield) obligasi akan melebar, yang berdampak pada pelemahan kurs yen.
Sementara itu dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para kepala daerah berhati-hati dan mewaspadai kenaikan kasus Covid-19 sekecil apapun di daerahnya.
Berdasarkan catatan Jokowi, ada sekitar 105 kabupaten kota di 30 provinsi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia yang kasus positifnya naik.
Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para kepala daerah se-Indonesia secara virtual di Istana Merdeka, Jakarta, seperti dikutip, Selasa (26/10/2021).
“Meskipun kecil merangkak naik, tetap harus diwaspadai. Artinya apa? Kenaikan itu ada meskipun kecil,” tegas Jokowi.
“Oleh sebab itu, saya minta Gubernur, Pangdam, Kapolda mengingatkan kepada Bupati, Wali Kota, kepada Kapolres dan juga Dandim, Danrem agar tetap meningkatkan kewaspadaan, memperkuat tracing dan testing, dan juga tes betul-betul kontak eratnya dengan siapa,” katanya.
Halaman Selanjutnya >>> Pasar Menantikan Tapering The Fed
Demikian berita mengenai Rupiah Terburuk Pekan Ini, Terkait Kegelisahan Jokowi?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211030090259-17-287688/rupiah-terburuk-pekan-ini-terkait-kegelisahan-jokowi