Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), berhasil mencatatkan kinerja positif hingga akhir kuartal ketiga tahun ini atau per September 2021.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi interim, tercatat laba bersih Vale mencapai US$ 122,94 juta atau setara dengan Rp 1,76 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
Laba bersih tersebut 60,40% lebih besar dari periode sebelumnya sebesar US$ 76,64 juta (Rp 1,09 triliun).
Melonjaknya laba perusahaan sebagian besar ditopang oleh peningkatan penjualan akibat reli harga komoditas tahun ini.
Hingga akhir September 2021, tercatat penjualan Vale tumbuh 20,14% menjadi US$ 686,43 juta (Rp 9,95 triliun), dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 571,02 (Rp 8,28 triliun).
Reli harga nikel dunia memberi dorongan besar kepada Vale, mengingat kenaikan penjualan tersebut terjadi di tengah produksi nikel dan matte turun menjadi 48.373 metrik ton (mt), dari semula mencapai 55.792 mt pada akhir September tahun lalu.
Dalam siaran resmi yang terbit di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia juga memberitahu bahwa harga realisasi rata-rata selama 9 bulan pertama tahun ini mencapai US$ 13.934/mt, naik 38,09% dari tahun lalu sebesar US$ 10.097 per metrik ton.
Dalam laporan keuangan kuartalan, manajemen menegaskan bahwa seluruh penjualan Vale dilakukan berdasarkan kontrak-kontrak penjualan “harus ambil” jangka panjang dalam mata uang dolar AS, di mana harga ditentukan dengan formula yang didasarkan atas harga tunai nikel di LME (London Metal Exchange) dan harga realisasi rata-rata nikel VCL. Semua penjualan Grup merupakan transaksi dengan pihak-pihak berelasi.
Penjualan kepada induk perusahaan Vale Canada Limited (VCL) mencapai US$ 548,66 juta, sedangkan US$ 137,77 juta sisanya merupakan hasil penjualan kepada a Sumitomo Metal Mining Co Ltd.
Meskipun harga nikel naik, Bernardus juga mengungkapkan bahwa dari sisi biaya, beban pokok pendapatan Grup per metrik ton nikel matte yang dijual pada kuartal ketiga tahun ini meningkat sebesar 8% dari triwulan sebelumnya (Q2 2021). Hal ini terutama didorong oleh harga batu bara yang lebih tinggi.
Total nilai aset Vale tercatat senilai US$ 2,40 miliar, naik dari posisi akhir Desember tahun lalu yang berada di angka US$ 2,31 miliar. Liabilitas perusahaan tercatat berkurang menjadi US$ 292,20 juta, dari semula sebesar US$ 294,97 juta akhir tahun lalu.
Alhasil ekuitas perusahaan tercatat mengalami kenaikan menjadi US$ 2,11 miliar pada akhir kuartal ketiga tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
(fsd/fsd)
Demikian berita mengenai Efek Harga Nikel, Laba Vale Indonesia Melesat 60% ke Rp 1,8 T, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211029101236-17-287472/efek-harga-nikel-laba-vale-indonesia-melesat-60-ke-rp-18-t