Jakarta, BeritaMu.co.id – Kinerja pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu terpantau beragam. Di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan obligasi pemerintah (surat berharga negara/SBN) bergerak positif, sedangkan rupiah bergerak negatif.
IHSG menguat 0,63% secara point-to-point pada pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (17/9/2021), IHSG ditutup menguat 0,38% ke level 6.133,25.
Nilai transaksi sepekan tercatat mencapai Rp 62,92 triliun, sementara asing melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp 1,68 triliun di pasar reguler dan jual bersih (net sell) Rp 200,55 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Sedangkan kinerja rupiah pada pekan lalu tidak cukup menggembirakan, di mana rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tipis pada Jumat lalu tidak mampu membuat rupiah berbalik ‘memukul’ dolar AS sepanjang pekan lalu.
Menurut data Refinitiv, rupiah berhasil menguat 0,18% ke posisi Rp 14.225/US$ pada penutupan perdagangan Jumat. Namun, dalam sepekan, rupiah ‘loyo’ di hadapan dolar AS dengan turun 0,18%.
Sementara itu, pergerakan pasar SBN pada pekan lalu juga terbilang positif, di mana mayoritas harga SBN terpantau menguat, sedangkan imbal hasil (yield) mayoritas SBN terpantau melemah.
Mengacu pada data Refinitiv, hanya SBN bertenor 1, 10, dan 30 tahun yang mengalami pelemahan harga dan kenaikan yield-nya.
Yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan obligasi acuan negara menguat 0,8 basis poin (bp) ke level 6,163% pada pekan lalu.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sentimen pada pekan lalu cenderung beragam, sehingga dalam periode harian, IHSG dan rupiah cenderung volatil sepanjang pekan lalu.
Dari dalam negeri, Luhut Binsar Pandjaitan, Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali yang juga Menko Maritim dan Investasi RI, mengatakan pandemi virus corona (Covid-19) di Tanah Air semakin terkendali dan pelonggaran bertahap yang diambil membuat pasar keuangan RI cenderung semringah.
Berikutnya masih di dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia di bulan Agustus 2021 tumbuh 64,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh lebih tinggi dari poling yang dihimpun BeritaMu.co.id yang meramal tumbuh 36,5% (yoy).
Sementara impor tercatat tumbuh 55,26% (yoy) juga jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan konsensus yang memprediksi tumbuh lebih tinggi yakni 44,29% (yoy).
Neraca Dagang Aktual periode Agustus 2021 tercatat mencapai US$ 4,74 miliar, tertinggi sejak tahun 2006 dan dua kali lebih tinggi dari ramalan konsensus di US$ 2,32 miliar.
Namun, sentimen positif di dalam negeri masih kalah dengan sentimen negatif dari luar negeri, di mana untuk IHSG yang pergerakannya cenderung volatil sepanjang pekan lalu diakibatkan oleh koreksi dalam bursa Asia.
Sementara di rupiah, kenaikan indeks dolar AS menjadi penghambat laju positif rupiah pada pekan lalu, sehingga secara sepekan rupiah mencatatkan kinerja yang kurang baik.
Naiknya indeks dolar AS disebabkan oleh Pertumbuhan penjualan ritel yang mengejutkan dan memberi gambaran bahwa konsumsi di Negeri Adidaya masih tetap kuat. Artinya, tekanan inflasi itu nyata dan stabil.
Tekanan inflasi, yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang kuat setelah dihantam pandemi Covid-19, membuat pasar kembali meyakini bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bisa segera melakukan pengetatan kebijakan atau tapering. Ini diawali dengan mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing/QE) yang sekarang bernilai US$ 120 miliar setiap bulannya.
Halaman 2>>>
Demikian berita mengenai Covid-19 RI Makin Terkendali, Bagaimana Pasar Hari Ini?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210920050347-17-277478/covid-19-ri-makin-terkendali-bagaimana-pasar-hari-ini