Jakarta, BeritaMu.co.id – Setelah menyentuh rekor, harga batu bara cenderung melemah. Maklum, rekor yang tercipta memang bukan kaleng-kaleng.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 178,3/ton. Turun 0,75% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pada 15 September 2021, harga batu bara ditutup US$ 180,6/ton. Ini adalah rekor tertinggi setidaknya sejak 2008. Selepas itu, harga si batu hitam cenderung fluktuatif.
Ditambah lagi batu bara adalah salah satu komoditas yang mengalami lonjakan harga tertinggi tahun ini. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu bara meroket 122,98%.
Oleh karena itu, harga batu bara akan selalu dibayangi risiko ambil untung (profit taking). Sebab keuntungan yang bisa diambil bukan main-main, bisa lebih dari 100%.
Salah satu faktor pendorong harga baru bata adalah kenaikan harga gas alam. Sejak akhir 2020, harga gas di Henry Hub meroket 89,74%.
Saat harga gas mahal, biaya pembangkitan listrik dengan energi primer itu jadi ikut menanjak. Di Eropa, misalnya, biaya pembangkitan listrik dengan batu bara adalah EUR 61,58/MWh per 14 September 2021. Sementara biaya pembangkitan listrik dengan batu bara adalah EUR 44,41/MWh.
“Kenaikan harga gas membuat batu bara menjadi kompetitif sehingga meningkatkan permintaan batu bara. Melihat harga kontrak forwards, sepertinya situasi ini masih akan bertahan setidaknya sampai awal 2022,” sebut Toby Hassall, Analis Refinitiv, dalam risetnya.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
(aji/aji)
Demikian berita mengenai Usai Cetak Rekor, Harga Batu Bara Lebih Sering Tekor…, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210922080638-17-278142/usai-cetak-rekor-harga-batu-bara-lebih-sering-tekor