Jakarta, BeritaMu.co.id – Setelah menyentuh rekor baru pada perdagangan Senin (9/8/2021), harga batu bara terkoreksi pada perdagangan Selasa (10/8) kemarin.
Harga kontrak berjangka (futures) baru bara di pasar ICE Newcastle (Australia) melemah 1,07% ke US$ 161,55/ton pada Selasa. Sementara sehari sebelumnya, harga batu bara melonjak 4,05% ke US$ 163,30/ton.
Ini adalah rekor tertinggi setidaknya sejak 2008 dan untuk kali pertama harga berada di atas US$ 160/ton.
Adapun, harga batu bara sempat mencatatkan penguatan selama 4 hari beruntun, yakni pada 4-9 Agustus lalu. Dalam sepekan, harga batu bara melonjak 8,71%.
Menguatnya harga batu bara akhir-akhir ini didorong, salah satunya, oleh mulai pulihnya ekonomi dan peningkatan permintaan batu bara oleh produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia, China.
Melansir Reuters, Jumat (6/8) persediaan batu bara China telah turun mendekati posisi terendah dalam sejarah sejak Agustus seiring tercapainya puncak permintaan listrik musim panas dan kemacetan transportasi yang diperburuk oleh banjir dan topan parah bulan lalu.
Untuk mengatasi pasokan batubara yang ketat, pemerintah telah mengerahkan penambang top, seperti China National Coal Group dan Jinneng Holding Group untuk meningkatkan pasokan.
Menurut Reuters, stok batubara yang dimiliki oleh para penambang di Negeri Tirai Bambu telah turun 26% secara tahunan dan persediaan di pelabuhan-pelabuhan utama turun 21%.
Hal tersebut membuat harga batubara spot termal di pelabuhan utara China mendekati rekor tertinggi lebih dari 1.050 yuan (US$162,44) per ton.
Lebih lanjut, konsumsi batubara China pada paruh pertama tahun 2021 meningkat sepersepuluh dari tahun sebelumnya menjadi 2,1 miliar ton.
Di sisi lain, produsen batu bara besar lainnya, Amerika Serikat (AS), mengekspor total gabungan 7,11 juta mt batubara termal dan metalurgi (met) pada Juni, level bulanan tertinggi sejak Juni 2019, menurut data Biro Sensus AS yang dirilis 5 Agustus lalu.
Menurut data S&P Global, dari periode Januari hingga Juni, sebagian besar batubara met AS diekspor ke China. Volume met coal AS menuju China meningkat sembilan kali lipat dari periode tahun lalu menjadi 4,42 juta mt pada 2021.
Dari domestik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja mengenakan sanksi kepada 34 perusahaan batu bara berupa pelarangan penjualan batu bara ke luar negeri.
Hal itu disebabkan 34 perusahaan tersebut tidak memenuhi kewajiban pasokan batu bara sesuai kontrak penjualan dengan PT PLN (Persero) dan atau PT PLN Batu Bara pada periode 1 Januari hingga 31 Juli 2021.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, pelarangan ekspor batu bara bagi 34 perusahaan tersebut bisa berimbas pada kurangnya pasokan batu bara di pasar global hingga kurun waktu tiga bulan.
“Kalau kita hitung estimasi tiga bulan shortage ekspor bisa jadi sekitar 10 juta ton. Tentu kita berharap perusahaan yang masuk daftar tersebut menyelesaikan kewajibannya,” katanya kepada BeritaMu.co.id, Senin (09/08/2021).
Semakin menurunnya pasokan batu bara di pasar internasional akibat berkurangnya pasokan dari Indonesia, maka ini akan semakin mengerek harga batu bara secara global.
Terlebih, menurut Hendra, salah satu isu meroketnya harga batu bara global adalah karena naiknya permintaan dari China dan India, namun pasokan terbatas karena permasalahan cuaca yang masih turun hujan hingga menghambat produksi.
Update Terus berita terkini di BertaiMU.co.id
[]
(adf/adf)
Demikian berita mengenai Cooling Down! Harga Batu Bara Drop setelah Tembus Rekor, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210811105705-17-267722/cooling-down-harga-batu-bara-drop-setelah-tembus-rekor