Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (02/9/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah Terbatas

ANALIS MARKET (02/9/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Melemah Terbatas

37
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Pada perdagangan hari Rabu, 01/09/2021 kemarin, IHSG ditutup melemah 59 poin atau -0.97% menjadi 6.090. Sektor teknologi, industri dasar, infrastruktur, property, keuangan, industrial, konsumer siklikal, kesehatan, konsumer non siklikal bergerak negatif dan mendominasi penurunan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp41 miliar.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan ditradingkan pada level 6.023– 6.169. Fundamental ekonomi Indonesia yang kemarin keluar, ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Oleh sebab itu, perekonomian yang masih rapuh ini, mungkin akan menjadi pemberat bagi IHSG untuk mengalami penguatan. Kalaupun penguatan itu ada, mungkin akan tipis. Hati hati, cermati setiap sentiment yang terjadi hari ini,” beber analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (02/9/2021).

Adapun cerita di hari Kamis ini akan kita awali dari;

1.POWELL DISERANG!!!

Pemirsa, ternyata Om Powell sedang di serang oleh berbagai pihak ditengah situasi dan kondisi dimana Taper Tantrum akan terjadi. Ternyata kesaktian Om Powell mengundang beberapa orang yang tidak suka dengan Powell, khususnya terkait dengan masa jabatannya yang ke 2 di kubu The Fed. Demokrat Liberal mengatakan bahwa mereka sedang dalam upaya untuk membujuk Biden agar tidak memberi Powell jabatan ke 2, namun mereka juga tidak menentukan pilihan ketika memutuskan untuk tidak mendukung Powell. Perwakilan New York, Alexandria Ocasio Cortez, Perwakilan Michigan, Rashida Tlaibo dan candidate lainnya hampir kurang lebih 2 lusin kelompok Demokrat Liberal menuliskan memo terpisah untuk mengkritik Powell. Sejauh ini kami masih merasa yakin bahwa dukungan dari Yellen, dan kehidupan, telah menjadi saksi nyata, sejauh mana kinerja Powell dari menjabat hingga saat ini. Biden diperkirakan akan mengumumkan pencalonan ketua The Fed pada musim gugur tahun ini. Beberapa progresif mendukung Gubernur Fed Lael Brainard untuk menjadi ketua The Fed, namun sejauh ini tidak ada suara yang secara terbuka mampu mendesak Biden untuk lebih memilihnya daripada Powell. Brainard telah memberikan instruksi kepada para pendukungnya untuk tidak melakukan kampanye adu domba antara dirinya dengan Powell. Kami setuju pemirsa, saat ini merupakan saat yang penting karena kami melihat The Fed mulai menuju ke satu titik dimana mereka sedang bersiap untuk melakukan Taper Tantrum. Sehingga The Fed harus mencapai kata sepakat untuk dapat menjaga keseimbangan dan kekuatan dari Bank Sentral. Sejauh ini, anggota parlement paling penting yang paling kritis terhadap Powell, Ketua Perbankan Senat Sherrod Brown yang akan membantu Biden dalam proses konfirmasi, dan Senator Elizabeth Warren justru enggan untuk memberikan jabatan ditengah situasi dan kondisi saat ini kepada orang lain selain Powell. Powell sejauh ini mendapatkan hati di semua orang, baik dari masyarakat maupun dari beberapa senator di kedua partai. Karena memang, tidak mudah untuk menjadi pemimpin Bank Sentral terbesar di dunia ditengah situasi dan kondisi pandemi seperti sekarang ini. Sejauh ini penasehat Biden pun telah mempertimbangkan kembali rekomendasinya kepada Biden untuk pencalonan Biden untuk masa jabatan ke 2, dan akan mengangkat Brainard untuk menjadi wakil ketua pengawasan. Sejauh ini Wall Street pun tampak mendukung pencalonan Biden yang dimana itu artinya, pencalonan Biden justru akan memberikan dampak positif terhadap pasar Amerika. Banyak yang menyukai Powell, karena Powell memimpin The Fed dengan caranya sendiri, dan yang terpenting adalah bahwa Powell memiliki visi untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara penuh yang hampir tidak terlihat dalam perekonomian di Amerika. Beberapa organisasi liberal, meminta kepada Biden untuk memilih pemimpin Bank Sentral yang berfokus pada perubahan iklim, rasisme sistemik, dan prioritas progresif lainnya. Isi dari surat tersebut adalah bahwa The Fed adalah lembaga hierarkis, dimana wakil ketua dan wakil ketua pengawasan memegang kekuasaan penetapan agenda yang cukup besar, meskipun pada akhirnya harus menghormati keputusan ketua. Oleh sebab itu, agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik, ke 3 pemimpin ini harus di selaraskan di belakang visi kebijakan yang sama. Biden sejauh ini akan dengan sangat hati hati untuk dapat terlibat dalam tim ekonominya untuk menunjuk ketua The Fed pada waktu yang tepat. Dari pejabat White House, Biden akan menunjuk kandidat yang dimana menurut Biden merupakan kandidat yang paling efektif dalam menerapkan kebijakan moneter. Kami sendiri yakin bahwa Biden tentu akan memilih seseorang yang sudah terbukti akan kemampuannya, karena bagi Biden kali ini pasar akan menjadi taruhannya. Oleh sebab itu, kami sendiri yakin bahwa Powell akan menjadi ketua The Fed berikutnya, meskipun beberapa pihak tentu akan mencoba untuk menghalangi. Namun hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Powell, siapapun tidak ada yang bisa sangsi akan hasil yang dilakukan oleh Powell terhadap perekonomian Amerika. Sebagai informasi tambahan karena sedang membahas Bank Sentral, saat ini inflasi di Eropa mulai mengalami kenaikkan secara konsisten, dan saat ini inflasi akan menjadi salah satu indicator yang akan dibahas pada pertemuan kebijakan minggu depan. Presiden Bundesbank Jens Weidmann mengatakan bahwa para pejabat tidak boleh mengabaikan risiko inflasi saat ini, karena inflasi dapat bergerak lebih cepat daripada yang diantisipasi saat ini. Dirinya mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa harus mewaspadai risiko terhadap prospek harga. Sejauh ini kebijakan yang akomodatif sudah tepat, namun tidak boleh sama sekali mengabaikan risiko inflasi yang terlalu cepat. Weidmann mengatakan ini setelah data ekonomi inflasi di Eropa mengalami kenaikkan hingga 3%, dan angka ini merupakan yang tertinggi dalam 1 dekade pemirsa. Weidmann juga mengatakan bahwa hambatan terkait dengan rantai pasokan akan mendorong kenaikkan harga bagi produsen. Jika factor factor yang menyebabkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan kenaikkan upah, inflasi dapat meningkat kembali dan lebih bertahan lama di level atasnya. Bank Sentral Eropa sendiri akan bertemu minggu depan untuk membahas proyeksi perekonomian dan akan memberikan keputusan terkait dengan seberapa banyak pembelian obligasi darurat pada kuartal ke 4 yang saat ini sebesar 1.85 triliun euro atau $2.19 triliun. Sejauh ini beberapa pembuat kebijakan telah mengatakan bahwa pembelian obligasi harus mulai dikurangi karena pemulihan ekonomi di Eropa mulai terjadi. Saat ini Bank Sentral sendiri tidak terlalu memikirkan inflasi, karena Ketua Bank Sentral Eropa sendiri pun mengatakan bahwa inflasi hanyalah bersifat sementara. Hal ini yang di sampaikan juga oleh The Fed. Oleh sebab itu kami melihat ada kemungkinan inflasi akan dibiarkan, dan pembahasan akan terfokus terhadap program pembelian obligasi yang akan dikurangi secara bertahap. Apalagi The Fed juga sudah memberikan signal yang sama untuk kita semua.

Baca Juga :  Pesan Sri Mulyani ke Jajaran Kemenkeu di Cirebon: Jaga Integritas dan Profesionalisme

2.MINYAK BERKILAU!!

Penguatan dari harga minyak mencuri perhatian dari pelaku pasar dimana hambatan dari Badai Ida dan juga kebijakan pembatasan produksi OPEC+ mengiringi laju harga minyak dunia. Menurut Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS, Sekitar 94% dari produksi minyak dan gas telah ditutup pada hari Selasa 31 Agustus 2021. Produsen minyak dan gas, serta kilang yang menjadi bahan bakar AS, terkena dampak operasi setelah berlalunya Badai Ida dan terpaksa menghentikan produksi. Perlu beberapa waktu sebelum tingkat kerusakan yang lebih secara detail. Setidaknya 2 juta barel per hari kapasitas penyulingan minyak dipengaruhi oleh pola cuaca yang memutus aliran listrik di Louisiana dan meninggalkan setidaknya satu fasilitas dalam genangan air. Hal tersebut ikut menaikkan harga minyak yang diproyeksikan akan Kembali berada di atas US$ 70 per barrel. Memburuknya cuaca tersebut turut memberikan dampak pada laju komoditas subtitusi CPO yaitu keledai dan juga jagung. Pada lain sisi, pergerakan harga CPO saat ini masih mengalami penurunan dari harga tertingginya pada 12 Agustus di 4.560. Sehingga kami menilai hambatan tersebut juga dapat mempengaruhi harga CPO dalam beberapa pekan ke depan.

 


https://pasardana.id/news/2021/9/2/analis-market-0292021-ihsg-memiliki-peluang-bergerak-melemah-terbatas/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here