
Jakarta, BeritaMu.co.id – Raksasa e-commerce asal China Alibaba benar-benar menganggap serius pasar Indonesia. Ini terlihat dari gurita bisnis perusahaan besutan pengusaha Jack Ma tersebut yang berakar dan menyebar di banyak perusahaan rintisan atau startup Tanah Air lewat pendanaan-pendanaan strategisnya.
Sebut saja, di ranah e-commerce lilitan gurita bisnis Alibaba masuk ke tiga raksasa startup e-niaga sekaligus, yakni Lazada, Tokopedia, dan Bukalapak.
Bukalapak bahkan kini sudah tercatat di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus lalu dengan kode saham BUKA dan meraih dana hingga Rp 22 triliun dari penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Menurut pemberitaan CNBC, Alibaba sudah mengakuisisi Lazada pada 2016 silam. Alibaba masuk ke Lazada dengan menyuntikkan dana sekitar US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 14,3 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Setahun kemudian, Alibaba kembali menyuntikkan dana sebesar US$ 1 miliar lagi ke Lazada.
Lalu pada Agustus 2017, Alibaba berinvestasi secara eksklusif dalam pendanaan Seri F Tokopedia senilai US$ 1,1 miliar atau setara Rp 15,73 triliun.
Kemudian, Alibaba turut memimpin putaran pendanaan Seri G senilai US$ 1,1 miliar pada November 2018 bersama investor kelas kakap asal Jepang SoftBank Vision Fund.
Pasca-sinergi antara raksasa ride-hailing Gojek dan Tokopedia di bawah panji GoTo pada Mei lalu, Alibaba Group Holding dilaporkan akan menguasai 12,6% saham perusahaan–di posisi kedua setelah SoftBank Group yang menggenggam 15,3% saham GoTo.
Ketiga, Alibaba juga menjadi investor di Bukalapak, yang baru saja melakukan debut di bursa pada 6 Agustus lalu. Alibaba masuk Bukalapak lewat anak usaha Ant Group, API (Hong Kong) Investment Limited yang menggenggam 17,40% saham BUKA sebelum masa IPO, atau sebesar 13,05% pasca-IPO.
Menurut pemberitaan BeritaMu.co.id pada 19 Februari 2019, Ant Group turut menjadi investor seri D Bukalapak, bersama Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, sampai perusahaan investasi asal Singapura, GIC, yang merupakan dana abadi Singapura (sovereign wealth fund/SWF)
Adapun pemegang saham mayoritas BUKA adalah Grup Emtek lewat PT Kreatif Media Karya (KMK) atau KMK Online yang memiliki 23,93% saham Bukalapak setelah IPO.
Tidak hanya di Bukalapak Alibaba ‘berjumpa’ Emtek. Pada 2018, Emtek, lewat PT Elang Andalan Nusantara (EAN), menggandeng pengelola Alipay Ant Financial (sebelum berganti nama menjadi Ant Group) meluncurkan aplikasi dompet digital Dompet Digital Indonesia (DANA).
Nah, di samping ketiga e-commerce itu, Alibaba juga masuk ke platform finansial konsumen atau financial technology (fintech) Akulaku lewat Ant Group.
Menurut data Crunchbase, Akulaku telah meraup pendanaan US$ 218 juta dalam 8 putaran, setara Rp 3,12 triliun.
Terakhir, Akulaku mendapatkan US$ 100 juta atau setara Rp 1,43 triliun pada 10 Januari 2019 di mana pada putaran tersebut Ant Group ikut terlibat.
Saat ini, selain Ant Group dan IDG Capital, Akulaku disokong oleh Sequoia Capital India, dan 10 investor lainnya.
Kemudian, Akulaku yang dibekingi Alibaba menjadi pemegang saham di atas 5% di dua emiten bursa, yakni perbankan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan emiten pemilik jasa kurir GED PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA)
Akulaku (PT Akulaku Silvrr Indonesia) resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB, setelah mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut terungkap dalam rancangan pengambilalihan Bank Neo Commerce oleh Akulaku yang dipublikasikan pada Rabu (28/7) di situs resmi BBYB.
Pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan ini sehubungan dengan kepemilikan Akulaku atas 1.664.157.909 saham BBYB atau sekitar 24,98% BBYB sebagai akibat dari pelaksanaan penawaran umum terbatas III (PUT III) atau rights issue.
Sebelumnya, Akulaku pertama kali masuk di BBYB pada awal tahun 2019 dengan mengakuisisi 8,9% saham BBYB dari PT Gozco Capital pada harga Rp 338 per saham dengan nilai total Rp 158 miliar.
Sementara, di TNCA per 31 Juli 2021, melalui Akulaku Silvrr Indonesia, Akulaku menggenggam 31,62% perusahaan.
Selain lewat Akulaku Silvrr, Akulaku juga masuk ke TNCA via perusahaan afiliasi Holyhead East Limited (dulu bernama Asetku Ecommerce Limited), yang merupakan pengembang aplikasi Asetku milik Akulaku.
Holyhead East Limited menguasai 27,49% saham TNCA. Selain kedua perusahaan tersebut, PT Belanja Hitungan Detik tercatat memiliki 23,99% saham TNCA.
Informasi mengenai perusahaan ini sangat minim di internet. Namun, apabila mengacu pada pemberitaan media massa dan alamat perusahaan yang sama dengan Akulaku Silvrr, PT Belanja Hitungan Detik ini tampaknya merupakan perusahaan afiliasi Akulaku.
Dengan demikian, Akulaku, melalui ketiga perusahaan tersebut, menguasai 83,1% saham TNCA. Sementara, PT Asuransi Intra Asia memiliki 5% saham perusahaan.
Menurut keterangan di laporan keuangan kuartal I 2021 TNCA, PT Asuransi Intra Asia adalah entitas induk langsung perusahaan. Sementara, entitas induk utama TNCA adalah Kim Johanes Mulia, yang merupakan pemilik Asuransi Intra Asia.
Dus, apabila menilik pembahasan di atas, Alibaba, baik secara langsung maupun tidak langsung, tercatat masuk ke 3 emiten bursa, yakni BUKA, BBYB, dan TNCA.
Lantas, pertanyaannya, bagaimana sebenarnya fundamental ketiga emiten ini?
Di halaman selanjutnya, Tim Riset BeritaMu.co.id akan menjelaskan secara ringkas kinerja keuangan ketiganya.
NEXT: Yuk Intip ‘Jeroan’ Emiten-emitennya
Demikian berita mengenai Royal ‘Bakar Duit’, Begini Gurita Bisnis Alibaba di Emiten RI, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210901084306-17-272763/royal-bakar-duit-begini-gurita-bisnis-alibaba-di-emiten-ri