Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Rabu (27/10/2021), didorong oleh sentimen negatif yang lebih dominan di pasar keuangan Asia pada hari ini.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1, 5, dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield-nya.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun menguat signifikan sebesar 6 basis poin (bp) ke level 3,374%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun naik 1,6 bp ke level 4,862%, dan yield SBN dengan jangka waktu 25 tahun juga naik 1,4 bp ke level 7,22%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara turun tipis 0,1 bp ke level 6,153% pada perdagangan hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Di Asia, pasar saham di kawasan tersebut secara mayoritas ditutup berjatuhan pada perdagangan hari ini, karena investor kembali khawatir dengan kabar dari berlanjutnya krisis likuiditas yang melanda beberapa perusahaan properti di China dan kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di China.
Krisis likuiditas perusahaan properti China kembali mencuat. Setelah terjadi di Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, kini giliran Modern Land yang juga tersandung kasus serupa. Reuters mengabarkan bahwa Modern Land telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang meluasnya krisis utang di China.
Pekan lalu, Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.
Selain dari sentimen berlanjutnya krisis likuiditas properti China, sentimen dari kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di China juga menjadi pemberat bursa Asia dan IHSG pada hari ini. Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.
Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy). Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan lockdown.
Hal tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar cukup memburuk, mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Di lain sisi, pergerakan yield SBN pada hari ini kembali sejalan dengan pergerakan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), Treasury yang kembali melemah pada pagi hari waktu setempat.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun melemah 2,2 bp ke level 1,596% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa (26/10/2021) kemarin di level 1,618%.
Musim rilis kinerja keuangan perusahaan AS pada kuartal III-2021 kembali berlanjut, yang membuat indeks S&P 500 di bursa Wall Street mencatatkan level tertinggi rekor tertinggi penutupan ke-57 pada tahun ini.
Namun, kekhawatiran seputar kenaikan inflasi global, masalah rantai pasokan, dan perlambatan ekonomi, terus membebani pikiran investor. Hal inilah yang menjadikan investor kembali memburu pasar obligasi pemerintah pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)
Demikian berita mengenai Investor Cenderung Bermain Aman, Harga SBN Kembali Menguat, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211027182110-17-287047/investor-cenderung-bermain-aman-harga-sbn-kembali-menguat