Jakarta, BeritaMu.co.id – Harga emas pada perdagangan pekan ini terpantau menguat, setelah pada pekan sebelumnya sempat melemah. Namun secara harian dalam pekan ini, sebenarnya pergerakan harga emas masih cenderung volatil, tetapi harganya cenderung bertahan di kisaran level US$ 1.810/troy ons.
Harga emas dunia pada pekan ini menguat 0,52% secara point-to-point. Pada penutupan perdagangan Jumat (6/8/2021) kemarin, harga emas langsung melesat 0,93 % ke US$ 1.826,19/troy ons.
Bahkan, harga emas acuan dunia melesat ke level rekor tertingginya selama dua bulan terakhir.
Melesatnya harga emas pada perdagangan Jumat kemarin, yang juga menjadi perdagangan emas terakhir di pekan ini didorong oleh rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang sangat rendah pada periode Agustus tahun 2021.
Slip gaji per Agustus tercatat bertambah 235.000, atau jauh dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 720.000. Angka itu jauh dari capaian Juli yang mencapai 1,05 juta slip gaji.
“Angka penggajian yang rendah pagi ini sangat menghantui outlook tapering karena hanya 235 ribu posisi pekerjaan dibuka pada Agustus, yang sepertinya akan membuat The Fed menahan diri dan memperpanjang rencana tapering,” tutur Chris Zaccarelli, Kepala Investasi Independent Advisor Alliance seperti dikutip CNBC International.
Jika penyebaran virus Covid-19 varian delta berlanjut dan memperburuk perekonomian, maka bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpeluang memundurkan jadwal tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder).
Bos The Fed, Jerome Powell telah menegaskan bahwa program pengurangan pembelian obligasi di pasar baru akan dimulai setelah data tenaga kerja menguat.
Tapering merupakan musuh utama emas. Pernah terjadi pada tahun 2013, emas masuk dalam tren bearish (menurun) hingga tahun 2015.
Tetapi, kali ini investor emas sudah memperhitungkan tapering akan terjadi paling cepat di akhir tahun ini, apalagi data tenaga kerja AS yang dirilis pada malam tadi cenderung tidak sesuai ekspektasi.
Sementara itu dari sisi prospek jangka menengah hingga panjang, emas diprediksi masih akan menanjak.
Harga emas saat ini disebut undervalue sebesar 12% oleh Nitesh Shah, direktur riset di WisdomTree. Ia mengatakan melihat posisi dolar AS, suku bunga, dan inflasi, emas seharusnya diperdagangkan di kisaran US$ 2.000/troy ons.
“Emas menghadapi banyak tantangan, tetapi harganya jauh di bawah seharusnya, dan kita akan melihat harga akan bergerak naik,” kata Shah, sebagaimana dilansir Kitco, Selasa (31/8/2021).
Ia memprediksi harga emas akan mencapai US$ 1.970/troy ons di kuartal IV-2021, kemudian kembali turun ke US$ 1.860/troy ons di kuartal II-2022, sebabnya bank sentral AS (The Fed) yang akan melakukan tapering di akhir tahun ini.
Shah menambahkan, pasar emas akan sangat tergantung dari rapat kebijakan moneter The Fed bulan September, sebab ada ekspektasi akan diumumkan detail. Selain itu outlook inflasi The Fed juga akan mempengaruhi proyeksi emas.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(chd/chd)
Demikian berita mengenai Emas Dunia Sepekan Menguat, Kini di Level US$ 1.826/troy ons, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210904111608-17-273621/emas-dunia-sepekan-menguat-kini-di-level-us–1826-troy-ons