Beritamu.co.id β Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, kali ini pemirsa, penulis tidak akan membahas pergerakan pasar obligasi khusus hari ini. Karena akan ada sesuatu yang lebih menarik untuk dibahas, karena kita kedatangan si anak bawang, Sukuk Ritel 15 yang telah dipasarkan.
Sukuk Ritel 15 ini apakah menarik untuk kita koleksi sebagai nasabah ritel? Ataukah ternyata bahwa suku bunga deposito bank buku 1 atau 2 ataupun Bank Pembangunan Daerah lebih menarik?
Sejauh ini, kami sebetulnya dibilang sedih, ya memang sedih, dibilang kecewa, ya tentu kecewa. Lho, memang kenapa? Karena kalau kita lihat, imbal hasil obligasi pemerintah yang berjatuh tempo 3y saja sudah berada di 4.85%, yang itu artinya hanya berbeda 0.25%.
Lho bukannya sudah lumayan? Memang sih lumayan, tapi karena ini Sukuk, sebetulnya nilai kuponnya bisa diberikan lebih manis dengan rentang yang lebih baik, daripada hanya sekedar 0.25%. Kalau memang tujuannya untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Karena kalau kita perhatikan, tujuan ini seolah-olah mulai berubah, dari mengedukasi dan mensosialisasi kepada masyarakat tentang investasi obligasi, hanya lebih kepada penerbitan semata.
Memang, kalua kita bandingkan dengan tingkat suku bunga Bank Buku 1 sekalipun, kupon obligasi SR memang jauh lebih baik, namun pointnya adalah mendorong investasi obligasi agar bisa dinikmati oleh masyarakat sesungguhnya dari berbagai kalangan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik dengan imbal hasil bagi masyarakat sebagai kompensasi.
Beralih kepada lelang, ditengah situasi dan kondisi perekonomian yang mulai pulih akibat PPKM yang dilonggarkan, kami melihat ada potensi optimisme akan pulih, meskipun ketidakpastian dari global masih akan menyertai. Kehadiran pertemuan di Jackson Hole akan menjadi salah satu yang dinantikan oleh pelaku pasar dan investor, karena akan mempengaruhi pergerakan pasar obligasi kedepannya.
Begitu juga dengan lelang hari ini yang kami harapkan mampu mendatangkan total penawaran diatas dari Rp 50 T, untuk menjaga aura optimis.
βNah pagi ini pasar obligasi akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas, meskipun secara fundamental masih rapuh. Kami merekomendasikan ikuti lelang dan beli di pasar sekunder,β sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (24/8/2021).
Adapun di hari Selasa ini akan kita awali dari;
1.INDIA LAGI SALE!
India saat ini sedang berencana pemirsa untuk mengumpulkan uang sebanyak 6 triliun rupee atau $81 miliar dari penjualan asset infrastructure milik negara India dalam kurun waktu 4 tahun ke depan untuk membantu meningkatkan keuangan pemerintah yang bertujuan untuk menutup deficit anggarannya. Rencana tersebut akan mencakup penjualan asset jalan raya, kereta api, bandara, saluran transmisi listrik dan pipa gas. Hal ini tentu saja memicu keprihatinkan karena India sampai harus melakukan penjualan asset negara hanya untuk menutup deficit anggarannya. Menteri Keuangan, Nirmala Sitharaman dijadwalkan akan membuat blueprint dari rencana tersebut kemarin. Penjualan yang direncanakan tersebut sejalan dengan rencana dari Perdana Menteri Narendra Modi untuk melakukan kebijakan divestasi strategis, dimana negara akan mempertahankan porsi kepemilikkannya hanya di beberapa sector yang teridentifikasi, dan sisanya akan dilakukan privatisasi. Sejauh ini, pemerintah telah menganggarkan sebanyak 1.75 triliun rupee dari penjualan tersebut pada tahun ini hingga Maret 2022 mendatang untuk menutupi penurunan dari short fall pajak yang terjadi akibat pandemi. Sejauh ini proposal divestasi yang lebih luas tahun ini termasuk penawaran umum perdana Perusahaan Asuransi Jiwa. Tidak hanya itu saja, India juga akan melakukan penjualan saham di Bharat Petroleum Corp. dan Air India Ltd. Sitharaman diperkirakan akan mengumumkan rencananya dalam waktu dekat untuk memonetisasi asset infrastructure yang dipegang oleh 11 kementrian. Pendapatan dari hasil monetisasi jalan diperkirakan sebesar 1.6 triliun rupee, dari kereta api sebesar 1.5 triliun rupee. Untuk listrik diperkirakan akan mencapai 1 triliun rupee, jaringan pipa gas 590 miliar rupee, dan asset telekomunikasi sebesar 400 miliar rupee. Gudang umum, penerbangan sipil, infrastructure pelabuhan, stadion olahraga, dan asset pertambangan diperkirakan akan menghasilkan hampir 1 triliun rupee. Pemerintah sejauh ini memiliki asset yang sangat berharga dan hal ini tentu saja akan menarik minat dari investor. Rencana monetisasi diperkirakan akan disampaikan oleh Sitharaman dalam pidato anggaran tahunannya, yang dimana berfungsi sebagai peta jalan inisiatif dari penjualan asset pemerintah. Apa yang dilakukan oleh India, kami melihat sejauh ini merupakan salah satu cara yang memang harus ditempuh, setelah sebelumnya India terkena wabah Covid 19 gelombang ke 2 yang dimana mendorong keprihatinan dari berbagai negara. Gelombang ke 2 inilah yang membuat perekonomian India menjadi drop, karena gelombang ke 2 cukup menekan perekonomian. Pendapatan dari penjualan asset tersebut adalah kunci untuk mempersempit deficit anggaran negara, yang dimana Sitharaman mengharapkan menjadi 6.8% dari GDP, menurun dari tahun sebelumnya yang berada di 9.3%. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, diharapkan hal ini akan membuat perekonomian India menjadi jauh lebih baik karena deficit berada di angka yang cukup tinggi. Sebetulnya bagaimana sih posisi perekonomian India saat ini? Sebetulnya kalau kita lihat per bulan August ini saja, sebetulnya perekonomian India secara perlahan mulai berangsur membaik. Kita lihat saja, data data seperti PMI Manufacturing mulai berada di atas 50, dari sebelumnya 48.1 menjadi 55.3 yang dimana memberikan sebuah gambaran bahwa perekonomian India mulai menuju fase ekspansif dari sisi manufacture. Namun PMI seperti services dan composite memang mengalami kenaikkan, tapi belum mampu menembus level 50. Pemulihan dari sisi services dan composite diperkirakan akan lebih lama kalua kita bandingkan dari sisi manufacture. Dari sisi Inflasi pun, India masih terjaga dengan baik, hanya saja memang mengalami penurunan dari sebelumnya 6.26% menjadi 5.59%, namun masih dalam batas toleransi. Pertemuan Bank Sentral India kemarin pun masih tidak mengubah tingkat suku bunga sebagai bagian dari kebijakan yang akomodatif. Mereka juga masih akan terus mencoba untuk melakukan pembelian obligasi di pasar sebagai bagian dari stimulus untuk mendukung perekonomian. India sedang tertatih, mungkinkah kita bisa mencoba mengambil kesempatan ini untuk bisa masuk ke dalam pasokan global ditengah situasi dan kondisi seperti saat ini?
https://pasardana.id/news/2021/8/24/analis-market-2482021-pasar-obligasi-berpotensi-menguat-terbatas/