Jakarta, BeritaMu.co.id – Posisi beli bersih (net long) dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada pekan lalu. Artinya, para spekulator menurunkan ekspektasi dolar AS akan menguat ke depannya.
Tetapi, hal tersebut tidak memberikan keuntungan bagi rupiah, sebab belakangan ini dolar AS malah terus menanjak.
Melansir data Refinitiv, indeks dolar AS menguat 0,1% ke 93,027 mendekati level tertinggi dalam 5 bulan terakhir. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah menguat sejak Jumat pekan lalu.
Di saat yang sama, rupiah membukukan pelemahan 4 hari beruntun hingga hari ini, Selasa (10/8/2021) berada di Rp 14.380/US$.
Foto: Datawrapper
Commodity Futures Trading Commission (CFTC) pada Jumat pekan lalu melaporkan posisi net long pada pekan yang berakhir 3 Agustus sebesar US$ 2,11 miliar, turun tajam dibandingkan pekan sebelumnya US$ 2,99 miliar.
Namun, penurunan tersebut terjadi sebelum spekulasi tapering atau pengurangan program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini oleh bank sentra AS (The Fed), kembali menguat.
Spekulasi tersebut memang meredup setelah The Fed mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (29/7/2021). Apalagi kemudian disusul dengan rilis pertumbuhan ekonomi serta inflasi AS yang lebih rendah dari prediksi.
Tetapi spekulasi tersebut kembali menguat sejak Rabu lalu, atau sehari setelah laporan penurunan net buy dolar AS oleh CFTC.
Meguatnya spekulasi terjadi setelah Wakil ketua The Fed, Richard Clarida, pada pekan lalu mengindikasikan tapering bisa dilakukan di tahun ini, dan suku bunga akan dinaikkan pada awal 2023.
“Anda duduk di sini dan melihat inflasi sudah jauh di atas target dan pasar ketenagakerjaan terus membaik menuju level pra-pandemi. Menurut saya, ini terdengar seperti kami harus bersiap (melakukan tapering),” kata Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara bersama Washington Post.
Pernyataan Clarida kemudian didukung rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan lebih lanjut. Departemen Tenaga Kerja AS Jumat lalu melaporkan sepanjang bulan Juli perekonomian AS mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebanyak 943.000 orang, lebih tinggi dari hasil polling Reuters 880.000 orang.
Sementara tingkat pengangguran juga turun menjadi 5,4% dari bulan Juni 5,9%, dan lebih tajam dari prediksi 5,7%. Selain itu, rata-rata upah per jam juga mencatat pertumbuhan 0,4% dari bulan sebelumnya.
Kemarin, giliran Presiden The Fed Atalanta, Raphael Bostic mengatakan ia melihat kemungkinan tapering dilakukan di kuartal IV-2020 atau sekitar bulan Oktober-Desember.
Tetapi Bostic juga tidak menutup kemungkinan tapering terjadi lebih cepat jika data tenaga kerja AS menunjukkan kemajuan seperti di bulan Juli yang berkelanjutan.
Dengan demikian, ada peluang besar terjadi peningkatan posisi net buy dolar AS lagi. Setidaknya hal tersebut sudah terlihat dari penguatan indeks dolar AS dalam 3 hari terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Spekulator Kurangi Posisi Beli, Dolar AS kok Masih Perkasa?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210810165848-17-267610/spekulator-kurangi-posisi-beli-dolar-as-kok-masih-perkasa