Home Bola Apa Itu Doping? Bagaimana FIFA Memeranginya?

Apa Itu Doping? Bagaimana FIFA Memeranginya?

7
0

Foto Source: lawinsport

Doping adalah konsumsi obat-obatan dan zat terlarang yang
ditujukan untuk meningkatkan performa dalam berolahraga. Dalam sepakbola,
seorang pemain yang melakukan doping memungkinkan dirinya memiliki stamina yang
lebih baik dan kecepatan lari yang melebih batas. Beberapa badan olahraga
internasional seperti Komite Olimpiade Internasional (OIC) telah sepakat bahwa
doping dilarang, baik disengaja maupun tidak.

Penggunaan doping terlarang bagi pemain sepakbola maupun atlet
olahraga lainnya karena secara medis hal tersebut membahayakan sang atlet.
Doping mungkin memiliki efek jangka pendek meningkatkan performa sang atlet,
akan tetapi dalam jangka panjang doping tersebut dapat merusak bukan mental,
seperti dapat menyebabkan kecemasan, halusinasi, hingga psikosis.

Penggunaan doping memang sangat menggoda bagi setiap atlet,
terutama pemain sepakbola. Hal itu dikarenakan setiap pemain bola mendapatkan
tekanan besar untuk tampil dalam performa terbaik. Situasi ini membuat setiap
pemain, apalagi pemain muda, rentan untuk terjebak menggunakan doping. Pemain
yang sedang mengalami cedera juga biasa merupakan pemain yang rentan untuk
melakukan doping, dengan harapan bahwa hal itu akan mempercepat proses
penyembuhannya dan mengembalikan performanya secara instan.

Setiap badan organisasi olahraga internasional telah bersepakat
bahwa doping adalah hal yang terlarang. Tujuannya selain dari pada menjaga agar
hal tersebut tidak merusak tubuh sang atlet adalah agar memberikan kesetaraan
bagi setiap atlet. Selain itu, tujuannya adalah untuk menjaga agar olahraga
bisa mempertahankan citra yang bebas dari obat-obatan dan zat terlarang. Oleh
karena, bagi setiap atlet olahraga yang terbukti melakukan doping hal itu
dianggap sebagai tindakan yang tidak etis.

Dvorak dan kawan-kawan dalam artikelnya di British Journal of
Sports Medicine berpendapat bahwa FIFA melakukan strategi anti-doping dengan
pendekatan pendidikan dan pencegahan. Oleh karena itu, FIFA menjamin bahwa
seluruh dokter yang terafiliasi dengan FIFA memiliki prosedur kontrol doping
yang sama di semua tempat. Menurut mereka, peran FIFA ini menunjukkan
keseriusan FIFA dalam ‘memerangi’ doping dalam sepakbola. Meskipun kuantitas
penggunaan doping sebenarnya cukup rendah, tetapi upaya FIFA menunjukkan bahwa
tidak ada toleransi sama sekali terhadap doping. Dalam catatan antara tahun
1994-2005 misalnya hanya terdapat 0,37% temuan dari 20 ribuan sampel.

Baca Juga :  Real Madrid Ditawarkan Target Barcelona ‘Luka Jovic’

Untuk menjaga agar sepakbola bebas dari doping, terdapat
organisasi bernama WADA (World Anti Doping Association). Organisasi ini
melakukan pengecekan secara berkala dan acak bagi pemain-pemain yang bertanding
dalam kompetisi internasional. Organisasi ini misalnya melakukan pengecekan
pada tim-tim nasional yang bertanding di Piala Dunia tahun 2010 silam. Tidak
main-main, apabila pemain ditemukan melakukan doping, sanksi skorsing hingga
empat tahun bisa dikenakan.

Pada perhelatan Piala Dunia 2014, FIFA lebih serius lagi.
Pengecekan dilakukan terhadap seluruh pemain tiap negara yang berpartisipasi.
Biasanya pengecekan dilakukan dengan mengambil sampel urin dan darah sang
pemain. Dalam kesempatan itu, FIFA mengenalkan istilah paspor biologis. FIFA
menetapkan aturan yang cukup ketat bagi para pemain sepakbola profesional,
bahwa tes doping dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, meskipun bukan
dalam sebuah pertandingan. Apabila sang pemain menolak untuk melakukan kontrol
dan tes doping, pemain dapat dijatuhi hukuman larangan bertanding. Hal ini
pernah dialami mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand.

Penggunaan doping yang cukup terkenal juga pernah dilakukan oleh
legenda Argentina, Diego Armando Maradona. Ia positif dinilai doping pada saat
Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Ia hanya sempat bermain dua kali pada
kompetisi tersebut, termasuk ketika ia mencetak gol ke gawan Yunani. Maradona
positif mengonsumsi lima zat efedrin, yang dilarang oleh FIFA. Ia sempat
berkilah bahwa zat tersebut adalah pemberian pelatih pribadinya. Tetapi
setelahnya, Maradona mesti berjuang untuk dapat bebas dari ketergantungan
obat-obatan.

Mantan pemain Middlesbrough Abel Xavier juga positif mengonsumsi
steroid anabolik yang dilarang pada saat bermain di ajang Piala UEFA tahun
2015. Akibat hal tersebut ia kemudian diskorsing tak bisa bermain selama 18
bulan. Demikian pula mantan striker Chelsea Adrian Mutu yang positif
mengonsumsi kokain sehingga ia gagal tampil di Liga Inggris musim 2003-2004.
Chelsea kemudian memutus kontrak pemain asal Rumania tersebut.

Sumber : https://Beritamu.co.id/apa-itu-doping/7155/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here