Jakarta, BeritaMu.co.id – Layanan perbankan digital (digital banking) berbeda dari mobile banking yang memberikan layanan jasa perbankan secara terbatas, berbasis gadget. Apalagi, layanan internet banking yang hanya diakses dengan membuka situs resmi bank.
Digital banking mengisyaratkan kian terbatasnya fungsi kantor cabang untuk melayani nasabah (mass market). Berbeda dari mobile banking dan internet banking yang hanya memicu paperless bank, ia menciptakan tradisi branchless bank di mana semua layanan perbankan tersaji di gadget.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi merilis peraturan bank digital murni, melalui Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 dan 13 (2021). Banyak bank-bank bermodal cekak yang banting stir menjadi bank digital. Sebelum itu, aturan penyelenggaraan layanan perbankan digital (digital banking) oleh bank umum dirilis pada 2018, lewat POJK Nomor 12 (2018).
Namun, ikhtiar pengembangan digital banking sebenarnya sudah muncul sebelum itu, bahkan sebelum OJK merilis panduan penyelenggaraan Kantor Digital (Digital Branch) oleh bank umum melalui surat Nomor S-98/PB.1/2016.
Adalah PT Bank BTPN Tbk (BTPN) yang pada 11 Agustus 2016 merilis aplikasi Jenius yang mendisrupsi industri bank. Layanan digital banking ini muncul bahkan 2 tahun sebelum aturan digital banking muncul, dan beberapa bulan sebalum ada panduan tentang “kantor digital”.
Meski kala itu Jenius dikenal sebagai mobile banking app, pada praktiknya aplikasi tersebut memberikan pengalaman baru bagi nasabahnya karena bisa membuka rekening tanpa harus ke kantor cabang melainkan melalui melalui gadget nasabah (atau di gerai promosi untuk menitipkan foto kopi KTP calon nasabah).
Ini adalah ciri digital banking, karena nasabah tidak perlu membuang waktu mengambil antrean customer service dan mengurusi berbagai urusan administratif. Jenius juga menawarkan fitur unik yang mendobrak adat, seperti $Cashtag di mana nasabah tidak perlu menghafal nomor rekening nasabah lain jika ingin bertransaksi, karena bisa diubah menjadi nama berhuruf Latin.
Fitur unik lainnya adalah Dream Saver dan Maxi Saver. Fitur ini memudahkan nasabah merencanakan keuangannya demi tujuan tertentu. Dengan fitur Dream Saver, nasabah bisa merencanakan strategi keuangannya untuk mencapai target yang dicita-citakan. Sementara itu, fitur Maxi Saver memungkinkan nasabah membuka deposito tanpa perlu ke kantor cabang.
Terobosan perseroan di Jenius direspons positif oleh pelaku pasar. Data perdagangan merekam sejak awal peluncuran Jenius di tahun 2016, harga saham BTPN melesat 19,5% bahkan sempat naik ke posisi puncaknya dalam 5 tahun terakhir di angka Rp 4.140/unit.
Kini, harga saham perseroan di level 2.900, alias belum mencerminkan nilai intrinsiknya, karena setara dengan rasio harga terhadap laba per saham (price to earning/PE ratio) sebesar 7,2 kali atau lebih murah dari rasio PE Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 25 kali.
Dari Bank Orang Tua, jadi Bank Milenial
Kisah pengembangan aplikasi digital di Bank BTPN merupakan kisah panjang mengenai transformasi emiten berkode saham BTPN tersebut. Pasalnya, BTPN yang pada masa lalu merupakan akronim Bank Tabungan Pensiun Nasional dikenal sebagai banknya orang tua.
Namun, manajemen pada masa itu menilai perseroan tak bisa mengandalkan pertumbuhan pelanggan hanya pada penambahan organik kaum pensiunan. Mereka pun mengubah strategi dengan membidik mass market, utamanya kaum milenial dan generasi X yang melek digital.
Perlu satu tahun untuk mengembangkan Jenius, yakni pada tahun 2015 ketika aplikasi mobile banking berbasis agen BTPN Wow diluncurkan. Nilai investasi untuk pengembangan digital banking di BTPN kala itu pun tidak main-main, berkisar Rp 500 miliar.
Kini, Jenius menjadi salah satu layanan digital banking dengan cakupan yang luas dan fitur personalisasi yang beragam sehingga memberikan banyak pilihan bagi nasabahnya untuk meng-customize layanan keuangan yang diinginkan.
Lewat Jenius, image BTPN yang tadinya kental dengan nasabah usia tua yang tak produktif, telah bertransformasi menjadi bank yang dekat dengan generasi muda sebagai target pasar yang besar dan menjanjikan.
Inovasi pun terus dijalankan. Salah satu yang terbaru adalah sistem keamanan dengan kebijakan satu perangkat satu akun, guna mencegah jatuhnya korban penipuan phishing yang menjebak korban membagi sandi, lalu mengakses akun Jenius-nya di perangkat lain.
Kini lima tahun sudah berlalu sejak Jenius diluncurkan dan dikembangkan. Hingga Juni 2021, total nasabah Jenius naik 22% mencapai lebih dari 3,3 juta pengguna. Dana pihak ketiga tumbuh 44% yoy menjadi Rp 15,4 triliun pada akhir Semester I 2021.
Melihat sepak terjang Bank BTPN dalam pengembangan layanan digital dan terutama posisi Jenius sebagai perintis aplikasi digital banking pertama, Bank BTPN terpilih menjadi pemenang penghargaan “Pioneer Award in Digital Banking” di ajang BeritaMu.co.id Award 2021.
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset BeritaMu.co.id melakukan riset dan analisis terhadap tahapan pengembangan aplikasi mobile banking dan digital banking di Indonesia, untuk menemukan bank umum yang tergolong sebagai perintis tren digital banking.
Hasilnya, Bank BTPN terkonfirmasi sebagai bank dengan inisiatif terdepan membangun aplikasi digital, yakni Jenius pada tahun 2016-meski kala itu secara resmi masih bertajuk mobile banking. Semoga penghargaan ini dapat memotivasi perseroan untuk terus menjaga konsistensi mendorong tren baru di era open banking Indonesia.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(rah/rah)
Demikian berita mengenai ‘Bank BTPN, Jenius Garap Peluang Digital’, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211021100915-17-285374/bank-btpn-jenius-garap-peluang-digital