Jakarta, BeritaMu.co.id – Sejumlah saham batu bara kembali ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Jumat (8/10/2021), seiring aksi ambil untung (profit taking) para investor setelah akhir-akhir ini saham tersebut mencatatkan reli kenaikan.
Berikut pelemahan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.18 WIB.
Bumi Resources (BUMI), saham -6,98%, ke Rp 80/saham
Mitrabara Adiperdana (MBAP), -2,48%, ke Rp 3.540/saham
Harum Energy (HRUM), -1,82%, ke Rp 8.100/saham
TBS Energi Utama (TOBA), -1,80%, ke Rp 545/saham
Bayan Resources (BYAN), -1,72%, ke Rp 28.500/saham
Golden Energy Mines (GEMS), -0,72%, ke Rp 4.100/saham
Atlas Resources (ARII), -0,65%, ke Rp 308/saham
Menurut data di atas, saham emiten Grup Bakrie menjadi yang paling ambles, yakni hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,98%, setelah kemarin juga ARB 6,52%. Sebelum ini, saham BUMI mencatatkan reli kenaikan 4 hari beruntun.
Kedua, saham MBAP juga turun 2,48% ke Rp 3.540/saham. Dengan ini, saham MBAP ambles 10,03% dalam sepekan, tetapi masih melesat 11,53% dalam sebulan.
Di bawah MBAP, saham milik pengusaha Kiki Barki HRUM terkoreksi 1,82% ke Rp 8.100/saham. Dalam seminggu saham ini melorot 7,16%, sementara dalam sebulan melonjak 53,55%.
Keempat, saham emiten yang sahamnya juga dipegang oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan TOBA turun 1,80%. Dalam seminggu saham ini tergerus 8,40%, sedangkan dalam sebulan naik 12,14%.
Sementara, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 2008 di US$ 280/ton, harga batu bara ambles dalam 2 hari terakhir. Koreksi ini terjadi lantaran investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking).
Menurut data Refinitiv, pada Kamis kemarin (7/10/2021) harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) anjlok 4,70% dibandingkan hari sebelumnya ke US$ 224,90/ton. Sementara, pada Rabu (6/10), harga batu bara ‘terjun bebas’ 15,71% ke US$ 236/ton.
Kendati ambles dalam dua hari terakhir, dalam sepekan harga batu bara masih naik 3,64%, sebulan melesat 26,10%. Kemudian, sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd) harga batu bara ‘meroket’ 175,11%.
Lonjakan batu bara akhir-akhir ini ditopang oleh persediaan yang menipis di tengah permintaan yang meningkat karena pembukaan aktivitas ekonomi. Naiknya harga minyak bumi dan gas alam juga mempengaruhi kinerja batu bara yang akhir-akhir ini mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Kenaikan harga gas alam menjadi faktor utama lonjakan harga batu bara. Saat gas alam semakin mahal, maka insentif untuk berpaling ke sumber energi primer alternatif meningkat. Salah satunya adalah batu bara.
Dalam sepekan terakhir, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) naik 5,67%. Selama sebulan ke belakang kenaikannya mencapai 26,07% dan secara year-to-date meroket 126,8%.
Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 89,4/MWh pada 5 Oktober 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 58,06/MWh. Ini membuat batu bara kembali menjadi primadona, bahkan di Eropa yang menjunjung tinggi isu ramah lingkungan.
“Melihat situasi di Eropa, gas alam sudah tidak lagi bisa bersaing dengan batu bara. Akibatnya, penggunaan batu bara semakin meningkat,” sebut kajian ELS Analysis, konsultan energi yang berbasis di Swedia, seperti dikutip dari Reuters.
Di sisi lain, balik ke China, permintaan energi masih tinggi di tengah kekurangan pasokan.
“Kekurangan pasokan masih akan terjadi untuk beberapa waktu. Butuh waktu untuk meningkatkan produksi dalam negeri di China, yang selama lima tahun terakhir terus berkurang. Saya tidak optimistis. Kekurangan pasokan akan bertahan mungkin sampai akhir tahun, atau bahkan hingga Februari-Maret tahun depan,” sebut seorang trader di Beijing, sebagaimana diwartakan Reuters.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai Masih Profit Taking, Saham Batu Bara Sempat Dibanting Lagi, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211008092734-17-282347/masih-profit-taking-saham-batu-bara-sempat-dibanting-lagi