Chicago (Beritamu.co.id) – Emas sedikit melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), terseret oleh kekhawatiran pengetatan moneter yang agresif oleh Federal Reserve, tetapi melemahnya dolar serta perlambatan pertumbuhan ekonomi karena perang di Ukraina membatasi penurunan lebih lanjut.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 3,4 dolar AS atau 0,17 persen, menjadi ditutup pada 1.955,60 dolar AS per ounce.
Emas berjangka anjlok 27,4 dolar AS atau 1,4 persen menjadi 1.959,00 dolar AS pada Selasa (19/4/2022), setelah meningkat 11,5 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.986,40 dolar AS per ounce pada Senin (18/4/2022), dan jatuh 9,8 dolar AS atau 0,49 persen menjadi 1.974,90 dolar AS pada Kamis (14/4/2022) menjelang libur Paskah.
Inflasi yang tinggi mendorong pengetatan yang lebih agresif dari Federal Reserve. Pedagang mungkin takut akan lebih banyak lagi yang akan datang, dan konsekuensi ekonomi dari langkah kebijakan tersebut.
Para analis pasar berbicara tentang puncak inflasi AS dan pertumbuhan ekonomi yang melambat, yang mungkin sedikit mengurangi daya tarik emas. Dana Moneter Internasional pada Selasa (19/4/2022) memangkas perkiraan pertumbuhan global menjadi 3,6 persen pada 2022 dari perkiraan Januari sebesar 4,4 persen, mengutip inflasi dan konflik Rusia-Ukraina sebagai faktornya.
“Kami semakin dekat dengan peluang beli emas… kami melakukan aksi jual korektif yang bagus dan ada peluang di sini untuk bergerak lebih tinggi,” kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Pada Selasa, emas turun sekitar 1,4 persen karena komentar hawkish dari pejabat Fed mendorong dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun ke tertinggi multi-tahun.
Sementara emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kenaikan suku bunga AS meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly pada Rabu (20/4/2022) mengatakan dia memperkirakan inflasi akan mulai turun dan berada di target 2,0 persen Fed dalam lima tahun. Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuan naik menjadi 1,32 persen pada Juni, dan menjadi 2,80 persen pada Februari mendatang, dari 0,33 persen sekarang.
Emas telah berkinerja relatif baik, naik sekitar 7,0 persen tahun ini, meskipun imbal hasil riil meningkat dan dolar menguat, analis Saxo Bank Ole Hansen mengatakan dalam sebuah catatan.
Kekhawatiran inflasi dan pertumbuhan keduanya telah “didorong oleh perang” dan dikombinasikan dengan volatilitas di pasar ekuitas dan obligasi, investor semakin mencari tempat berlindung yang aman, tambah Hansen.
National Association of Realtors melaporkan pada Rabu (20/4/2022) bahwa penjualan existing home atau rumah tangan ke-dua (sudah pernah ditempati sebelumnya) di AS turun 2,7 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 5,77 juta unit pada Maret, memberikan dukungan tertentu terhadap emas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 12 sen atau 0,47 persen, menjadi ditutup pada 25,271 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 1,7 dolar AS atau 0,17 persen, menjadi ditutup pada 987 dolar AS per ounce.
Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/2833813/emas-tergelincir-terseret-kekhawatiran-pengetatan-moneter-agresif)
Beritamu.co.id - Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (14/11), IHSG ditutup turun -1,29%…
Beritamu.co.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, tren pelemahan harga Surat Utang…
Beritamu.co.id - Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Indeks berjangka S&P 500 hampir datar…
Beritamu.co.id - Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan kemarin (14/11), IHSG ditutup melemah…
Beritamu.co.id - Hadi Suhermin selaku Direktur Utama dan juga Pengendali PT Sarana Mitra Luas…
Beritamu.co.id - Industri kreatif merupakan salah satu sektor usaha yang cukup banyak digeluti oleh…