Jakarta, BeritaMu.co.id – Rupiah pembukaan perdagangan sempat menguat 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi tidak lama langsung berbalik melemah. Sempat bolak balik antara penguatan dan pelemahan, Mata Uang Garuda akhirnya melemah 0,11% di Rp 14.250/US$, dan tertahan di level tersebut hingga pukul 12.00 WIB.
Bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis dini hari besok membuat rupiah berisiko mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah.
Tanda-tandanya sudah terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode
Kurs Pukul 8:54 WIB
Kurs Pukul 11:54 WIB
1 Pekan
Rp14.232,50
Rp14.250,7
1 Bulan
Rp14.287,00
Rp14.296,2
2 Bulan
Rp14.320,30
Rp14.342,2
3 Bulan
Rp14.380,50
Rp14.388,3
6 Bulan
Rp14.510,50
Rp14.529,0
9 Bulan
Rp14.653,50
Rp14.674,7
1 Tahun
Rp14.806,00
Rp14.828,1
2 Tahun
Rp15.462,10
Rp15.481,3
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Dalam pengumuman kebijakan moneter nanti, The Fed diperkirakan akan memberikan detail mengenai tapering dan proyeksi suku bunga. Itulah sebabnya rupiah akan sulit untuk menguat.
Tapering pernah terjadi di tahun 2013, saat itu terjadi dolar AS menjadi sangat perkasa dan rupiah terpuruk dalam waktu yang panjang. Tetapi tapering kali ini diperkirakan dampaknya tidak akan sebesar 2013, salah satu penyebabnya yakni komunikasi The Fed yang lebih baik yang membuat pelaku pasar bersiap sejak lama.
Sementara itu kepala strategi multi aset di Columbia Threadneedle, Anwiti Bahuguna, mengatakan tapering kemungkinan tidak akan menggerakkan pasar, tetapi proyeksi suku bunga.
“Fokus pasar akan tertuju pada proyeksi suku bunga The Fed dalam dot plot,” katanya.
Dalam dot plot sebelumnya The Fed memproyeksikan suku bunga baru akan naik di tahun 2023 dan sebanyak dua kali. Perubahan proyeksi tersebut akan berdampak signifikan ke pergerakan pasar.
“Jika kita melihat dua atau tiga anggota The Fed yang merubah pikiran mereka, itu akan menjadi kejutan yang hawkish (suku bunga naik lebih cepat). Tidak mungkin The Fed menghilangkan dot plot, jadi risiko yang ada saat ini adalah lebih banyak anggota The Fed yang melihat kenaikan suku bunga di 2022 daripada di 2023,” kata Bahuguna.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Deg-degan Menanti The Fed, Rupiah Tertahan di Zona Merah, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210922121132-17-278230/deg-degan-menanti-the-fed-rupiah-tertahan-di-zona-merah