Home Bisnis Sri Mulyani Agresif Uber Pajak di 2022, Gimana Respons Pasar?

Sri Mulyani Agresif Uber Pajak di 2022, Gimana Respons Pasar?

11
0
Sri Mulyani Agresif Uber Pajak di 2022, Gimana Respons Pasar?

Jakarta, BeritaMu.co.idPasar keuangan dalam negeri ditutup bervariasi kemarin, Kamis (7/10/2021). Indeks saham cenderung flat dan pasar obligasi pemerintah melemah, hanya rupiah yang selamat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan koreksi tipis yaitu 0,01% ke 6.416,4. Gerak IHSG bak roller coaster. Menariknya, di tengah volatilitas yang tinggi asing masih getol memborong saham di bursa nasional.

Data perdagangan mencatat, asing melakukan beli bersih di pasar regular sebesar Rp 2,24 triliun. Saham perbankan KBMI 4 masih menjadi incaran investor asing.

Tiga saham bank terbesar di Indonesia yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diborong asing masing-masing lebih dari Rp 350 miliar.

Beda nasib dengan pasar saham yang masih flat, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah (SUN) cenderung menguat yang mengindikasikan adanya pelemahan dari sisi harga. Mengacu pada data Refinitiv, yield SUN untuk tenor 10 tahun yang menjadi acuan naik 1,8 bps ke 6,328%. 

Kenaikan yield juga dialami oleh SUN dengan tenor panjang lain. Namun dari semua SUN yang menjadi acuan, yield SUN 10 tahun lah yang mengalami kenaikan paling tinggi.

Baca Juga :  Buntut Krisis Energi, Kurs Dolar Australia Makin Mahal

Salah satu aset keuangan dalam negeri dengan nasib paling mujur adalah nilai tukar rupiah. Di pasar spot rupiah menguat 0,25% terhadap dolar AS ke Rp 14.215/US$.

Inflow yang sangat deras di pasar keuangan serta data cadangan devisa yang kembali mencetak rekor menjadi pendorong utama penguatan mata uang Garuda. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa Indonesia bulan September 2021 mencapai US$ 146 miliar.

Cadangan devisa kini mencapai level tertingginya dalam sejarah. Kenaikan cadangan devisa ditopang oleh penerimaan pajak dan juga minimnya kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar.

“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” tulis BI.

Berdasarkan laporan BI, peningkatan posisi cadangan devisa pada September 2021. Ini dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan utang luar negeri pemerintah.

Demikian berita mengenai Sri Mulyani Agresif Uber Pajak di 2022, Gimana Respons Pasar?, ikuti terus update berita dari kami

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211008042917-17-282298/sri-mulyani-agresif-uber-pajak-di-2022-gimana-respons-pasar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here