BeritaMu.co.id –
Foto Source: standard
Penggunaan VAR (Video Assitant Referee) di Piala Dunia 2018 lalu
pertama kali digunakan pada pertandingan antara Spanyol dan Portugal. Pada
menit ke-24, penyerang Spanyol Diego Costa kontak fisik dengan bek Portugal
Kepler Pepe hingga menyebabkan Pepe jatuh, dan Costa mencetak gol. Wasit
Gianluca Rocchi asal Italia ketika itu berkonsultasi dengan VAR untuk
memastikan bahwa ia tidak mengambil keputusan yang salah dengan mengesahkan gol
tersebut. VAR di Moskow yang berjarak 1.620 km dari Socchi kemudian
merekomendasikan bahwa gol tersebut sah.
Ruang kontrol VAR yang berlokasi di Moskow itu kemudian menjadi
asisten bagi wasit yang bertugas di 12 kota di Rusia yang menyelenggarakan
pertandingan-pertandingan Piala Dunia. Dalam ruang kontrol tersebut, para
asisten wasit yang berjumlah tiga orang tersebut memiliki akses terhadap 33
kamera yang bisa menangkap setiap sudut dari lapangan pertandingan. Sebanyak 12
dari 33 kamera tersebut dilengkapi dengan fitur slow motion sehingga insiden-insiden cepat yang kerap terjadi di
lapangan bisa dilihat dengan jelas. Bahkan untuk fase gugur, kamera dengan
fitur ultra slow motion ditambahkan
Dalam situsnya, FIFA menjelaskan bahwa VAR digunakan dalam tiga
insiden plus satu insiden administratif yang kemungkinan terjadi dalam sebuah
pertandinga sepakbola. Insiden tersebut adalah insiden yang berpotensi menjadi
pengubah jalannya pertandingan (game
changing). Keempat insiden tersebut adalah gol, keputusan penalti, kartu
merah langsung, dan kesalahan identitas.
Dalam hal gol, VAR akan membantu wasit untuk membuat keputusan
apakah ada sebuah pelanggaran, offside
atau tidak sebelum gol tersebut terjadi. Komunikasi wasit dengan VAR ini
terjadi setelah bola melewati garis gawang sehingga tidak akan memiliki dampak
langsung terhadap permainan. Pada semifinal Liga Champions musim 2018-2019,
antara Manchester City melawan Tottenham Hotspur, di menit terakhir pemain City
berhasil mencetak gol. Tetapi VAR menunjukkan bahwa sebelumnya pemain City
mengalami offside sehingga gol
tersebut dianulir dan City gagal melangkah ke babak final.
Dalam hal keputusan penalti, VAR membantu wasit untuk memutuskan
apakah pelanggaran atau handball benar-benar
terjadi di kotak penalti sehingga hadiah penalti diberikan. Demikian pula dalam
hal pemberian kartu merah langsung. VAR akan membantu wasit untuk memastikan
bahwa pelanggaran yang terjadi memang layak atau tidak untuk diganjar dengan
kartu merah.
Sementara untuk insiden keempat termasuk yang masih jarang menjadi
alasan penggunaan VAR. Dalam konteks ini, VAR berguna untuk membantu wasit
memastikan pemain mana yang melakukan pelanggaran. Hal ini untuk memastikan
agar wasit tidak memberi hukuman pada pemain yang salah. Kejadian ini pernah
terjadi saat pertandingan antara Arsenal melawan Chelsea di mana Kieran Gibbs
diusir wasit padahal yang melakukan pelanggaran adalah Alex Oxlade-Chamberlain.
Ada tiga langkah dalam bekerjanya VAR membantu wasit. Pertama,
wasit akan menginformasikan VAR atau VAR sendiri yang akan merekomendasikan
wasit terhadap sebuah keputusan atau insiden yang sebaiknya ditinjau ulang.
Langkah kedua, VAR meninjau ulang dan memberi rekomendasi kepada wasit.
Komunikasi ini dilakukan melalui sambungan headset
yang dikenakan oleh wasit. Wasit bisa memutuskan untuk melihat langsung
hasil tinjauan VAR pada layar video yang terletak di salah satu sudut lapangan.
Langkah ketiga adalah ketika keputusan diambil. Wasit bisa saja
menerima rekomendasi dari VAR atau tidak, tetapi biasanya rekomendasi VAR akan
sangat dipertimbangkan wasit. Pada intinya, wasit di lapangan pertandingan
tetap memiliki otoritas tertinggi untuk mengambil keputusan untuk pertandingan.
Dilihat dari sejarahnya, VAR pertama kali merupakan proyel
Refereeing 2.0 yang dikembangkan asosiasi sepakbola Belanda, KNVB. Pada musim
2012-2013, sistem ini diujikan di Eredivisie. Tahun 2014, KNVB mengajukan
proposal VAR kepada Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) untuk
diterapkan. Usulan VAR ini didukung dengan teknologi 4G yang sudah semakin
berkembang. Presiden FIFA ketika itu Sepp Blatter sempat menolak usulan ini
karena prinsipnya yang cukup resisten dengan penggunaan teknologi dalam
sepakbola. Tetapi setelah Blatter diganti Gianni Infantino karena Blatter kena
skandal korupsi, VAR diterima dan mulai dikembangkan. Piala Dunia 2018 di Rusia
adalah ajang internasional pertama yang sudah menggunakan teknologi VAR.