Home Bisnis Ini 5 Alasan Mengapa Pemerintah Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2021

Ini 5 Alasan Mengapa Pemerintah Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2021

19
0
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Beritamu.co.id, JAKARTA – Perekonomian Indonesia di 2021 diperkirakan masih akan menghadapi berbagai dinamika salah satunya adalah penyebaran virus yang bermutasi. Pemerintah bahkan merevisi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 setelah merebaknya virus varian Delta, yang memicu eskalasi kasus Covid-19 di dalam negeri sejak akhir Juni 2021.

Pemerintah merubah proyeksi pertumbuhan di 2021 menjadi 3,7 persen-4,5 persen, lebih lambat dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yaitu 4,5 persen-5,3 persen.

Pada Buku II “Nota Keuangan Beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022”, pemerintah memproyeksikan sejumlah pertumbuhan komponen PDB Indonesia.

Pertama, konsumsi rumah tangga di 2021 diperkirakan tumbuh di kisaran 2,2 persen-2,8 persen. Adapun, konsumsi rumah tangga memiliki porsi sebesar 54 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada semester II diperkirakan relatif tertahan akibat munculnya varian delta. Dengan demikian konsumsi rumah tangga pada tahun 2021 diprediksi tumbuh pada kisaran 2,2-2,8 persen,” demikian ditulis pada Nota Keuangan dan RAPBN 2022 yang dirilis pada Senin, (16/8/2021).

Kedua, investasi diperkirakan tumbuh di rentang 4,7 persen-6,1 persen. Pemerintah memprediksi bahwa aktivitas investasi akan terus terjaga di masa PPKM, khsususnya aktivitas konstruksi bangunan dengan protokol kesehatan yang memadai. Adapun, kontribusi investasi bangunan terhadap total pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sekitar lebih dari 70 persen.

Ketiga, pemerintah memperkirakan belanja pemerintah tumbuh pada kisaran 3,9 persen-4,6 persen di 2021. Kemenkeu menuturkan bahwa peran belanja APBN semakin genting untuk menghadapi kenaikan kasus Covid-19. Oleh sebab itu, pemerintah melakukan realokasi dan refocusing APBN 2021 untuk memperkuat anggaran program PEN untuk belanja di sektor kesehatan dan perlindungan sosial.

Baca Juga :  Ssst...'Disulut' Kabar dari Biden, Bitcoin cs Bakal Rekor!

Adapun, pemerintah menaikkan pagu anggaran PEN menjadi Rp744,77 triliun dari pagu sebelumnya yaitu Rp699,43 triliun, untuk menghadapi PPKM Darurat di awal Juli 2021. Pada pagu baru, realisasi per 13 Agustus telah mencapai Rp320,35 triliun, atau 43 persen dari pagu.

Keempat, pemerintah memperkirakan ekspor akan tumbuh di kisaran 11,7 persen-14,6 persen, dan impor di kisaran 12,2 persen-16,0 persen.

“Sementara itu pada komponen perdagangan internasional, kinerja yang sangat kuat pada semester I akan terus dijaga,” demikian yang ditulis pada buku tersebut.

Pertumbuhan pada perdagangan internasional diperkirakan didorong oleh kinerja perekonomian mitra dagang seperti China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa yang diperkirakan masih berada pada jalur pemulihan yang relatif cepat.

Berbeda dengan China, AS, dan Eropa, negara-negara di kawasan Asean diprediksi maish tertahan sebagai dampak penyebaran virus varian baru seperti halnya di Indonesia.

Terakhir, arah pemulihan dari sisi sektoral seperti pada industry pengolahan, perdagangan, dan pariwisata sangat bergantung pada pengendalian pandemi Covid-19. Kinerja industri pengolahan diperkirakan tetap mampu tumbuh positif di kisaran 3,1 persen-4,2 persen, dan sektor perdagangan turut mendukung kinerja industri dengan pertumbuhan di kisaran 4 persen-5 persen.

Sementara itu, beberapa sektor lainnya turut diperkirakan melanjutkan tren pemulihan dengan pertumbuhan yang cukup kuat seperti sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,0 persen-8,4 persen, dan konstruksi di kisaran 3,8 persen-5,1 persen.

.
. :

.
Beritamu.co.id . Follow sosial media kami
.

sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20210822/9/1432463/ini-5-alasan-mengapa-pemerintah-pangkas-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here