Jakarta, BeritaMu.co.id – Rupiah akhirnya melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (6/8/2021), pelaku pasar yang berhati-hati jelang rilis data tenaga kerja AS malam ini membuat rupiah kesulitan untuk menguat. Data tenaga kerja tersebut bisa memberikan gambaran kapan tapering akan dilakukan bank sentral AS (The Fed).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.340/US$. Setelahnya, rupiah melemah hingga 0,24% ke Ro 14.375/US$. Rupiah berakhir memangkas pelemahan hingga mengahiri perdagangan di Rp 14.350/US$, atau melemah 0,07% saja.
Rupiah tidak sendirian, mayoritas mata uang Asia juga melemah pada hari ini. Beberapa memang menguat, tetapi itu pun sangat tipis, sama dengan yang melemah juga tipis-tipis. Menjadi indikasi pelaku pasar masih wait and see. Hanya bath Thailand yang ambrol 0,42% pada perdagangan hari ini.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:03 WIB.
Mata Uang
Kurs Terakhir
Perubahan
USD/CNY
6,4649
0,06%
USD/IDR
14.350
0,07%
USD/INR
74,162
0,09%
USD/JPY
109,72
-0,02%
USD/KRW
1.142,47
-0,01%
USD/MYR
42,130
-0,05%
USD/PHP
5,041
0,12%
USD/SGD
1,3508
-0,01%
USD/THB
33,380
0,42%
USD/TWD
27,781
0,08%
Rupiah sebenarnya mendapat sentimen positif dua hari terakhir dari dalam negeri. Tetapi penguatan tajam lebih dari 1% dalam 3 hari pertama pekan ini memicu aksi ambil untung (profit taking).
Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh impresif pada kuartal II-2021. Output ekonomi yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 7,07% dibandingkan kuartal II-2020 (year-on-year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar.
Ini merupakan pertumbuhan PDB pertama setelah mengalami kontraksi selama 4 kuartal beruntun, artinya Indonesia sah keluar dari resesi.
Konsensus pasar yang dihimpun BeritaMu.co.id memperkirakan PDB akan tumbuh 6,505% yoy. Sedangkan konsensus pasar versi Reuters menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6,57% yoy pada April-Juni 2021.
Sementara pada hari ini, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) per akhir Juli sebesar US$ 137,3 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$ 137,1 miliar atau sekitar US$ 200 juta.
“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Jumat (6/8/2021).
Cadangan devisa Indonesia kini naik dalam 2 bulan beruntun total cadev naik sebesar US$ 900 juta, sementara di bulan Mei jeblok US$ 2,4 miliar. Bulan sebelumnya cadev mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 138,8 miliar, kemudian jeblok hingga ke US$ 136,4 miliar yang merupakan posisi terendah di tahun ini.
Halaman Selanjutnya >>> Dolar AS Nantikan Data Tenaga Kerja
Demikian berita mengenai Bisik-Bisik Tapering Muncul Lagi, Rupiah Jadi Sulit Menguat, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210806151654-17-266722/bisik-bisik-tapering-muncul-lagi-rupiah-jadi-sulit-menguat