Eks Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Prof Ginandjar Kartasasmita berbicara mengenai kepentingan nasional Indonesia di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina. Ginandjar berharap perang segera diakhiri karena mengakibatkan ekonomi Indonesia tertekan.
“Kepentingan nasional Indonesia adalah agar konflik cepat berhenti dan perdamaian terwujud. Karena, perang dan sanksi-sanksi ekonomi telah menyulitkan dan menekan ekonomi Indonesia dan ASEAN khususnya,” ujar Ginandjar dalam keterangannya.
Ginandjar menjelaskan perang juga berpengaruh terhadap Presidensi Indonesia di G-20. Selain itu, konflik mengakibatkan kenaikan harga minyak, gas, hingga pupuk.
“Risiko kenaikan harga-harga pupuk, gandum jagung, minyak dan gas yang telah langsung naik tinggi akibat invasi. Rusia produsen gandum terbesar dunia bersama Ukraina (supplier 30 % gandum dunia), jagung dunia 13% dihasilkan Ukraina,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ginandjar menjelaskan agresi Rusia ke Ukraina adalah soal prinsip keanggotaan Ukraina dalam NATO, yang kemungkinannya terbuka setelah amandemen konstitusi Ukraina pada 2019. Rusia menganggap prospek keanggotaan Ukraina ke dalam NATO sebagai pelanggaran terhadap ‘garis merah’ Rusia dan ancaman terhadap keamanan Rusia. Padahal, sebagian negara-negara eks USSR sudah bergabung ke dalam NATO.
“Perang Rusia-Ukraina saat ini adalah penyelesaian sengketa model Abad 20 yang ditandai dengan dua kali Perang Dunia serta beberapa perang besar Korea, Vietnam, Afghanistan dan lain-lain. Terdapat ofensif satu negara ke negara lain dan menimbulkan korban jutaan warga sipil baik meninggal ataupun mengungsi,” papar Ginandjar.
“Padahal selama dua dasawarsa Abad 21, dunia telah semakin meng-global, baik hubungan antarnegara, kehidupan individu dan sosial, ekonomi, politik telah disatukan oleh kemajuan teknologi digital dan komunikasi yang sangat pesat. Berbagai model bisnis dan kegiatan ekonomi keuangan terinteraksi mendunia dengan berbagi aplikasi internet, sosmed dan aneka gadget. Di dunia politik, perangkat teknologi membuka pintu datangnya era ‘Demokrasi Digital’,” sambungnya.
Ginandjar menilai invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina sebagai hal mengejutkan. Hal itu, kata Ginandjar, merupakan bagian dari ‘Security Dilemma’ yang tidak lagi dapat membedakan tindakan ofensif dan defensif dalam melindungi keamanan dan kepentingan nasional masing-masing negara.
“Bagi Barat, agresi Rusia adalah langkah ofensif. Tapi bagi Rusia adalah langkah defensif terutama mencegah Ukraina melebur ke dalam NATO,” imbuh Ginandjar.
Sementara itu, Direktur PGSD Universitas Paramadina Dr Shishkha Prabawanigtyas meminta ada kebijakan yang tepat apabila kondisi yang di luar perkiraan terjadi ketika Indonesia menjadi Presidensi G20.
“Konsiderasi policy harus dipersiapkan dengan narasi yang tepat karena Rusia telah menyatakan akan hadir pada sidang G20. Indonesia jelas berada pada beberapa pilihan penyikapan. Beberapa negara besar sudah menyatakan akan memboikot pertemuan G20 di Indonesia jika Rusia diizinkan hadir,” ucap Shishkha.
Sumber : https://news.detik.com/berita/d-6009037/ginandjar-kartasasmita-konflik-rusia-ukraina-tekan-ekonomi-ri-cepat-berhenti
Beritamu.co.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Menkeu Inggris Rachel Reeves…
Beritamu.co.id- PT Bank Tabungan Negara Tbk (IDX:BBTN) meraih penghargaan bergengsi di bidang pengembangan sumber…
Beritamu.co.id - Kantor Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Jawa Barat menggelar Sarasehan Pemantauan Implementasi Pengembangan…
Beritamu.co.id - Emiten pelayaran PT Humpuss Maritim Internasional Tbk. (HUMI) melaksanakan program penanaman…
Beritamu.co.id— Sesuai Indonesia Net Zero Emission (NZE) Roadmap, PT Toyota-Astra Motor (TAM) melakukan kolaborasi dengan…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama instansi dan stakeholder terkait telah berhasil membentuk…