Categories: MARKET

ANALIS MARKET (19/5/2025): Waspadai Pullback

Beritamu.co.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Wall Street mencatatkan kenaikan beruntun selama 5 hari dan mengakhiri pekan lalu dengan solid, didorong oleh kesepakatan gencatan senjata tarif selama 90 hari antara AS dan Tiongkok, yang disambut positif oleh para pelaku pasar.

Investor mengabaikan penurunan mengejutkan dalam sentimen konsumen AS, sebaliknya berfokus pada meredakan ketegangan perdagangan dan harapan akan sikap dovish The Fed.

Alhasil, pada perdagangan Jumat (16/05/25) Dow Jones naik 331,99 poin (0,78%) ke level 42.654,74, S&P 500 menguat 0,70% ke level 5.958,38, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,52%.

Kinerja mingguan indeks utama AS sangat gemilang sebagai berikut: S&P 500 melonjak +5,3%, Nasdaq meroket 7,2%, Dow Jones terangkat 3,4%.

Namun, setelah penutupan, ETF S&P 500 dan Nasdaq anjlok sekitar 1% dalam perdagangan setelah jam perdagangan, menyusul penurunan peringkat kredit AS oleh MOODY dari sempurna Aaa menjadi Aa1, dengan alasan melonjaknya utang dan beban bunga yang sekarang melampaui negara-negara dengan peringkat yang setara. 

SENTIMEN PASAR:  

  1. Gencatan Senjata Tarif dan Dampaknya: Gencatan senjata tarif AS-Tiongkok selama 90 hari berhasil mendorong pasar dan mengurangi kekhawatiran akan resesi global. Barclays bahkan merevisi naik prospek ekonomi AS, dari kontraksi -0,3% menjadi pertumbuhan +0,5% tahun ini, dan 1,6% untuk tahun depan. Menurut Morgan Stanley, dampak kenaikan tarif akan mulai terasa pada inflasi mulai bulan Mei dan dapat menyebabkan Fed menunda pemotongan suku bunga, meskipun pasar masih mengharapkan setidaknya 2 kali pemotongan suku bunga tahun ini.
  2. Sentimen Konsumen Melemah: Survei Universitas Michigan menunjukkan indeks sentimen konsumen AS turun menjadi 50,8 pada bulan Mei (vs April 52,2), jauh di bawah ekspektasi pasar (53,4). Ekspektasi inflasi 1 tahun naik menjadi 7,3% (dari 6,5%), sementara ekspektasi inflasi jangka menengah 5–10 tahun naik menjadi 4,6% (dari 4,4%).
  3. Tekanan Politik dan Fiskal: RUU pajak besar Trump gagal melewati rintangan prosedural utama di Kongres. Penolakan datang dari faksi-faksi Republik garis keras yang menuntut pemotongan anggaran yang lebih dalam, menandai kemunduran politik yang langka bagi Trump. RUU tersebut diproyeksikan akan menambah triliunan dolar ke utang pemerintah federal, yang sekarang mencapai US$36,2 triliun.

PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: Imbal Hasil TREASURY AS 10 tahun turun menjadi 4,443%, memperpanjang penurunan hari Kamis, sejalan dengan inflasi yang jinak dan data PPI. Pasar obligasi menguat menyusul data ritel dan produsen yang lemah, tetapi berada di bawah tekanan baru setelah penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s. Sementara itu, DOLAR AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama, meskipun INDEKS DOLAR masih turun hampir 6% tahun ini.  

PASAR EROPA & ASIA: Indeks MSCI Global naik 0,5%, MSCI Asia-Pasifik (kecuali Jepang) naik lebih dari 3% selama seminggu. STOXX 600 Eropa naik 0,4%, menandai kenaikan mingguan ke-5 berturut-turut. Laporan laba perusahaan di EROPA menunjukkan ketahanan yang kuat, mendorong revisi ke atas pada proyeksi laba Q1 2025. Sentimen saham Eropa semakin terdorong oleh prospek peningkatan belanja pertahanan dan pelonggaran aturan fiskal, terutama setelah JERMAN mengusulkan paket investasi infrastruktur dan pertahanan senilai €500 miliar bersama dengan pelonggaran aturan pengekangan utang. Sebagian besar pasar ASIA stagnan hingga melemah pada hari Jumat, meskipun masih membukukan kenaikan mingguan berkat sentimen positif dari gencatan senjata tarif ASTiongkok. Pasar cenderung bersikap menunggu dan melihat setelah data ekonomi yang beragam dan penurunan teknis pada saham teknologi. NIKKEI 225 Jepang turun 0,5% setelah PDB Q1 menyusut 0,7% YoY, jauh di bawah penurunan 0,2% yang diharapkan. HANG SENG Hong Kong merosot lebih dari 1%, terseret oleh saham Alibaba yang anjlok 5% setelah laba Q4 tidak memenuhi ekspektasi. Pasar Tiongkok Daratan juga turun, dengan CSI 300 dan SHANGHAI Composite melemah masing-masing sebesar 0,4% dan 0,3%. Secara mingguan, sebagian besar indeks Asia masih membukukan kenaikan, meskipun reli menunjukkan tanda-tanda memudar karena pasar menunggu solusi jangka panjang untuk ketegangan tarif global. 

Related Post

KOMODITAS: Harga EMAS turun dari singgasananya: Emas spot turun 1,38% menjadi US$3.195,16/troy ons, sementara emas berjangka melemah 1,2%. Emas membukukan penurunan mingguan terbesar sejak November 2024. Di sisi lain, harga MINYAK menguat dengan BRENT naik 1,4%, meskipun pasar tetap bergejolak setelah penurunan 2% pada hari Kamis di tengah kekhawatiran tentang potensi lonjakan pasokan dari OPEC+ dan kemungkinan kesepakatan nuklir Iran. 

INDONESIA: Bank Indonesia merilis data terbaru Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga akhir Q1-2025, tercatat sebesar US$430,4 miliar, naik 6,4% YoY. Peningkatan tersebut terutama berasal dari sektor pemerintah yang tumbuh 7,6% menjadi US$206,9 miliar, sebagian besar dari penerbitan obligasi. Sementara itu, ULN sektor swasta turun 1,2% menjadi US$195,5 miliar, yang didominasi oleh sektor manufaktur, keuangan, ketenagalistrikan, dan pertambangan. Sebanyak 84,7% ULN tersebut merupakan ULN jangka panjang. Rasio ULN terhadap PDB berada pada posisi 30,6% dan masih dinilai dalam batas aman oleh Bank Indonesia. Kendati demikian, masyarakat tetap perlu mewaspadai dampak ULN terhadap nilai tukar, inflasi, dan harga kebutuhan pokok.  

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN: Jumat lalu membukukan penguatan hampir 1%, naik 66,36 poin ke level 7.106,53; membukukan kenaikan mingguan sebesar 4,01%, membentuk semacam candle Hanging Man yang muncul di atas level psikologis Resistance 7.000. RSI telah memasuki wilayah Overbought (70), yang menjadi pengingat bahwa pembalikan arah dapat terjadi kapan saja.  

Analis Kiwoom Sekuritas memperkirakan pullback wajar akan menguji Support terdekat: angka bulat 7.000 hingga MA10/6.900.

“Namun, jika momentum bullish berlanjut, mengingat asing menjadi pembeli bersih minggu lalu dengan Rp3,65 triliun (arus masuk konsisten yang tidak terlihat dalam beberapa waktu), maka IHSG mungkin mengejar TARGET 7.200 –7.250 sebelum memasuki semester kedua,” beber analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Senin (19/5). 


https://pasardana.id/news/2025/5/19/analis-market-1952025-waspadai-pullback/

Yulia Vera

Recent Posts

Ekspansi ke Jepang, Lovina Brewery Gandeng Naoyoshi

Beritamu.co.id - PT Lovina Beach Brewery Tbk (IDX:STRK) tengah ekspansi ke Jepang. Caranya dengan…

3 mins ago

Edwin Cheah Yew Hong Tambah Investasi Sahamnya di MDIY

Beritamu.co.id - Edwin Cheah Yew Hong selaku Direksi PT Daya Intiguna Yasa Tbk (IDX:…

1 hour ago

Sepekan Perdagangan: Kapitalisasi Pasar BEI Tembus Rp14.211 Triliun, Meningkat 0,20% Dibanding Pekan Sebelumnya

Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di BEI selama periode tanggal 01 - 04 September…

2 hours ago

Bank Panin Dubai Syariah Tbk Raih Peringkat idAA-/Stable dari PEFINDO

Beritamu.co.id – PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (IDX: PNBS) menyampaikan telah memperoleh peringkat…

3 hours ago

Investasi, Rika Juniaty Tanzil Tambah Porsi Kepemilikan Sahamnya di MDIY

Beritamu.co.id - Rika Juniaty Tanzil selaku Direksi PT Daya Intiguna Yasa Tbk (IDX: MDIY)…

14 hours ago

Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk Umumkan Perubahan Anggota Dewan Komisaris Perseroan

Beritamu.co.id - PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (IDX: TRIM) menyampaikan perubahan anggota Dewan Komisaris…

15 hours ago