Home Bisnis MARKET Dampak Tarif Trump 2025 terhadap Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia: Antisipasi Volatilitas...

Dampak Tarif Trump 2025 terhadap Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia: Antisipasi Volatilitas dan Peluang Transformasi

3
0

Beritamu.co.id Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru pada hari Rabu, 02 April 2025 lalu.

Negara-negara di Eropa, Amerika Latin, dan Asia, seperti India, China, Thailand terkena kebijakan tarif ini, termasuk Indonesia – yang terkena tarif sebesar 32%.

Adapun kebijakan tarif yang mulai berlaku pada Sabtu, 5 April 2025 pukul 00.01 waktu AS ini diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian dan pasar modal Indonesia pada tahun 2025.

Indonesia—sebagai negara dengan ekonomi terbuka yang bergantung pada ekspor komoditas dan rantai pasok global—harus bersiap menghadapi tekanan multidimensi.

Artikel yang diramu dari berbagai sumber ini, mencoba membedah dampak potensial, risiko pasar, dan strategi mitigasi yang mungkin diambil pemerintah dan pelaku bisnis. 

1.Skenario Kebijakan Tarif 2025: Ancaman Langsung vs Tidak Langsung  

Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif “universal” untuk mengurangi defisit perdagangan AS.

Untuk Indonesia, dampaknya terbagi dalam dua lapis:  

– Tidak Langsung: 32% ekspor Indonesia ke China (batubara, nikel, CPO) terancam jika permintaan China turun akibat perang dagang AS-China.  

– Langsung: Produk manufaktur Indonesia seperti tekstil, alas kaki, dan biodiesel sawit berisiko dikenai tarif 10–15% jika AS mengklasifikasikan Indonesia sebagai “negara dengan praktik perdagangan tidak adil”.  

Proyeksi Bank Dunia (2024):  

– Penurunan 1% ekspor Indonesia ke AS dapat mengurangi pertumbuhan PDB sebesar 0,1%.  

– Tarif 10% untuk produk manufaktur Indonesia berpotensi menurunkan ekspor sektor tersebut hingga $1,2 miliar pada 2025.  

2.Dampak Sektor Kunci: Dari Komoditas hingga Manufaktur  

Komoditas Strategis  

– Nikel & Baterai EV: Indonesia, produsen nikel terbesar dunia, berisiko kehilangan pasar jika AS membatasi impor bahan baku baterai dari China (yang mengolah nikel Indonesia). Namun, investasi smelter dalam negeri (misalnya kerja sama dengan Hyundai dan LG) bisa menjadi penopang.  

– CPO: Tarif AS dan aturan Uni Eropa (EUDR) akan mempersulit ekspor minyak sawit. Harga CPO diprediksi stagnan di $800–850/ton (dari puncak $1.268/ton pada 2022), menekan pendapatan petani dan emiten perkebunan seperti Astra Agro Lestari (AALI).  

Manufaktur  

– Tekstil: Tarif AS dapat mengalihkan pesanan ke Vietnam dan Bangladesh, yang upah buruhnya 30% lebih rendah daripada Indonesia.  

– Elektronik: Ekspor produk elektronik Indonesia ke AS (senilai $2,3 miliar pada 2023) berisiko turun 15–20% jika tarif berlaku.  

Peluang:

Seperti kata pepatah, “Orang pesimistis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan. Orang optimistis melihat peluang dalam setiap kesulitan.” Dalam hal ini, sektor otomotif dan farmasi bisa diuntungkan dari relokasi pabrik AS/Eropa keluar China (China+1), terutama dengan insentif Kawasan Industri Hijau di Kalimantan dan Jawa.  

3.Pasar Modal: Capital Flight dan Respons Investor 

Banyak kalangan memproyeksi, kebijakan Trump 2025 akan memicu aksi risk-off di pasar emerging markets.

Proyeksi dampak pada pasar modal Indonesia:  

– IHSG: Koreksi 10–15% pada H1 2025 jika investor asing menarik dana besar-besaran. Sektor komoditas (ANTM, ADRO) dan properti (BSDE, CTRA) paling rentan.  

– Nilai Tukar: Rupiah berpotensi melemah ke Rp16.800–Rp17.300/USD (asumsi The Fed mempertahankan suku bunga 5,25–5,5%).  

Baca Juga :  Indeks Nikkei Melonjak 1,21 Persen

– Imbal Hasil SUN: Yield SUN 10-tahun bisa melonjak ke 7,5–8% (dari 6,8% pada Q4 2024) akibat tekanan sell-off obligasi.  

Respons Otoritas:  

– Bank Indonesia (BI): Kenaikan suku bunga acuan 50–75 bps dan intervensi valas agresif.  

– BEI: Pelonggaran aturan pembelian saham oleh investor retail untuk meningkatkan likuiditas.  

4.Strategi Mitigasi: Dari Hilirisasi hingga Digitalisasi  

Pemerintah Indonesia diperkirakan akan mempercepat tiga langkah utama:  

  1. Hilirisasi Komoditas: Memanfaatkan UU Cipta Kerja untuk mempercepat pembangunan pabrik pengolahan nikel (misalnya di Morowali) dan biodiesel berbasis CPO.  
  2. Diversifikasi Ekspor: Memaksimalkan perjanjian dagang dengan Uni Emirat Arab (CEPA) dan Turki, serta ekspansi ke pasar Afrika.  
  3. Transformasi Digital: Alokasi Rp 120 triliun untuk digitalisasi UMKM (lewat program Pajak) guna mengurangi ketergantungan pada ekspor tradisional.  

Anggaran 2025:  

– Rp 210 triliun untuk insentif industri hijau.  

– Rp 95 triliun untuk subsidi listrik industri guna menekan biaya produksi.  

5.Proyeksi Ekonomi 2025: Pertumbuhan di Tengah Ketidakpastian  

Melansir Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 (Bank Indonesia, Juli 2024) disebutkan:

– Skenario Baseline (Pertumbuhan 5,0–5,2%): Jika tarif AS bersifat moderat dan permintaan domestik stabil, didorong konsumsi rumah tangga (55% PDB) dan investasi infrastruktur (Jokowi Phase II).  

– Skenario Negatif (Pertumbuhan 4,3–4,7%): Eskalasi perang dagang AS-China + kenaikan harga minyak ke $100/barel memicu inflasi 6–7% dan pengetatan moneter BI.  

Faktor Penentu:  

– Realisasi investasi hilirisasi (target: $35 miliar FDI di 2025).  

– Kebijakan AS terkait carbon tax (CBAM) yang berdampak pada ekspor berbasis emisi Indonesia.  

Sebelumnya, Ibrahim Assuaibi, Kepala Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyampaikan, “Tarif Trump 2025 akan menguji ketahanan neraca pembayaran Indonesia. Defisit transaksi berjalan bisa melebar ke 2,5% PDB jika ekspor komoditas terhambat.”  

Sedangkan di kesempatan terpisah, Lina Marliana, Direktur Utama PT Sinarmas Sekuritas menyampaikan, “Investor akan mencari perlindungan di saham sektor konsumsi (UNVR, ICBP) dan infrastruktur (JSMR) yang minim eksposur global.”  

Risiko  

Faktanya, kondisi yang kita hadapi kedepan akan sangat menantang, dan sangat dinamis.

Meski berharap tidak menjadi nyata, namun kebijakan tarif AS mungkin disertai sanksi sekunder terhadap perusahaan yang dianggap “berafiliasi dengan China”, termasuk yang beroperasi di Indonesia.  

Sebagai dampaknya, bisa jadi ketegangan geopolitik di Laut China Selatan dapat memperburuk sentimen pasar.  

Namun faktanya lagi, dampak tarif Trump 2025 terhadap Indonesia tidak terelakkan.

Secara keseluruhan, kebijakan tarif AS menambah ketidakpastian bagi perekonomian Indonesia.

Diperlukan strategi diplomasi yang efektif dan kebijakan domestik yang adaptif untuk memitigasi dampak negatif dan memanfaatkan peluang yang mungkin muncul dari dinamika perdagangan global ini.

Selain itu, krisis bisa menjadi katalis untuk transformasi ekonomi berbasis nilai tambah dan digitalisasi.

Kunci utamanya, terletak pada kecepatan eksekusi kebijakan dan kolaborasi pemerintah-swasta dalam membangun ketahanan struktural.

 

Penulis: Harry Tanoso, Editor in Chief Beritamu.co.id 


https://pasardana.id/news/2025/4/7/dampak-tarif-trump-2025-terhadap-ekonomi-dan-pasar-modal-indonesia-antisipasi-volatilitas-dan-peluang-transformasi/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here