Jakarta, BeritaMu.co.id – Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (21/10), bahkan kembali ke atas Rp 14.100/US$. Pelemahan di awal perdagangan hari ini menunjukkan kalau rupiah perlu tenaga yang lebih besar untuk bisa menembus level psikologis Rp 14.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah melemah tipis 0,05% di pembukaan perdagangan hari ini. Setelahnya, depresiasi rupiah bertambah hingga 0,26% ke Rp 14.110/US$ pada pukul 9:10 WIB.
Sebelum melemah pagi ini, rupiah sebenarnya berjarak 0,52% dari Rp 14.000/US$. Kali terakhir rupiah berada di bawah level psikologis tersebut yakni pada 16 Februari lalu. Tetapi, setiap mendekati level tersebut, rupiah selalu terkoreksi, dan kemungkinan besar akibat profit taking.
Sebab, jika dilihat, rupiah hari ini melemah meski dolar AS sedang tertekan. Indeks dolar AS pagi ini melemah tipis 0,03% ke 93,531. Tetapi, jika melihat ke belakang, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah melemah dalam 5 dari 6 hari terakhir.
Tekanan bagi dolar AS di pekan ini terjadi akibat munculnya tanda-tanda pelambatan ekonomi AS.
Sektor perumahan Negeri Paman Sam secara mengejutkan menunjukkan pelambatan, jumlah izin membangun turun ke level terendah dalam satu tahun terakhir, berdasarkan laporan pemerintahnya Selasa lalu.
Sehari sebelumnya, produksi industri AS dilaporkan turun 1,3% di bulan September dari bulan sebelumnya.
Produksi industri mencakup sektor manufaktur, utilitas dan pertambangan. Pemerintah AS melaporkan produksi manufaktur tercatat menurun 0,7%, terseret penurunan produksi kendaraan bermotor sebesar 7,2% akibat kelangkaan semikonduktor. Sektor utilitas mengalami penurunan 3.6% dan pertambangan 2,3%.
Di sisi lain, rupiah sebenarnya sedang mendapat sentimen positif. Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa lalu memprediksi transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus.
Transaksi berjalan menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah karena mencerminkan pasokan devisa yang bisa bertahan lama di dalam negeri.
“Transaksi berjalan triwulan III-2021 diperkirakan surplus didorong oleh surplus neraca perdagangan yang meningkat menjadi US$ 13,2 miliar, tertinggi sejak triwulan IV-2009. Kinerja tersebut didukung ekspor komoditas utama seperti CPO, kimia organik, dan biji logam dan bahan baku seiring perbaikan ekonomi domestik,” ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).
Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
“Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia,” terang Perry.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Profit Taking Bikin Rupiah Batal Lagi Tembus Rp 14.000/US$, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211021084700-17-285349/profit-taking-bikin-rupiah-batal-lagi-tembus-rp-14000-us-