Jakarta, BeritaMu.co.id – Rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal pekan ini. Maklum saja, rupiah berada di dekat level terkuat dalam 4 bulan terakhir, dan pekan ini ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter.
Pada Senin (20/9), pukul 10:15 WIB, rupiah berada di Rp 14.265/US$, melemah 0,28% di pasar spot, melansir data Refintiv. Sebelumnya, saat pembukaan perdagangan, rupiah sudah langsung melemah 0,11%.
Jelang pengumuman kebijakan moneter The Fed, para pelaku pasar lebih memilih wait and see, rupiah yang belakangan menguat tajam juga mengalami koreksi. Maklum saja, isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang selama ini menekan rupiah sedikit banyak akan terjawab pada Kamis (23/9) dini hari waktu Indonesia.
Sebelum pengumuman tersebut, pelaku pasar tentunya mengatur ulang posisinya, sebab ada kemungkinan terjadi volatilitas tinggi, jika salah posisi tentunya bisa boncos.
Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya mengindikasikan jika tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan tepat dilakukan di tahun ini. Beberapa pejabat elit The Fed juga sudah terang-terangan mengatakan ingin melakukan tapering di bulan November.
Sementara sebanyak 60% dari ekonom dalam survei terbaru Reuters mengatakan The Fed akan melakukan tapering pertama pada bulan Desember.
Tetapi rilis data tenaga kerja yang mengecewakan serta inflasi yang melambat membuat The Fed kini diperkirakan membuka banyak pilihan, tetap melakukan tapering jika pasar tenaga kerja kembali membaik, tetapi juga mempertimbangkan menunda tapering jika diperlukan.
Semuanya akan tergantung pada rilis data ekonomi AS di bulan Oktober nanti. Tetapi, The Fed tentunya harus menyampaikan hal tersebut pada pengumuman kebijakan moneter kali ini, dan hal tersebut dikatakan akan tricky.
“Sulit untuk antusias mulai melakukan tapering jika laju pemulihan pasar tenaga kerja memburuk” kata William English, sebagaimana dilansir Reuters.
English merupakan profesor di Yale School of Management, serta mantan pejabat The Fed yang ikut menginisiasi program pembelian aset di tahun saat krisis finansial global melanda di tahun 2007-2009.
“Mereka (The Fed) ingin melihat lebih banyak data. Dan jika mengecewakan lagi, mereka harus kembali menunggu …. Itu akan menjadi pernyataan yang tricky. Mereka ingin membuka ruang, tetapi tidak berkomitmen, itulah misi mereka,” kata English
Jika benar The Fed mengindikasikan bisa menunda tapering jika diperlukan, hal itu bisa menjadi game changer yang akan membuat dolar AS terpuruk dan rupiah bisa menguat tajam.
Namun, sebelum pengumuman resmi dilakukan, pasar masih diliputi ketidakpastian. Dalam kondisi tersebut, rupiah tidak diuntungkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai The Fed Hadapi Situasi Tricky, Rupiah Malah yang Rugi, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210920092844-17-277529/the-fed-hadapi-situasi-tricky-rupiah-malah-yang-rugi