Beritamu.co.id – Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan banyak tantangan.
Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah tingginya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, pergerakan Rupiah dalam jangka menengah masih sangat sulit untuk diprediksi, karena sangat dipengaruhi oleh isu global, bukan dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri.
“Tren pelemahan Rupiah lebih disebabkan oleh sentimen higher-for-longer suku bunga kebijakan the Fed yang kembali menyebabkan volatilitas dan ketidakpastian pasar global,” tutur dia dalama paparan media, Selasa (23/4/2024).
Ia menambahkan, sentimen global tersebut, yang juga berdampak kepada besarnya aliran modal asing keluar dari Indonesia, menyulitkan Bank Indonesia untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Namun, dia optimistis, sektor perbankan masih akan menjanjikan karena pertumbuhan kredit di sektor perbankan akan tetap tumbuh tinggi, masih akan sejalan dengan proyeksi BI yang di kisaran 10 – 12 persen.
Ia merujuk, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mulai membaik di bulan Januari dan Februari, masing-masing sebesar 5,8 persen secara tahunan dan 5,7 persen secara tahunan, setelah tiga bulan terakhir di tahun 2023 tumbuh di bawah 4 persen secara tahunan.
“Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) juga masih relatif terjaga di bawah 85%, dan dengan tingkat kredit tidak lancar (NPL) yang juga masih rendah, ruang bagi peningkatan pertumbuhan kredit juga masih terbuka,” terang Rully.
Lebih lanjut dia menuturkan, kondisi tersebut merupakan hasil dari kebijakan makroprudensial pemerintah yang pro-growth.
Pertumbuhan kredit pada bulan Januari 2024 tercatat cukup tinggi mencapai 11,8 persen secara tahunan, tertinggi pada hampir 5 tahun terakhir.
Pertumbuhan kredit pada bulan Februari 2024 sedikit lebih rendah tapi tergolong tetap tinggi, yakni sebesar 11,3 persen secara tahunan.
Adapun Gross NPL pada periode yang sama tetap rendah, yaitu 2,35 persen.
“Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dan disertai dengan likuiditas yang masih memadai, pertumbuhan kredit masih akan tetap kuat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meski di tengah berbagai tantangan di sepanjang tahun 2024 ini,” papar dia.
Namun demikian, Rully juga menilai, risiko yang harus dimitigasi ke depan agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga.
“Perbankan sepertinya memang akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit mengingat kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak COVID-19 telah berakhir per tanggal 31 Maret 2024. Saat ini Loan at Risk (LaR) perbankan masih cukup tinggi yaitu 11,56 persen per Februari 2024,” tandasnya.
https://pasardana.id/news/2024/4/23/mirae-asset-sekuritas-sulit-taksir-pergerakan-rupiah/
Beritamu.co.id - Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko menginformasikan tiket kereta api…
Beritamu.co.id - Jap Astrid Patricia selaku Komisaris PT Prima Globalindo Logistik Tbk (IDX: PPGL)…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan…
Beritamu.co.id - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) kembali hadir dalam KPR BRI Property…
Beritamu.co.id - PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group) (IDX: DOID), melalui anak…
Beritamu.co.id - PT Unilever Indonesia Tbk (IDX: UNVR) menyampaikan Laporan Informasi atau Fakta Material…