Categories: Berita Pilihan

Mata uang Asia melemah awal pekan, namun yuan menguat atas dolar

Bengaluru (Beritamu.co.id) – Sejumlah mata uang negara berkembang Asia tetap lemah pada Senin, karena meningkatnya kecemasan atas melonjaknya infeksi COVID-19 di Eropa dan komentar hawkish dari beberapa gubernur bank sentral AS membebani sentimen, meskipun penguatan yuan membantu menstabilkan mata uang regional.

Pada perdagangan sore pukul 06.38 GMT, baht Thailand melemah 0,4 persen, sedangkan peso Filipina dan rupiah Indonesia masing-masing turun 0,3 persen dan 0,1 persen.

Pejabat Federal Reserve (Fed) Richard Clarida dan Christopher Waller pada Jumat (19/11/2021) menyatakan bahwa langkah yang lebih cepat dari pengurangan stimulus mungkin tepat, mendorong greenback lebih tinggi, tetapi kekuatan mata uang yuan mendukung sentimen regional.

“Aksi harga dolar AS yang lebih kuat pada pagi ini telah mereda karena penguatan renminbi lagi,” kata Kepala Strategi Valas Asia RBC Capital Markets, Alvin Tan.

“Ketahanan renminbi memang telah membantu menopang kompleks mata uang Asia dalam menghadapi pertarungan terbaru dari kekuatan dolar AS.”

Saham-saham di wilayah yang lebih luas tidak memiliki arah, karena kembalinya pembatasan COVID-19 di Eropa membuat investor waspada.

“Ketakutan akan gelombang keempat di Eropa yang mengikis pemulihan global telah memainkan peran mereka dalam suasana hati-hati di Asia hari ini,” kata Analis Pasar Senior OANDA untuk Asia Pasifik, Jeffrey Halley.

Saham di Seoul naik 1,4 persen mencapai level tertinggi hampir tiga minggu, karena saham kelas berat chip di negara itu mengikuti rekan-rekan mereka di AS lebih tinggi.

Related Post

Sementara itu, data agen bea cukai dari Korea Selatan menunjukkan ekspor negara itu untuk 20 hari pertama November melonjak 27,6 persen, diuntungkan dari peningkatan penjualan yang berkelanjutan dalam produk semikonduktor dan minyak bumi.

Saham-saham di China juga naik, karena analis menandai peluang pelonggaran kebijakan dari laporan kebijakan moneter bank sentral.

Bank sentral China pada Jumat (19/11/2021) mengatakan akan menjaga kebijakan moneter yang hati-hati, “fleksibel dan tepat sasaran” serta mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pengendalian risiko.

Saham India merosot 1,4 persen mencapai level terendah delapan minggu, karena saham kelas berat Reliance Industries memimpin saham energi lebih rendah dan kembalinya pembatasan COVID-19 di Eropa membebani sentimen investor.

Saham-saham di Jakarta juga sedikit melemah 0,1 persen, mundur dari rekor tertinggi pada Jumat (19/11/2021).

 

Berita ini sudah di terbitkan oleh di (https://www.antaranews.com/berita/2538737/mata-uang-asia-melemah-awal-pekan-namun-yuan-menguat-atas-dolar)

Chavied Mardi

Wisata Blogger yang menyenangkan

Recent Posts

Sepekan Perdagangan, Kapitalisasi Pasar BEI Meningkat 0,29% menjadi Rp11.865 Triliun

Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan pada periode…

13 hours ago

Kembangkan Beton Hijau di Pesisir dan Laut, SIG Gandeng BRIN

Beritamu.co.id - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (IDX: SMGR) atau SIG menjalin kerja sama dengan…

20 hours ago

RDK Bulanan OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan pada bulan April 2025 Tetap Terjaga di Tengah Meningkatnya Dinamika Global

Beritamu.co.id - Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 April 2025…

20 hours ago

Yacobus Jemmy Hartanto Kembali Tambah Porsi Kepemilikan Sahamnya di OMED

Beritamu.co.id - Yacobus Jemmy Hartanto selaku Komisaris dan juga Pengendali PT Jayamas Medica Industri Tbk (IDX: OMED) telah melakukan transaksi Pembelian…

21 hours ago

Ditutup ke Level 6.832, IHSG Akhir Pekan Menguat 0,07 Persen

Beritamu.co.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore akhir pekan ini, Jumat…

22 hours ago

BTN Akan Buka 27 Gerai Baru

Beritamu.co.id– PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (IDX:BBTN) terus melakukan penataan jaringan kantor sebagai…

22 hours ago