Beritamu.co.id – Pada hari ini, Selasa (19/11), Deloitte merilis laporan IPO Asia Tenggara (SEA), yang menyediakan analisis pasar modal IPO SEA 2024, menyoroti tren utama dalam lanskap global dan menawarkan wawasan tentang peluang yang muncul di Asia Tenggara untuk tahun 2025.
Dalam laporannya, Deloitte mengungkapkan, bahwa selama 10,5 bulan pertama tahun 2024, pasar modal penawaran umum perdana (IPO) di Asia Tenggara mencatatkan sebanyak 122 IPO, yang berhasil mengumpulkan sekitar 3,0 miliar Dolar AS.
Meskipun jumlah IPO tetap sehat, total dana yang terkumpul merupakan yang terendah dalam sembilan tahun, mengalami penurunan dari US$5,8 miliar yang diperoleh melalui 163 IPO pada tahun 2023.
Kawasan ini mengalami penurunan aktivitas IPO dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama karena kurangnya daftar IPO besar.
Pada tahun 2024, hanya satu IPO yang mengumpulkan lebih dari US$500 juta, sementara pada tahun 2023 ada empat IPO dengan jumlah dana yang sama.
Meskipun ketidakpastian ekonomi global yang diperburuk oleh perubahan politik signifikan, yang telah menciptakan tantangan bagi pasar modal di seluruh dunia, Malaysia menjadi titik terang di Asia Tenggara.
Negara ini memimpin kawasan dalam ketiga metrik utama: jumlah IPO, total dana yang terkumpul dari IPO, dan kapitalisasi pasar IPO.
“Malaysia mencatatkan tahun rekor dengan 46 IPO yang mengumpulkan US$1,5 miliar, angka tertinggi dalam enam tahun, serta kapitalisasi pasar IPO sebesar US$6,6 miliar, yang menyumbang setengah dari total dana IPO yang terkumpul di kawasan ini tahun ini,” sebut laporan Deloitte, seperti dilansir dalam siaran pers, Selasa (19/11).
Sementara dalam hal sektor industri, Consumer serta Energy & Resources adalah dua sektor teratas yang mendominasi kawasan ini, menyumbang 52% dari total jumlah IPO dan 64% dari total dana IPO yang terkumpul.
Indonesia
Dalam laporannya, Deloitte mengungkapkan, untuk pertama kalinya dalam empat tahun, IPO Indonesia tidak masuk dalam 10 besar IPO di Asia Tenggara, disebabkan oleh pelambatan aktivitas pasar modal akibat tahun pemilu.
Disebutkan, bahwa pasar IPO Indonesia mencatatkan penurunan signifikan, dengan 39 IPO yang mengumpulkan dana sebesar US$368 juta pada tahun 2024, dibandingkan dengan 79 IPO yang mengumpulkan US$3,6 miliar sepanjang tahun 2023.
Perusahaan-perusahaan kecil meluncurkan IPO dengan target penggalangan dana yang lebih konservatif karena 2024 merupakan tahun pemilu di Indonesia, dengan ketidakpastian yang semakin diperburuk oleh tantangan pasar global.
Di antara 10 IPO teratas berdasarkan dana yang terkumpul, sembilan di antaranya berasal dari sektor Consumer dan Energy & Resources.
IPO produk konsumer menawarkan stabilitas di tengah masa ketidakpastian karena basis konsumen yang besar di negara ini.
Sektor Energy & Resources, bersama dengan industri-industri pendukungnya, terus menjadi pengaruh utama pada pasar IPO Indonesia tahun ini, meskipun jumlah pencatatan saham menurun dibandingkan dengan tahun 2023.
“Sementara pasar lokal menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan fiskal dan moneter di bawah pemerintahan yang baru, prospek ekonomi dan pertumbuhan domestik tetap positif, didorong oleh inisiatif transformasi infrastruktur dan digital yang dipimpin oleh pemerintah, basis konsumen yang besar, tren demografis yang baik, dan kelimpahan sumber daya alam. Selain itu, regulator pasar modal mengambil langkah-langkah penting untuk lebih meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar dengan harapan dapat mendorong pencatatan IPO pada 2025,” terang Jasmin Maranan, Capital Markets Advisor, Deloitte Indonesia.
Di kesempatan yang sama, TAY Hwee Ling selaku Accounting & Reporting Assurance Leader, Deloitte Southeast Asia, mengungkapkan, “Pasar IPO di Asia Tenggara menghadapi tantangan regional yang signifikan pada tahun 2024, termasuk fluktuasi mata uang, perbedaan regulasi antar pasar, dan ketegangan geopolitik yang memengaruhi perdagangan dan investasi. Tingginya suku bunga di seluruh ekonomi ASEAN semakin membatasi pinjaman korporasi, yang berdampak pada aktivitas IPO, karena banyak perusahaan memilih untuk menunda pencatatan saham publik. Selain itu, volatilitas pasar di antara mitra dagang utama mempengaruhi kepercayaan investor, sementara perbedaan persyaratan regulasi di berbagai negara Asia Tenggara menciptakan kompleksitas bagi perusahaan yang ingin melakukan pencatatan lintas batas. Perusahaan yang ingin mencatatkan saham di luar negeri harus mempertimbangkan pasar yang mewakili segmen pertumbuhan inti bagi bisnis mereka, di mana investor dapat lebih memahami dan mengevaluasi model bisnis mereka, dan di mana banyak perusahaan sejenis terdaftar. Mereka juga harus mempertimbangkan pasar mana yang memiliki keahlian analis sektor khusus untuk menarik investor di sektor mereka.”
Melihat ke masa depan pasar IPO di kawasan ini, Hwee Ling mengatakan, “Penurunan suku bunga yang diharapkan bersama dengan pelonggaran inflasi dapat menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi IPO di tahun-tahun mendatang. Basis konsumen yang kuat di Asia Tenggara, kelas menengah yang terus berkembang, serta pentingnya sektor-sektor strategis seperti properti, kesehatan, dan energi terbarukan tetap menarik bagi para investor. Seiring dengan terus mengalirnya investasi asing langsung ke kawasan ini, tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun dengan aktivitas IPO yang kembali meningkat di seluruh Asia Tenggara.”
https://pasardana.id/news/2024/11/19/deloitte-akibat-tahun-pemilu-ipo-indonesia-tidak-masuk-dalam-10-besar-ipo-di-asia-tenggara/
Beritamu.co.id - PT Prima Andalan Mandiri Tbk (IDX: MCOL) menyampaikan jadwal rencana pembagian Dividen…
Beritamu.co.id - Emiten bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan karet beserta industri penunjangnya, PT…
Beritamu.co.id - PEFINDO menetapkan peringkat idA+ dengan prospek stabil kepada PT Bank Pembangunan Daerah…
Beritamu.co.id - Sebagai perusahaan pendorong transformasi digital yang berkelanjutan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk…
Beritamu.co.id - Sugiman Halim selaku pemegang saham PT Newport Marine Services Tbk (IDX: BOAT)…
Beritamu.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore ini, Selasa (19/11/2024) berhasil…