Home Bisnis MARKET ANALIS MARKET (31/8/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

ANALIS MARKET (31/8/2021) : IHSG Memiliki Peluang Bergerak Menguat

68
0

Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan hari Senin, 30/08/2021 kemarin, IHSG ditutup menguat 103 poin atau +1.71% menjadi 6.144. Sektor industrials, infrastruktur, industri dasar, energi, konsumer non silklikal, kesehatan, keuangan, properti, consumer siklikal, transportasi, teknologi bergerak positif dan mendominasi kenaikan IHSG kali ini. Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 567 miliar rupiah.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat dan ditradingkan pada level 6.119 – 6.182,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (31/8/2021).

Adapun cerita di pagi hari ini akan kita awali dari;

1.AUSTRALIA VS CHINA

Ditengah situasi dan kondisi yang menekan perekonomian Australia akibat Covid 19, tampaknya hubungan antara keduanya masih akan terus memburuk pemirsa. Saat ini Australia tengah harus berjibaku terkait dengan serangan cyber, bot dari China yang menyerbu jaringan Pemerintah Australia. Bot tersebut sedang melakukan screening dan mencari kerentanan yang nantinya dapat dieksploitasi. Saat ini beberapa yang sedang terkena masalah tersebut adalah jaringan email parlement Australia, Biro Meteorologi, dan Kementrian Pertahanan dan Kesehatan. Meskipun saat ini posisi China menolak bahwa bot tersebut merupakan keterlibatan China, namun sebagian besar aktivitas bot tersebut menggunakan APT yang berbasis di China, sebuah istilah yang memberikan sebuah gambaran besar bahwa peretas tersebut di sponsori oleh negara. Apa yang dilakukan oleh China, konon katanya merupakan sebuah balasan dan dampak dari apa yang diinginkan oleh Australia terkait dengan penyelidikan asal usul Covid 19 yang ternyata penyelidikannya tidak memberikan hasil apa apa, namun dampaknya sudah harus di rasakan oleh Australia. Saat ini serangan cyber tersebut terdeteksi hampir di setiap server pemerintah, menariknya meningkat atau menurunnya serangan tersebut berdasarkan situasi dan kondisi hubungan antara Australia dengan China. Saat ini hampir semua serangan cyber terjadi di hampir berbagai sector, termasuk dalam semua tingkatan. Baik pemerintah, industry, pendidikan maupun infrastructure penting lainnya. Sejauh ini Morrison menolak untuk mengaitkan aksi cyber tersebut. Meskipun di kaitkan terhadap China, namun Kementrian Luar Negeri China membantah tuduhantersebut, dan mengatakan bahwa Pemerintah dan Media Australia selalu berusaha menuduh China terkait dengan peretasan yang dilakukan, namun tidak memiliki bukti yang cukup kuat. Terkait dengan asal usul Covid 19, China selalu berusaha untuk mendukung penyelidikan dan partisipasi aktif dalam studi ilmiah. Sejauh ini Australia juga tampaknya enggan untuk membuat panjang situasi dan kondisi yang memang saat ini hubungan antara keduanya tengah memburuk, alih alih Australia menuduh China, Australia justru melakukan kampanye spionase internasional bersama dengan sekutu di Amerika dan Inggris. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa perekonomian Australia merupakan salah satu yang sangat bergantung terhadap China. Apa yang dilakukan oleh China terhadap Australia merupakan sebuah dampak dari keinginan Australia untuk melakukan penyelidikan ditambah lagi dengan menolak pembangunan jaringan 5G, karena adanya potensi penyadapan melalui jaringan tersebut. Hal ini yang membuat China membalas tindakan tersebut dalam sebuah perdagangan yang memukul ekspor Australia mulai dari batu bara hingga lobster dan anggur, dengan nilai A$ 1.2 miliar pada tahun 2019 silam, dan hingga saat ini China telah mengenakan tarif lebih dari 200%. Kedutaan besar China di Canberra sendiri telah memberikan daftar 14 keluhan dan memberikan tuduhan bahwa Pemerintah Australia telah merusak hubungan bilateral diantara keduanya. Berbicara mengenai perekonomian, saat ini kinerja perekonomian masih cukup baik pada kuartal ke 2, namun turunnya ekspor memberikan potensi terjadinya potensi pertumbuhan ekonomi akan berada di area negative. Meningkatnya kasus Covid 19 yang membuat Australia melakukan lockdown hingga 10 minggu lebih, akan mendorong turunnya perekonomian sehingga memberikan potensi akan resesi terjadi. Padahal perekonomian Australia sebelumnya sudah hampir 3 dekade tidak pernah terjadi resesi, dan akhirnya pada tahun 2020 silam, resesi di Australia itu terjadi akibat Covid 19. Well, perjalanan masih akan terus berlanjut, sebisa mungkin kami melihat Australia akan mencoba bertahan, ditengah situasi dan kondisi perekonomian mereka tanpa bergantung dengan China. Karena kami melihat saat ini, Australia tengah berusaha untuk mencari pengganti perekonomian dengan China. Ketergantungan perekonomian dengan China, tentu di lihat oleh China sebagai sebuah kesempatan untuk menekan Australia dengan apa yang mereka miliki. Tentu saja, hal ini akan memberikan waktu yang lebih lama bagi Australia untuk bisa pulih. Tidak mudah memang, karena untuk mencari pengganti China akan memakan waktu yang lebih lama, namun apabila dijalankan dengan baik, bukan tidak mungkin perekonomian Australia akan tetap tangguh seperti biasanya, meskipun tanpa China.

Baca Juga :  ANALIS MARKET (31/3/2023) : IHSG Diproyeksi Bergerak Konsolidasi - Bullish Jangka Pendek

2.HARAP HARAP CEMAS

Menjelang akhir kuartal III pelaku pasar mengkhawatirkan beberapa data ekonomi yang berpotensi melambat dimana penyebaran varian virus delta memberikan dampak yang signifikan pada aktivitas perekonomian. Peningkatan inflasi diperkirakan cenderung terbatas dikarenakan terhambatnya mobilitas masyarakat sebagai dampak dari implementasi PPKM level 3 dan 4. Jika mengacu pada data historis laju inflasi pada semester II/2021 secara musiman akan mulai menguat menjelang akhir periode tahun berjalan. Hal ini terjadi seiring dengan masuknya tahun pendidikan atau ajaran baru di kuartal III/2021, perayaan hari raya keagamaan, dan potensi pulihnya permintaan seiring dengan percepatan vaksinasi Covid-19. Sementara, tingkat inflasi hingga Juli 2021 masih tercatat tetap rendah, hal ini dipengaruhi oleh perpanjangan insentif PPnBM mobil dan PPN rumah hingga akhir 2021. Di samping itu, pemulihan negara maju membuat faktor ketidakpastian menurun dan menyebabkan harga emas menurun. Di sisi lain, inflasi inti pada semester I/2021 terlihat mulai menguat sejalan dengan proses pemulihan ekonomi domestik. Namun, peningkatan kasus Covid-19 akibat varian Delta memaksa pemerintah menerapkan PPKM Darurat/level 3-4, sehingga berdampak pada melemahnya kembali inflasi inti di Juli 2021. Pemulihan sektor transportasi dan pergudangan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum dinilai mengalami tekanan pada kuartal III 2021. Pada kuartal II 2021 kinerja kedua sektor tersebut mengalami perbaikan, termasuk dengan tiga sector lainnya, yaitu jasa lainnya, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan jasa perusahaan. Namun jika melihat lebih jelas, sector transportasi dan pergudangan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan dua sektor yang paling terdampak akibat pemberlakuan pengetatan mobilitas masyarakat. Namun seiring dengan membaiknya kondisi pandemic dan ekonomi pada semester I/2021, kedua sektor tersebut mampu pulih dan tercatat tumbuh di atas 20% secara tahunan pada kuartal II/2021. Pemulihan pada kuartal III/2021 berpotensi terhambat seiring dengan meningkatnya angka kasus harian Covid-19 akibat varian Delta. Hal ini juga yang menyebabkan pemerintah menerapkan PPKM darurat/level 3-4 yang kembali diperpanjang hingga 6 September 2021 mendatang. Namun kami menyakini, aktivitas perekonomian akan mampu bertahan, karena kami melihat mobilitas diluar Jakarta pusat masih cukup padat, sehingga memberikan ruang bagi perekonomian untuk tumbuh meskipun terbatas.


https://pasardana.id/news/2021/8/31/analis-market-3182021-ihsg-memiliki-peluang-bergerak-menguat/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here