Home Bisnis Sikap Investor Kembali Beragam, Yield SBN Terpantau Mixed

Sikap Investor Kembali Beragam, Yield SBN Terpantau Mixed

30
0
BI Kembali Tahan Suku Bunga, Harga Mayoritas SBN Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (25/10/2021) awal pekan ini, di tengah kembali menguatnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pagi hari waktu setempat.

Sikap investor di pasar obligasi pemerintah RI kembali beragam, di mana di SBN bertenor 1, 3, 5, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan imbal hasil (yield).

Sedangkan sisanya yakni SBN berjatuh tempo 10, 15, 20, dan 30 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield. Melansir data dari Refinitiv, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali melemah 1,4 bp ke level 6,169%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Kembali beragamnya sikap investor di pasar SBN pada hari ini karena sentimen yang hadir di pasar keuangan global cenderung beragam.

Dari dalam negeri, Satuan Tugas (satgas) penanganan Covid-19 pada Minggu (25/10/2021) melaporkan penambahan kasus baru 623 kasus, terendah sejak 4 Juni tahun lalu. Penambahan kasus selalu di bawah 1.000 orang per hari sejak 15 Juni lalu.

Sedangkan kasus aktif dilaporkan sebanyak 14.360 orang, berkurang 443 kasus dibandingkan Sabtu (23/10/2021) lalu. Kasus aktif tersebut menjadi yang terendah sejak 22 Mei 2020. Rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) berada di angka 0,46%.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan batasan positivity rate maksimal 5% agar bisa dikatakan pandemi terkendali. Sekarang Indonesia sudah jauh di bawah 5%, sehingga sudah masuk kategori terkendali.

Namun di China, kasus Covid-19 berbanding terbalik dengan RI, di mana kasus Covid-19 Negeri Panda diprediksi bakal makin meningkat beberapa hari mendatang. Daerah yang terkena, juga diprediksi semakin meningkat.

Hal ini disebutkan Pejabat Kementerian Kesehatan Nasional China, seiring makin masifnya varian Delta di negeri itu dalam sepekan terakhir. Ratusan penderita terinfeksi Covid-19 sejak klaster baru terkait kelompok wisata ditemukan 17 Oktober 2021.

Baca Juga :  Kacau nih! Satu Lagi Properti China Gagal Bayar: Modern Land

“Gelombang infeksi menyebar di 11 provinsi dalam seminggu sejak 17 Oktober,” kata juru bicara komisi itu, Mi Feng, ditulis Hindustan Times mengutip Bloomberg, Senin (25/10/2021). “Sebagian besar orang yang terinfeksi memiliki riwayat perjalanan lintas wilayah.” tambah Mi Feng.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor bahwa laju pemulihan ekonomi China akan makin lambat. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga merosot ke 4,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), paling lambat dalam setahun.

Selain itu, krisis energi yang masih melanda di beberapa negara, langkanya bahan baku chip, dan masih terganggunya rantai pasokan juga memperberat sentimen pasar pada hari ini, terutama di kawasan Asia.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah Negeri Paman Sam (Treasury) bertenor 10 tahun kembali menguat dan menyentuh level 1,66% pada pagi hari waktu AS.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun menguat 0,8 bp ke level 1,663% pada pukul 07:09 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat (22/10/2021) pekan lalu di level 1,655%.

Menguatnya kembali yield Treasury pada hari ini terjadi setelah investor merespons komentar dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Jumat pekan lalu di konferensi Bank for International Settlements secara virtual.

“Saya pikir sudah waktunya untuk meruncing, namun saya rasa belum waktunya untuk menaikkan suku bunga,” kata Powell, menurut laporan Reuters, dikutip dari CNBC International. Powell mengatakan bahwa dia memperkirakan tekanan inflasi akan mereda tahun depan.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Minggu (24/10/2021) kemarin bahwa dia memperkirakan tingkat inflasi AS akan turun kembali ke tingkat 2% di pertengahan semester kedua tahun 2022.

Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id

[]

(chd/chd)

Demikian berita mengenai Sikap Investor Kembali Beragam, Yield SBN Terpantau Mixed, ikuti terus update berita dari kami

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211025183228-17-286448/sikap-investor-kembali-beragam-yield-sbn-terpantau-mixed

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here