Beritamu.co.id, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut proyek hilirisasi batu bara di Sumatera Selatan yang baru saja diresmikan hari ini merupakan investasi terbesar kedua dari Amerika Serikat (AS), setelah PT Freeport Indonesia.
Adapun, investasi yang baru saja diresmikan di Muara Enim, Sumatera Selatan ini, berasal dari Air Products and Chemicals Inc. Proyek ini akan mendorong hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) atau gas layaknya gas LPG.
“Ini investasi cukup besar, Pak Presiden. Investasi kedua terbesar setelah Freeport untuk tahun ini,” jelasnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga hadir pada acara groundbreaking proyek hilirisasi batubara di Muara Enim, seperti yang dikutip dari YouTube Kementerian Investasi/BKPM, Senin (24/1/2022).
Bahlil menyebut realisasi dari kerja sama investasi Air Products and Chemicals, serta PT Bukit Asam dan PT Pertamina ini mencapai Rp33 triliun. Dia menyatakan bahwa pihaknya menargetkan realisasi penanaman modal ini kurang dari tiga tahun.
“Bapak Presiden, kami sampaikan bahwa realisasi investasi Rp33 triliun waktunya seharusnya 36 bulan. Tapi, kami rapat dengan dengan Air Products [and Chemicals] minta [dipercepat jadi] 30 bulan,” tuturnya.
Investasi ini juga ditargetkan bisa menghasilkan hingga 13.000 lapangan pekerjaan dari sisi konstruksi atau sisi hulu, serta 12.000 lapangan pekerjaan di sisi hilir oleh PT Pertamina. Setelah mulai berjalan, proyek gasifikasi tersebut diperkirakan bisa menciptakan 3.000 lapangan pekerjaan tetap secara langsung.
Sementara itu, proyek ini juga diperkirakan bisa melibatkan secara tidak langsung tenaga kerja seperti kontraktor dan sub-kontraktor yang berjumlah hingga 3-4 kali lipat lebih banyak dari yang sudah ada.
Bahlil lalu menegaskan 95 persen dari tenaga kerja yang dipekerjakan dalam proyek ini adalah tenaga kerja asal Indonesia. Hal itu, kata Bahlil, telah disampaikan kepada pihak Air Products and Chemicals Inc.
“Ini lapangan pekerjaannya semuanya dari Indonesia. Air Products [and Chemicals] sudah saya panggil, tenaga kerjanya 95 persen dari Indonesia. Lima persennya itu hanya di masa konstruksi. Masa produksinya, nanti akan melibatkan PT Bukit Asam dan PT Pertamina,” ujarnya.
Selain menciptakan nilai tambah komoditas, output dari proyek gasifikasi batu bara ini diharapkan mengurangi impor gas LPG. Bahlil menyebut impor gas LPG Indonesia setiap tahunnya bisa mencapai 6-7 juta ton secara rata-rata.
Oleh sebab itu, proyek hilirisasi batu bara ini ditargetkan bisa menghasilkan output Dimetil Eter (DME) 1,4 juta ton per tahunnya, atau setara dengan 1 juta ton LPG. Dengan begitu, hilirisasi bisa mendorong efisiensi belanja negara untuk subsidi sekitar Rp6 triliun sampai dengan Rp7 triliun.
“Jadi, tidak ada alasan lagi untuk kita tidak dukung hilirisasi untuk melahirkan substitusi impor,” katanya.
Bahlil menceritakan bahwa total nilai investasi yang ditandatangani antara Indonesia dan Air Products and Chemicals Inc adalah senilai US$15 miliar atau Rp210 triliun. Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua pihak ditandatangani saat lawatan sejumlah pejabat pemerintahan ke Uni Emirat Arab, November 2021 lalu.
.
. :
.
Beritamu.co.id . Follow sosial media kami
.
sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20220124/9/1492658/proyek-hilirisasi-batu-bara-di-muara-enim-jadi-investasi-terbesar-kedua-as-selain-freeport
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…