Jakarta, BeritaMu.co.id – Pasar keuangan Indonesia ditutup cenderung beragam pada perdagangan Selasa (21/9/2021) kemarin. Di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga surat berharga negara (SBN) kompak ditutup melemah, sedangkan rupiah ditutup menguat tipis.
IHSG ditutup melemah 0,26% ke level 6.060,76. Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG lagi-lagi diperdagangkan di zona merah.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi perdagangan kemarin kembali turun menjadi Rp 10,9 triliun. Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 429 miliar di pasar reguler. Sebanyak 229 saham naik, 284 saham turun dan 146 lainnya stagnan.
Sementara itu, bursa Asia secara mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Selasa kemarin, di mana Hang Seng yang sebelumnya sempat dibuka ambruk lebih dari 1%, pada penutupan perdagangan kemarin berhasil rebound dan menguat 0,51%.
Selain Hang Seng, indeks saham BSE Sensex India, KLCI Malaysia, PSEI Filipina, Straits Times Singapura, dan Set Index Thailand juga ditutup di zona hijau pada perdagangan kemarin.
Namun di indeks Nikkei Jepang pada perdagangan kemarin ditutup ambruk hingga lebih dari 2%, karena investor mengakumulasi sentimen yang terjadi pada perdagangan Senin (20/9/2021) dan Selasa kemarin, setelah pada Senin lalu tidak dibuka karena sedang libur nasional.
Selain Nikkei, IHSG juga masih membukukan pelemahan pada perdagangan kemarin, sehingga indeks Asia yang terkoreksi pada perdagangan kemarin hanya Nikkei dan IHSG.
Sementara untuk pasar saham China, Korea Selatan, dan Taiwan masih ditutup karena masih libur nasional dalam rangka hari Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid-Autumn).
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia pada perdagangan Selasa (21/9/2021).
Sedangkan untuk rupiah pada perdagangan Selasa kemarin ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS), baik di pasar spot maupun di kurs tengah Bank Indonesia (BI).
Di kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor, rupiah berada di level Rp 14.244, menguat tipis 0,05%. Sedangkan di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 14.235, juga menguat tipis 0,04%.
Jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, rupiah berada di posisi paling terakhir dari empat mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS. Adapun empat mata uang Asia tersebut yakni ringgit Malaysia, yen Jepang, peso Filipina, dan rupiah.
Sementara untuk rupee India, dolar Singapura, dan baht Thailand melemah terhadap sang greenback (dolar AS) pada perdagangan kemarin.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia melawan dolar AS pada Selasa (21/9/2021).
Adapun untuk pergerakan harga SBN pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah, ditandai dengan kembali naiknya imbal hasil (yield). Mayoritas investor kembali melepas SBN pada perdagangan kemarin.
Hanya yield SBN bertenor 5, 25, dan 30 tahun yang yang masih dikoleksi oleh investor dan mengalami pelemahan yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 5 tahun turun 0,8 basis poin (bp) ke level 4,866, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun juga menurun 1,4 bp ke level 7,179%, dan yield SBN dengan jangka waktu 30 tahun melemah 0,3 bp ke level 6,816%.
Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 2,2 bp ke level 6,199% pada perdagangan kemarin.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Selasa (21/9/2021).
Meskipun pasar masih dikhawatirkan oleh krisis likuiditas dari perusahaan raksasa kedua properti China, Evergrande Group, namun pelaku pasar di saham mulai mengurangi kekhawatirannya, ditandai dengan menguatnya mayoritas bursa Asia kemarin.
Rupiah juga masih mampu menguat melawan dolar AS di pasar spot dan kurs tengah Bank Indonesia (BI), setelah BI mengumumkan kebijakan moneter terbarunya, menjadi salah satu yang membantu rupiah menguat.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-7 day reverse repo rate) di level 3,5%. Hal ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun oleh BeritaMu.co.id yang memperkirakan bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5%.
Sementara itu di pasar obligasi pemerintah, melemahnya yield SBN jangka panjang menandakan bahwa optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global semakin berkurang, sedangkan melonjaknya yield SBN jangka pendek menunjukkan adanya ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Namun jelang pertemuan bank sentral AS, the Fed pada Rabu (22/9/2021) waktu AS atau Kamis (23/9/2021) dini hari waktu Indonesia, pelaku pasar masih cenderung wait and see karena menanti sinyal lebih jelas terkait kapan tapering off akan dilakukan.
Demikian berita mengenai ‘Badai’ Evergrande Mulai Mereda, IHSG Rebound Hari Ini?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210922051802-17-278125/badai-evergrande-mulai-mereda-ihsg-rebound-hari-ini