Jakarta, BeritaMu.co.id – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% di tengah adanya wacana Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed melakukan tapering off tahun ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan dewan gubernur BI mempertahankan suku bunga 3,5% sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Mengenai wacana tapering oleh The Fed, BI mengakui terus melakukan pembahasan dan pemantauan serta membuat assessment dalam membuat kebijakan.
“Insya Allah dengan berbagai assessment-assessment dan juga kondisi ekonomi Indonesia dan berbagai pengalaman yang kami lakukan, dampak dari The Fed ini tentu saja bisa diantisipasi dengan baik,” jelas Perry dalam konferensi pers, Selasa (21/9/2021).
Selain itu, kata Perry ada jika The Fed melakukan tapering pada November 2021, dampaknya ke perekonomian Indonesia tidak akan separah taper tantrum pada 2013. Setidaknya ada tiga alasan.
Pertama, Bank Sentral AS terus melakukan komunikasi-komunikasi secara baik kepada investor, media, dan masyarakat. Perekmbangan yang dilihat BI bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi, inflasi, tapi juga pada angka tingkat pengangguran.
“Kesimpulannya memang rencana tapering pengurangan likuiditas, bukan kenaikan fed fund rate. Komunikasi-komunikasi itu bahwa diperkirakan pengurangan likuiditas kemungkinan dimulai pada November dan berlanjut di 2022 dan kemungkinan kenaikan suku bunga fed fund rate pada Kuartal III-2022,” jelas Perry.
Kedua, BI bersama pemerintah akan melakukan langkah-langkah bersama untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dan yield SBN di pasar sekunder. Dimana kata Perry, yield SBN pernah menyentuh 6,7% sampai 6,8%, namun saat ini sudah rendah.
“Kejelasan komunikasi The Fed diterima oleh investor, pasar, dan terfelksi pada perkembangan nilai tukar rupiah dan yield sesuai mekanisme pasar yang jauh lebih kecil,” ujarnya.
Alasan ketiga yang membuat Perry yakin dampak tapering off The Fed ke Indonesia adalah ketahanan ekonomi Indonesia. Di mana defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) diperkirakan masih rendah pada kisaran 0,6% sampai 1,4% terhadap PDB.
“Dibandingkan dengan CAD pada 2018, yang bahkan melebihi 3% dari PDB. Ketahanan eksternal Indonesia juga Alhamdulillah tercermin pada jumlah cadangan devisa sebesar US$ 144,4 miliar. Bandingkan dengan tahun 2013,” tuturnya.
“Kami terus lakukan stress test, dengan melakukan evaluasi mingguan, maupun secara bulanan dan lakukan update informasi, serta menakar dampaknya ke Indonesia,” kata Perry melanjutkan.
Seperti diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
[]
(mij/mij)
Demikian berita mengenai Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan di Tengah Isu Tapering AS, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210921171145-17-278050/alasan-bi-tahan-suku-bunga-acuan-di-tengah-isu-tapering-as