
Beritamu.co.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada sesi perdagangan kemarin.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 3 basis poin (bp) ke level 6,43%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 2 bp ke level 6,80%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 1 bp ke level 6,83%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range di minggu ini, yaitu di kisaran 6,79%-6,99%.
Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp29,4 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp52,6 triliun.
FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp7,6 triliun dan Rp4,1 triliun.
Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,0 triliun.
Pada RDG BI yang dilaksanakan pada 20-21 Mei 2025, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas BI Rate sebesar 25bp menjadi 5,50%.
Keputusan tersebut bertujuan untuk mempertahankan stabilitas Rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit pada bulan April tercatat sebesar 8,88% (yoy), melambat dibandingkan 9,16% (yoy) pada bulan Maret sebelumnya.
BI juga mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga melambat dari 5,51% (yoy) pada Januari 2025 menjadi 4,55% (yoy) pada bulan April.
Pada RDG BI tersebut, BI juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari 4,7%-5,5% menjadi 4,6%-5,4% serta proyeksi ekspansi kredit dari 11%-13% menjadi 8%-11%.
BI tetap mencermati ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,09%, bergerak dari level Rp16.413/US$ di hari Selasa menjadi Rp16.399/US$ kemarin.
Dari eksternal, Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 8bp menjadi 4,15%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 10bp menjadi 4,58%.
Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat tipis sebesar 1bp menjadi 84bp.
CDS 5-tahun Indonesia relatif stabil di kisaran 83-85bp selama 7 hari terakhir, mengindikasikan persepsi risiko investor global terhadap Indonesia relatif terjaga.
Di tengah kondisi global yang cukup fluktuatif, keputusan BI untuk mengambil peluang pemangkasan suku bunga saat kondisi nilai tukar Rupiah cukup favorable berpotensi memberikan dampak positif bagi pasar obligasi.
Yang menarik dari dua kali pemangkasan yang sudah dilakukan di tahun 2025 ini, pemangkasan tersebut terjadi pada bulan yang memiliki jatuh tempo SRBI cukup besar.
Berdasarkan catatan kami, jatuh tempo SRBI pada Januari 2025 lalu tercatat sebesar Rp114 triliun, dan diperkirakan pada bulan Mei 2025 akan ada sebesar Rp116 triliun SRBI yang jatuh tempo.
Sebagai kontras, jatuh tempo SRBI pada bulan Februari, Maret, dan April masing-masing tercatat kurang dari Rp50 triliun.
Menyesuaikan pemangkasan suku bunga pada periode yang memiliki tambahan likuiditas dari instrumen yang jatuh tempo kemungkinan dapat memperkuat transmisi pelonggaran kebijakan ke dalam sistem keuangan.
“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan demand terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0094, FR0052, FR0091, FR0103,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Kamis (22/5).
https://pasardana.id/news/2025/5/22/analis-market-2252025-ada-potensi-peningkatan-demand-sbn-berdenominasi-rupiah/