Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (26/10/2021), karena investor mulai memasang sikap aman di tengah ketidakpastian akan prospek pemulihan ekonomi global, meskipun di dalam negeri sentimen positif masih mendominasi.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN bertenor 1 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield-nya.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun menguat 3,8 basis poin (bp) ke level 3,314% pada perdagangan hari ini. Sementara, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali melemah 1,5 bp ke level 6,154%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor cenderung mengabaikan kabar baik dari perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) Tanah Air pada hari ini, di mana kasus Covid-19 RI terus melandai.
Satuan Tugas (satgas) Penanganan Covid-19 RI pada Senin (25/10/2021) kemarin melaporkan tambahan 460 kasus baru Covid-19. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan posisi sehari sebelumnya yang mencapai 623 kasus.
Dengan demikian, total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air mencapai 4.240.479. Penambahan kasus selalu di bawah 1.000 orang per hari sejak 15 Juni lalu dengan rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) berada di bawah angka 0,5%.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan batasan positivity rate maksimal 5% agar bisa dikatakan pandemi terkendali. Sekarang Indonesia sudah jauh di bawah 5%, sehingga sudah masuk kategori terkendali.
Investor mengabaikan sentimen positif dari perkembangan pandemi Covid-19 di RI karena saat ini mereka lebih memfokuskan sentimen dari global, di mana sentimen dari kenaikan kasus Covid-19 di China dan sentimen dari krisis energi serta inflasi global yang meninggi turut mengurangi rasa optimisme investor.
Di China, mengutip Reuters, selama sepekan terakhir ada 11 wilayah provinsi di China yang mencetak kasus baru Covid-19 sebanyak 100 kasus infeksi.
Kasus Covid-19 kembali muncul di China pasca ditemukannya pasien yang terinfeksi di sebuah kelompok wisata. Kelompok ini melakukan perjalanan dari Shanghai lalu ke kota Xi’an di Provinsi Gansu dan ke Mongolia Dalam.
Puluhan kasus pun ditemukan terkait perjalanan itu dan melibatkan 12 grup wisata lainnya. Pemerintah setempat pun menghentikan penerbangan dan menutup lokasi wisata, sekolah dan tempat hiburan di daerah yang terkena dampak.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor bahwa laju pemulihan ekonomi China akan makin lambat. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga merosot ke 4,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), paling lambat dalam setahun.
Di lain sisi, pergerakan yield SBN pada hari ini sejalan dengan pergerakan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), Treasury yang terpantau melemah pada pagi hari waktu setempat.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun melemah 0,8 bp ke level 1,627% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin kemarin di level 1,635%.
Kekhawatiran investor terkait kombinasi sentimen dari kenaikan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, atau juga dikenal sebagai “stagflasi,” terus membebani sikap optimisme investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)
Demikian berita mengenai Kecemasan Investor Meningkat Lagi, Harga SBN Kembali Menguat, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211026182359-17-286750/kecemasan-investor-meningkat-lagi-harga-sbn-kembali-menguat