Jakarta, BeritaMu.co.id – Pasar keuangan Indonesia libur Hari Raya Maulid Nabi pada Rabu (20/10), dan baru buka lagi Kamis besok. Melihat sentimen pelaku pasar yang cukup bagus pada hari ini, ada peluang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah menguat besok. Tentunya, jika tidak ada perubahan sentimen memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) malam nanti.
Kemarin IHSG tercatat melemah tipis 0,04% ke 6.655,999, tetapi masih sangat dekat dengan rekor tertinggi sepanjang masa masa 6.693,466. Dari level saat ini ke rekor tersebut, IHSG hanya kurang 0,56% saja, peluang untuk dipecahkan besok tentunya terbuka lebar.
Apalagi, investor asing sedang getol memborong saham di dalam negeri. Kemarin, investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 654,14 miliar di pasar reguler kemarin. Sementara di awal pekan ini, net buy tercatat nyaris Rp 1 triliun, dan sepanjang pekan lalu Rp 5,15 triliun.
Nah, derasnya aliran modal yang masuk ke pasar saham dan juga pasar obligasi memicu penguatan rupiah. Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda mencatat penguatan lebih dari 1% melawan dolar AS. Sementara di dua perdagangan pekan ini masih berfluktuasi, Senin melemah 0,25% dan kemarin balik menguat 0,23% ke Rp 14.073/US$.
Artinya, rupiah berjarak 0,52% dari Rp 14.000/US$. Kali terakhir rupiah berada di bawah level psikologis tersebut yakni pada 16 Februari lalu.
Seandainya IHSG besok mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, dan investor asing kembali melakukan aksi beli bersih, rupiah tentunya punya peluang menembus ke bawah Rp 14.000/US$.
Selain itu, dolar AS yang sedang dalam tekanan membuat peluang rupiah untuk kembali menguat besok cukup terbuka. Outlook perekonomian AS yang sedikit memburuk membuat the greenback tertekan. Sektor perumahan Negeri Paman Sam secara mengejutkan menunjukkan pelambatan, jumlah izin membangun turun ke level terendah dalam satu tahun terakhir.
Sehari sebelumnya, produksi industri AS dilaporkan turun 1,3% di bulan September dari bulan sebelumnya. Produksi industri mencakup sektor manufaktur, utilitas dan pertambangan. Pemerintah AS melaporkan produksi manufaktur tercatat menurun 0,7%, terseret penurunan produksi kendaraan bermotor sebesar 7,2% akibat kelangkaan semikonduktor.
Sektor utilitas mengalami penurunan 3.6% dan pertambangan 2,3%.
Sementara itu, rupiah sedang dinaungi sentimen positif. Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin memprediksi transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus.
Transaksi berjalan menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah karena mencerminkan pasokan devisa yang bisa bertahan lama di dalam negeri.
“Transaksi berjalan triwulan III-2021 diperkirakan surplus didorong oleh surplus neraca perdagangan yang meningkat menjadi US$ 13,2 miliar, tertinggi sejak triwulan IV-2009. Kinerja tersebut didukung ekspor komoditas utama seperti CPO, kimia organik, dan biji logam dan bahan baku seiring perbaikan ekonomi domestik,” ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).
Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
“Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia,” terang Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai IHSG Besok Cetak Rekor, Rupiah Bisa Tembus Rp 14.000/US$?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211020175931-17-285288/ihsg-besok-cetak-rekor-rupiah-bisa-tembus-rp-14000-us-