Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (18/10/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

ANALIS MARKET (18/10/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat Terbatas

37
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Jumat, 15/10/2021 lalu, IHSG ditutup menguat 7 poin atau 0.11% ke level 6.633. Sektor property, industry dasar, infrastruktur, keuangan mendominasi kenaikan IHSG. Investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 1.501 miliar.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada 6.552 – 6.690. Ada potensi koreksi yang kian semakin besar, hati hati,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (18/10/2021).

Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;

1.SEBUAH CERITA APA ADANYA

Ditengah situasi dan kondisi ketidakpastian potensi gagal bayar Evergrande Group, Gubernur PBOC, Yi Gang mengatakan bahwa pihak berwenang sejauh ini dapat menahan risiko yang ditimbulkan pada ekonomi dan system keuangan dari perjuangan Evergrade Group yang saat ini masih melewatkan pembayaran kupon. Secara keseluruhan, Yi juga berkewajiban untuk menenangkan pelaku pasar dan investor, dirinya mengatakan bahwa secara keseluruhan, China memiliki kekuatan untuk menahan tingkat risiko tersebut. Kekhawatiran yang ada saat ini terus berkembang dan berpotensi menghadirkan developer property yang mengalami luka yang sama. Karena ada 2 perusahaan property yang dimana sedikit lagi mungkin akan gagal bayar, ke dua perusahaan tersebut adalah, Fantasia Holding Groups Co dan Sinic Holdings Group Co. Sejauh ini Bank Sentral China terus melakukan mitigasi risiko bersama dengan semua pihak berwenang, termasuk didalamnya ada prinsip prinsip yang berdasarkan orientasi pasar dan aturan hukum. Yi mengatakan bahwa Evergrande memiliki ratusan entitas di dalam system keuangan, sehingga tidak berpusat di satu titik. Hak dan kepentingan kreditur dan pemegang saham akan dihormati sepenuhnya sesuati dengan hukum yang berlaku. Tidak hanya berhenti sampai disitu lho pemirsa, China juga akan terus berusaha untuk melindungi konsumen dan pembeli rumahnya untuk menjaga apabila risiko sistemik itu muncul sehingga nilai risiko tetap terkendali. Tanpa menyebutkan Evergrande, Yi mengatakan bahwa risiko gagal bayar semakin mengalami kenaikkan, karena banyak perusahaan property di China yang salah dalam mengembangkan perusahaan dan melakukan ekspansi yang berbahaya yang dimana memberikan dampak terhadap pemulihan ekonomi di China. Indeks harga produsen sendiri akan mulai melambat pada akhir tahun ini setelah mengalami percepatan dalam kurun waktu hampir 26 tahun sejak bulan September silam. Indeks harga produsen akan tetap tinggi dalam beberapa kurun waktu mendatang selama beberapa bulan kedepan, sebelum pada akhirnya mereda hingga akhir tahun ini. PPI mengalami kenaikkan hingga 10.7%, sehingga mengalami proyeksi yang dibuat kala itu, dan mencapai rekor sejak November 1995. Kenaikkan PPI tersebut lebih didominasi oleh kenaikkan biaya bahan baku imbuh Yi. Yi Gang mengatakan bahwa Covid 19 mulai kembali terkendali di China, dan perekonomian akan kembali berjalan seperti biasa, meskipun tingkat akselerasi melambat. Ekspansi perekonomian akan berada di kisaran 8% sepanjang tahun, namun pertumbuhan ekonomi China akan melambat hingga 5% pada Q3 2021 nanti. Yi berjanji, Bank Sentral akan membuat setiap kebijakan dengan bijaksana, memang benar, pertumbuhan ekonomi kala ini agak moderat karena akselerasi yang melambat. Namun niscaya China melalui Yi, China juga tidak akan tinggal diam, dan akan terus mendorong percepatan pemulihan ekonomi di China. Ditengah situasi dan kondisi China yang sedang mengalami struggle, Selandia Baru justru mencatatkan inflasi yang lagi lagi mengalami kenaikkan pada Q3 2021. Kemarin nih pemirsa, CPI dari inflasi telah terbukti yahudd, dengan kenaikkan dari sebelumnya 3.3% menjadi 4.9% secara YoY dan 1.3% menjadi 2.2% secara QoQ Q3 2021. Hal ini yang memberikan angin lebih besar kepada Bank Sentral Selandia Baru untuk meningkatkan tingkat suku bunganya. Bank Sentral Selandia Baru terus menjaga inflasi untuk berada di kisaran rentang 1% – 3%. Selandia baru sebelumnya juga sudah menaikkan tingkat suku bunga lho pemirsa, dari sebelumnya 0.25% menjadi 0.5%, dan apabila menilik seperti ini situasi dan kondisinya, kami yakin Bank Sentral Selandia Baru tidak akan tinggl diam saja. Mereka juga tidak menutup kemungkinan akan terus menaikkan tingkat suku bunga menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Saat ini tingkat inflasi secara YoY yang terjadi di Selandia baru merupakan yang tertinggi sejak 2011, yang dimana kala itu didorong kenaikkan pajak barang dan jasa pada akhir 2010. Jika waktu itu tidak ada GST, maka pergerakan infalsi yang terjadi saat ini merupakan yang terbesar sejak 1987. Saat ini kami melihat para pemimpin Bank Sentral tengah berfikir 2x pemirsa, ditengah situasi dan kondisi yang terjadi saat ini mengenai inflasi yang dikatakan bahwa inflasi sementara, namun ternyata inflasi akan jauh lebih lama dari yang bisa diperkirakan. Dan sejauh mana inflasi masih dapat di toleransi, sejauh itu pula Bank Sentral masih akan bertahan untuk tidak menaikkan tingkat suku bunga. Gangguan supply chain yang mendorong harga mengalami kenaikkan, ditambah dengan permintaan yang terus konsisten mengalami kenaikkan seiring dengan pembukaan kembali perekonomian, telah membuat inflasi bertahan lebih lama. Semoga saja, hal ini tidak mempengaruhi semua pergerakan Bank Sentral lainnya, karena tekanan akan dirasakan jauh lebih besar oleh 10 negara yang rentan akan Taper Tantrum berdasarkan riset Nomura holding, dan Indonesia masuk ke dalam 10 negara yang rentang akan Taper Tantrum tersebut.

Baca Juga :  BEI Akan Telisik Rencana META Jadi Perusahaan Tertutup

2.SURPLUS LAGI, MANTAB!

BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia untuk September yang tercatat surplus US$ 4.37 miliar. Realisasi tersebut lebih tinggi dari consensus yang memproyeksikan adanya surplus sebesar US$ 3.84 miliar. Namun, masih lebih tinggi dari US$2,44 miliar pada September 2020. Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$ 25,07 miliar pada Januari-September 2021. Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$20,6 miliar pada September 2021 atau turun 3,84 persen dari US$21,43 miliar pada Agustus 2021. Sementara secara tahunan, nilainya naik signifikan sebesar 47,64% dari US$13,96 miliar pada September 2020. Sedangkan nilai impor mencapai US$16,23 miliar turun 2,67% dari US$16,68 miliar MoM. Secara tahunan, nilai impor Indonesia tercatat naik 40,31% dari US$11,57 miliar pada September 2020. Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas yang mencapai US$930 juta atau turun 12,56% pada bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar US$19,67 miliar atau turun 3,58%. Nilai ekspor nonmigas turun di tengah kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Berdasarkan negara tujuan ekspor, ekspor Indonesia meningkat ke Taiwan mencapai US$205,6 juta, Filipina US$104,4 juta, Amerika Serikat US$87,7 juta, Thailand US$61 juta, dan Spanyol US$56,2 juta. Sedangkan ekspor turun ke India sebesar US$482,5 juta, China US$236,5 juta, Pakistan US$132,1 juta, Belanda US$116,8 juta, dan Jepang US$107,7 juta. Secara total, ekspor Januari-September 2021 mencapai US$164,29 miliar. Jumlahnya tersebut naik 40,38% dari US$117,03 miliar pada Januari-September 2020. Dari sisi impor, impor migas tercatat sebesar US$1,86 miliar atau turun 8,9% dari US$2,05 miliar MoM. Sementara impor nonmigas tercatat senilai US$14,37 miliar atau turun 1,8% dari Agustus 2021. Berdasarkan jenis barang, impor konsumsi turun 5,28% menjadi US$1,79 miliar, bahan baku penolong turun 2,27% menjadi US$12,09 miliar, dan barang modal terkoreksi 2,66% menjadi US$2,35 miliar. Pangsa impor Indonesia didominasi oleh China mencapai US$4,44 miliar atau setara 30,89% dari total impor Indonesia. Kemudian, impor terbesar juga berasal dari Jepang dan Thailand, masing-masing 9,75% dan 5,94%. Secara total, nilai impor mencapai US$139,22 miliar pada Januari-September 2021. Nilainya tumbuh 34,27 persen dari US$103,68 miliar Januari-September 2020.


https://pasardana.id/news/2021/10/18/analis-market-18102021-ihsg-memiliki-peluang-bergerak-menguat-terbatas/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here