Jakarta (BeritaMu.co.id) – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, ditutup melemah dipicu naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat.
Rupiah ditutup melemah 47 poin atau 0,33 persen ke posisi Rp14.123 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.076 per dolar AS.
“Yield tenor 10 tahun menyentuh kisaran 1,67 persen, level tertinggi baru sejak 20 Mei 2021. Kenaikan yield ini menandakan pasar masih mengantisipasi kemungkinan tapering AS di bulan November,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Selain itu, lanjut Ariston, faktor pelemahan rupiah dipicu raksasa properti asal China, Evergrande, yang dikabarkan kesulitan menjual anak perusahaannya untuk membayar utang sehingga menurunkan minat pasar terhadap aset berisiko.
Dari domestik, jumlah kasus harian COVID-19 pada Rabu (20/10) kemarin mencapai 914 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,24 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 28 kasus sehingga totalnya mencapai 143.077 kasus.
Adapun untuk jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 1.207 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,08 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 16.376 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 109,8 juta orang dan vaksin dosis kedua 64,62 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp14.100 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.095 per dolar AS hingga Rp14.148 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis melemah ke posisi Rp14.133 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.080 per dolar AS.