Jakarta, BeritaMu.co.id – Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat mengatakan banyak keuntungan yang akan didapatkan Indonesia melalui kerjasama local currency settlement (LCS).
LCS sendiri merupakan kerja sama antara bank sentral Indonesia dengan sejumlah bank sentral negara lain. Kerja sama ini memperbolehkan penggunaan mata uang lokal setiap kali berlangsung transaksi perdagangan bilateral maupun investasi.
Dengan kerja sama LCS, maka kedua negara bisa sama-sama mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Artinya dalam setiap transaksi, kedua negara tak lagi perlu untuk menukar dolar seperti yang saat ini dilakukan.
Transaksi di LCS ini mencakup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung serta perdagangan antar bank untuk mata uang negara tersebut dan rupiah. Selain itu ada juga sharing informasi dan diskusi secara berkala antar otoritas.
Untuk diketahui, saat ini Indonesia sudah menyepakati kerangka kerja LCS dengan empat negara yaitu China, Jepang, Malaysia, dan Thailand.
Manfaat adanya LCS ini kata Donny secara umum, yakni settlement transaksi cross border menggunakan mata uang lokal Indonesia Rupiah atau mata uang negara mitra, seperti Myanmar (MYR), Thailand (THB), Jepang (JPY) dan China (CNY).
“Nasabah di Indonesia diperbolehkan membuka rekening mata uang mitra di Indonesia dan sebaliknya nasabah di negara mitra diperbolehkan membuka rekening Indonesia rupiah di luar negeri,” jelas Donny kepada BeritaMu.co.id, Senin (2/8/2021).
Manfaat lainnya, kata Donny yakni transfer mata uang mitra dan IDR dalam rangka remitansi atas pekerja migran Indonesia atau tenaga kerja asing.
Selain itu, nasabah dapat memperoleh financing dalam mata uang mitra di Indonesia untuk kebutuhan settlement ke negara Malaysia.
“Direct quotation MYR/IDR, THB/IDR, JPY/IDR dan CNY/IDR berpotensi mendukung peningkatan efisiensi transaksi LCS,” jelas Donny.
Sebagai gambaran, selama ini di Indonesia, transaksi perdagangan internasional memang menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga menimbulkan risiko ketidakpastian yang cukup tinggi.
Seperti dalam beberapa tahun terakhir, ketika Indonesia ingin menggenjot perekonomian, maka lonjakan impor tidak terhindarkan. Di waktu yang sama Indonesia juga membutuhkan pasokan dolar AS untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang.
Bila ditambah dengan sentimen negatif dari global atau dalam negeri, nilai tukar rupiah sulit untuk dikendalikan alias pelemahan. Meskipun BI tetap berupaya keras mengkondisikan rupiah stabil sesuai fundamentalnya.
Walaupun hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi rupiah, namun ada dampak negatif jika langkah ‘buang dolar’ dilakukan.
Usaha mengguncang dolar ini pasti menimbulkan ketidakpastian baru dalam ekonomi global. Dalam jangka panjang keseimbangan yang timbul dalam penggunaan mata uang antarnegara akan menciptakan sistem ekonomi moneter yang bebas guncangan. Namun hal ini tentu tidak berlaku dalam jangka menengah.
Dalam jangka menengah, keseimbangan yang timbul oleh akibat keragaman mata uang yang digunakan justru akan mengakibatkan ketidakpastian ekonomi menjadi pasti.
Dan, beberapa ekonom beranggapan bahwa kontraksi ekonomi cenderung ke arah resesi yang terjadi saat ini salah satunya karena mulai berkurangnya dominasi dolar AS dalam transaksi global, sehingga kepastian ekonomi justru membawa dampak yang buruk terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Apalagi, hal ini akan membuat AS menjadi pihak yang dirugikan. Dan pastinya, AS tidak akan tinggal diam dalam menyikapi hal ini.
[]
(mij/mij)
Demikian berita mengenai Berani Lepas Ketergantungan Dolar AS, Apa Untungnya Buat RI?, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20210802221014-17-265594/berani-lepas-ketergantungan-dolar-as-apa-untungnya-buat-ri