ANALIS MARKET (11/3/2025): Wait and See

Beritamu.co.id – Riset harian Kiwoom Sekuritas menyebutkan, Pasar saham global anjlok pada sesi perdagangan hari Senin (03/10/25), sementara imbal hasil Treasury AS turun karena kekhawatiran investor tentang potensi perlambatan ekonomi meningkat setelah Presiden Donald Trump membiarkan kemungkinan resesi karena tarif.

MSCI Global Stock Index turun lebih dari 2%, menandai penurunan satu hari terbesar sejak Agustus, sementara Nasdaq memimpin kerugian di Wall Street, anjlok 4%, persentase kerugian terbesar sejak September.

Pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati mulai hari Minggu ketika Trump, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, membahas “masa transisi” sambil menolak untuk memprediksi apakah tarifnya terhadap Tiongkok, Kanada, dan Meksiko akan menyebabkan resesi di AS.

S&P 500 turun 2,70%, dan Dow Jones Industrial Average turun 2,08%, keduanya mencapai level penutupan terendah sejak September-November, beberapa hari sebelum Trump terpilih sebagai presiden.

Indeks VIX, yang sering disebut sebagai pengukur rasa takut Wall Street, sekarang berada pada level tertinggi sejak Federal Reserve memangkas suku bunga pada bulan Desember.

Indeks STOXX 600, yang mencakup seluruh Eropa, juga ditutup turun 1,29%.

PENDAPATAN TETAP & MATA UANG: Imbal hasil Treasury AS 10 tahun turun 9,3 basis poin menjadi 4,225%, sedangkan imbal hasil obligasi 30 tahun turun 6,9 basis poin menjadi 4,548%. Investor beralih ke mata uang safe haven, menyebabkan DOLAR AS melemah terhadap YEN JEPANG menjadi 147,29. Pasar sekarang memperkirakan peluang 50-50 untuk penurunan suku bunga pada bulan Mei.

KOMODITAS: Harga minyak turun karena ketidakpastian seputar tarif, yang membuat investor gelisah, diperparah oleh peningkatan produksi dari produsen OPEC+, meskipun sanksi potensial terhadap ekspor minyak Iran membatasi kerugian. Baik minyak mentah WTI maupun BRENT AS ditutup turun sekitar 1,5%, masing-masing pada $66,03 per barel dan $69,28 per barel. Harga emas turun karena aksi ambil untung, yang mengimbangi peningkatan permintaan untuk aset safe haven ini, yang didorong oleh ketidakpastian geopolitik, dengan perhatian juga pada data inflasi AS yang akan dirilis akhir minggu ini. Emas spot turun 0,86% menjadi $2.885,63 per ons. Tembaga turun 1,25% menjadi $9.493,00 per ton.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya kekurangan momentum yang kuat untuk menembus resistance terdekat dari moving average di 6.700, karena penjualan bersih asing mencapai Rp922 miliar (pasar RG), menyebabkan IHSG terkonsolidasi 37,8 poin atau -0,57% ke level 6.598,21, dipimpin oleh sektor Material Dasar (-3,24%), sementara sektor Teknologi tetap menjadi yang terkuat (+5,32%).

5 saham asing teratas yang paling banyak dibeli: AADI (51,7 miliar), JPFA (30,8 miliar), INDF (30,8 miliar), ICBP (15,4 miliar), & BRMS (10,2 miliar). Di sisi lain, 5 saham net sell asing teratas: BMRI (359,9 miliar), ANTM (84,3 miliar), ADRO (69,6 miliar), MDKA (56,7 miliar), BBNI (55,0 miliar).

Secara teknikal, IHSG mencapai resistance pada level jangka pendek, turun di bawah MA20. Support: 6.550 – 6.500 / 6.200 – 6.000; Resistance: 6.650 –6.700 / 7.000. 6.598.

Melihat sentimen pasar regional hari ini, analis Kiwoom Sekuritas menyarankan investor/trader untuk menunggu dan melihat (wait and see) karena IHSG kemungkinan akan menguji support di sekitar 6.500.

“Jika level ini ditembus, IHSG dapat terus turun menuju 6.200, dan berpotensi turun hingga 6.000,” sebut analis Kiwoom Sekuritas dalam riset Selasa (11/3).