Home Bisnis China Lockdown Lagi, Rupiah Untung atau Buntung?

China Lockdown Lagi, Rupiah Untung atau Buntung?

20
0
Sudah 76 Tahun Merdeka, Indonesia Masih Tergantung Asing!

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (27/10). Pelaku pasar saat ini sedang menanti rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang bisa mempengaruhi kebijakan moneter The Fed (bank sentral AS).

Tetapi, China yang melakukan karantina wilayah (lockdown) lagi, memberikan dampak negatif ke rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.150/US$. Sempat menguat 0,07%, Mata Uang Garuda malah berbalik melemah hingga nyaris mencapai Rp 14.200/US$.

Pada pukul 12:00 WIB, posisi rupiah sedikit membaik, berada di Rp 14.180/US$ atau melemah 0,21% di pasar spot.

Di sisa perdagangan hari ini rupiah masih akan mengalami tekanan, terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih tidak berbeda jauh siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

Periode
Kurs Pukul 8:54 WIB
Kurs Pukul 11:54 WIB

1 Pekan
Rp14.157,50
Rp14.176,2

1 Bulan
Rp14.180,00
Rp14.206,0

2 Bulan
Rp14.219,00
Rp14.246,0

3 Bulan
Rp14.267,00
Rp14.295,0

6 Bulan
Rp14.402,00
Rp14.437,0

9 Bulan
Rp14.535,00
Rp14.575,0

1 Tahun
Rp14.720,00
Rp14.738,0

2 Tahun
Rp15.249,50
Rp15.284,7

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Baca Juga :  Seskab: WHO-Bank Dunia apresiasi RI karena kasus COVID-19 turun

China kembali mengalami kenaikan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19). Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.

Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).

Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan lockdown.

Hal tersebut tentunya membuat sentimen pelaku pasar cukup memburuk, mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Tetapi di sisi lain, lockdown yang dilakukan membuat harga batu bara kembali menanjak.

Sejumlah kota kini tengah memberlakukan lockdown seperti Erenhot, Ejina, Xian, hingga Yinchuan.

Xian adalah ibu kota Provinsi Shaanxi. Sementara Erenhot dan Ejna adalah wilayah di Inner Mongolia. Dua provinsi ini merupakan penghasil batu bara utama di China.
Alhasil, pasokan batu bara China berisiko berkurang, dan harga batu bara mencatat kenaikan 3 hari beruntun dengan total sekitar 10%.

Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, Kenaikan harganya membuat neraca perdagangan mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)

Demikian berita mengenai China Lockdown Lagi, Rupiah Untung atau Buntung?, ikuti terus update berita dari kami

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211027120141-17-286899/china-lockdown-lagi-rupiah-untung-atau-buntung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here