Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pasar obligasi kemarin (09/8) masih mengalami penurunan, ditengah situasi dan kondisi gejolak optimis akibat adanya pemulihan ekonomi.
Namun, tampaknya pelemahan harga obligasi itu mungkin akan berubah menjadi penguatan hari ini. Lho kok bisa?
Semalam (09/8), pada akhirnya pemerintah telah mengumumkan bahwa PPKM level 4 kembali diperpanjang. Oleh sebab itu, kami melihat pelaku pasar dan investor akan kembali pesimis terkait dengan momentum pemulihan ekonomi yang mungkin hilang pada kuartal ke 3 ini.
Semakin lama PPKM level 4 tidak bisa dikendalikan, semakin lama perekonomian akan pulih, dan tentunya, ujung-ujungnya nanti akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Ditengah situasi dan kondisi optimis yang mulai berkurang, tampaknya pelaku pasar dan investor diperkirakan akan kembali masuk ke dalam pasar obligasi meskipun tidak dalam jumlah yang besar.
Apakah memang PPKM level 4 lanjutan ini akan membuat pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan? Tidak sampai negative, masih dalam rentang yang positive, tapi mungkin angkanya akan membuat sedikit sesak. Kehati-hatian akan menjadi point penting disini, tergantung bagaimana perspektikf kita memandangnya.
Nah, ditengah situasi dan kondisi seperti ini, tentu saja pelaku pasar dan investor akan cenderung lebih memilih untuk mengikuti lelang yang akan digelar oleh pemerintah hari ini. Dengan target indikatif sebesar Rp 12 T, tentu besar kemungkinannya akan diserap secara penuh dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 30 T – 40 T. Obligasi jangka pendek tentu masih akan menjadi pilihan bagi pelaku pasar dan investor untuk mengurangi volatilitas pasar yang akan terjadi pada kuartal ke 2 dan 4.
“Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Selasa (10/8/2021).
Adapun cerita di hari Selasa ini akan kita awali dari;
1.TEKANAN KANAN KIRI
Kali ini pelaku pasar dan investor mungkin akan mendapatkan tekanan dari kiri dan kanan. Kita bahas dulu dari yang kiri ya pemirsa. Tekanan datang dari Global ketika Presiden Fed Bank of Atlanta, Raphael Bostic mengatakan bahwa Bank Sentral harus bergerak saat ini untuk mengurangi pembelian obligasinya, apabila dalam kurun waktu 1 atau 2 bulan berikutnya data ketenagakerjaan bergerak menguat sehingga proses pemulihan ekonomi dapat bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Saat ini, The Fed telah berada menuju kemajuan substantial yang menjadi tujuan kami selama ini imbuh Bostic. Nah ini pemirsa, sepertinya Bostic juga tahu apa yang dimaksud dengan kemajuan substantial. Bostic menambahkan, apalagi dengan adanya penambahan tenaga kerja sebanyak 943.000 pada bulan lalu, hal ini menjadi sangat menggembirakan bagi kami. Oleh sebab itu, Bostic yakin dalam kurun waktu 1 atau 2 bulan kedepan, The Fed akan membuat kemajuan susbtansial yang dimana sudah saatnya The Fed mulai memikirkan kebijakan baru The Fed. Bostic sendiri adalah anggota bergilir di Komite penetapan kebijakan The Fed hingga akhir tahun. Dirinya melihat situasi dan kondisi yang lebih hawkish daripada beberapa rekannya yang mengatakan bahwa perekonomian masih belum pulih seutuhnya. Untuk tingkat suku bunga, dirinya mengatakan bahwa kenaikkan pertama tingkat suku bunga mungkin akan terjadi pada tahun 2022 mendatang. Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin menguatkan pernyataan dari Bostic yang mengatakan bahwa dirinya juga melihat kemajuan yang diinginkan oleh Bank Sentral. Barkin menambahkan bahwa dari sisi inflasi telah membuat kemajuan yang sangat substantial, bahkan mungkin lebih dari apa yang disebut kemajuan susbtansial. Dan Barkin percaya bahwa masih banyak ruang yang lebih besar bagi tenaga kerja untuk mengalami pemulihan. Barkin sendiri melihat rasio pekerjaan terhadap populasi menjadi sebuah penanda bahwa kemajuan substantial akan terjadi sebentar lagi. Sejauh ini kami melihat sudah cukup banyak pejabat The Fed yang menginginkan adanya perubahan kebijakan, oleh sebab itu 1 – 2 bulan mendatang hal ini akan menjadi salah satu moment penting bagi kita semua, apakah The Fed akan mengubah arah kebijakannya atau tidak. Karena sejauh mata memandang, selain Powell, tampaknya semuanya menyerukan untuk adanya perubahan kebijakan secepat mungkin khususnya pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022. Pertanyaannya sederhana, apakah Powell akan bergeming terhadap sikap dari anggotanya? Sehingga membuat Powell juga melihat bahwa pengurangan pembelian obligasi juga dapat dilakukan. Ataukah Powell masih menyakini bahwa pemulihan ekonomi masih belum cukup kuat, sehingga membutuhkan topangan yang lebih lanjut lagi sebelum The Fed benar benar memastikan bahwa perekonomian telah berjalan dengan sebagaimana mestinya, bangkit dari pemulihan. Namun kami sendiri melihat bahwa kekhawatiran pelaku pasar pun sebetulnya tercermin, ketika penyebaran Covid 19 kembali membuat jumlah korban bertambah. Kami melihat secara jangka pendek, kenaikkan korban Covid 19 akan membuat ombak, namun tidak besar bagi ekonomi Amerika, apalagi akan ada suntikan booster bagi masyarakat Amerika untuk menghadapi variant Delta. Tentu hal ini menjadi salah satu langkah pencegahan yang sangat baik bagi pergerakan variant Delta yang mengancam perekonomian Amerika. Oleh sebab itu meskipun ada kekhawatiran, tapi pemerintah Amerika telah bergerak sangat cepat untuk mengatasi hal tersebut. The Fed sejauh ini masih kisruh karena semakin lama sepertinya situasi dan kondisi terkait dengan pengurangan pembelian obligasi semakin panas karena semakin banyak pejabat The Fed yang mulai bersuara terkait akan hal ini. Apalagi tampaknya semua pejabat The Fed tahu pemirsa, kemajuan substantial seperti apa yang menjadi tujuan dari The Fed. Banyak pejabat yang melihat bahwa pengumuman dilakukan pada bulan August – September, atau bisa juga The Fed menanti data ketenagakerjaan dari bulan October hingga December untuk memastikan bahwa tenaga kerja benar benar solid dan kuat. Sejauh ini, kenaikkan tenaga kerja pada bulan lalu merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 1 tahun, yang dimana tingkat pengangguran juga mengalami penurunan ke level terendahnya sejak pandemic terjadi yaitu 5.4%. Atas dasar inilah Bostic merasa yakin bahwa perekonomian akan bergerak lebih cepat, dan Bostic akan mencoba untuk melakukan pengurangan dengan waktu yang lebih singkat daripada target kami sebelumnya. Bostic sendiri tidak memberikan target waktu, kapan hal itu akan terjadi, namun Bullard kemarin mengatakan hal tersebut dapat terjadi pada awal musim gugur dan berakhir pada bulan Maret 2021 mendatang. Bostic juga melihat bahwa saat ini yang harus diwaspadai adalah penyebaran Covid 19 Variant Delta yang dimana dapat menyebabkan kekhawatiran di Emerging Market. Sejauh ini bagi negara negara maju, tampaknya penyebaran Covid 19 dapat di kendalikan, karena mereka sendiri memiliki tools untuk melakukannya. Bagaimana dengan Emerging Market termasuk kita salah satunya pemirsa? Saat ini tekanan juga datang dari kanan, yaitu PPKM kembali diperpanjang yang dimana tentu saja hal ini akan menekan perekonomian setidaknya hingga jangka menengah. Optimis mungkin akan turun, namun apabila kita realistis dari awal, tentu kita dapat bertahan. Satu-satunya untuk mengalahkan tekanan dari kanan dan kiri adalah tentu bergerakan maju. Well, tentu kita berharap yang terbaik untuk menghadapi situasi dan kondisi saat ini ya.
2.SEBUAH TANTANGAN, APAKAH KITA BISA BERTAHAN?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III dinilai cukup memiliki tantangan. Hal ini seiringan dengan pertambahan jumlah kasus baru virus corona yang semakin memuncak pada kuartal III 2021. Upaya pemerintah dalam penanganan pandemic dengan mengetatkan aktivitas memberikan dampak pada turunnya produktivitas pabrik dan membawa sector manufaktur kembali ke arah kontraksi. Hal ini tentu dapat menjadi pertimbangan yang cukup besar bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian dan juga penanganan dari pandemic. Penerapan PPKM darurat dan level 3-4 diperkirakan akan mengurangi aktivitas perekonomian, khususnya yang identik dengan mobilitas seperti kegiatan konsumsi dan investasi dan dengan menyebarnya varian delta di seluruh dunia juga akan mempengaruhi proyeksi perekonomian global dan kinerja ekspor. Secara sektoral, implementasi PPKM juga akan memberikan dampak pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada mobilitas masyarakat, misalnya di sektor perdagangan, transportasi, hotel, dan restoran. Kami melihat perekonomian Indonesia pada kuartal III dapat lebih lambat jika dibandingkan dengan kuartal II 2021. Namun secara garis besar, pertumbuhan di kuartal III masih berpotensi dalam angka positif. Hal ini seiringan penanganan kasus Covid-19 yang belum maksimal serta status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang kembali diperpanjang. Semakin lambat penanganan pandemi akan membuat PPKM semakin panjang yang tentunya dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi kita semakin rendah. Kami melihat penanganan pandemic sangat penting guna meningkatkan kepercayaan diri pelaku usaha maupun masyarakat, apabila PPKM diperpanjang ada mungkin peluang pertumbuhan ekonomi di kuartal III hanya berada di angka 2% hingga 3%. Oleh sebab itu kami tidak ingin bahwa penguatan IHSG ataupun pasar obligasi ternyata tidak diikuti dengan penguatan fundamental ekonomi yang kuat, karena pada dasarnya penguatan IHSG akan kopong. PPKM telah resmi kembali diperpanjang, lagi lagi kami ingin melihat seberapa jauh sebenarnya efektivitas PPKM ini dilakukan. Apabila memang tidak memberikan efektivitas yang baik, alangkah baiknya bahwa PPKM ini bisa di rubah lagi namanya karena situasi dan kondisi sekitar selain Sudirman – Kuning Jakarta, aktivitas dan mobilitas masyarakat masih sama seperti biasa. Kami cukup khawatir hal ini akan membebani perekonomian tidak lagi jangka pendek melainkan juga jangka menengah. Dan apabila tidak ada perubahan kembali, maka akan memberikan efek secara jangka panjang.
https://pasardana.id/news/2021/8/10/analis-market-1082021-obligasi-jangka-pendek-masih-menjadi-pilihan-investor/