Beritamu.co.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pelaku pasar dan investor tampaknya kecewa dengan sikap dari Bank Sentral Inggris.
Meskipun demikian, kami bisa memahami kekecewaannya. Ditengah inflasi yang terus mengalami kenaikkan, yang dimana ditopang oleh terhambatnya pasokan, Bank Sentral Inggris justru bersikap dingin terhadap inflasi.
Berbeda dengan Powell dan The Fed yang mulai mengubah tatanan bahasa mengenai inflasi, Bailey Gubernur Bank Sentral Inggris justru masih mengatakan bahwa inflasi masih bersifat sementara.
Oleh sebab itu, tingkat suku bunga dipertahankan di tempat yang sama seperti sebelumnya, bahkan tatkala pelaku pasar dan investor mengatakan bahwa tingkat suku bunga harus dinaikkan.
Alhasil, kami melihat bahwa tingkat suku bunga Bank Sentral Inggris berpotensi mengalami kenaikkan pada akhir tahun 2021 atau awal tahun 2022 mendatang. Ditengah situasi dan kondisi seperti itu, pelaku pasar dan investor tengah terfokus dengan rencana penutupan akhir tahun, dimana strategi front loading untuk portfolio sedang berada di dalam pertimbangan.
Dengan asumsi inflasi global seperti sekarang ini termasuk asumsi RAPBN 2022 mendatang dimana imbal hasil SUN mengalami kenaikkan, tentu saja hal ini memberikan indikasi bahwa harga akan mengalami penurunan pada tahun depan.
Tentu kita semua menginginkan melakukan pembelian obligasi ketika harga mengalami penurunan, dan hal itu akan terjadi pada pasar obligasi tahun depan.
Apalagi tingkat suku bunga Bank Indonesia juga diprediksi akan naik 2x pada tahun 2022 mendatang, sebagai bagian dari antisipasi kenaikkan tingkat suku bunga The Fed.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan rentang pergerakan 30 – 65 bps. Kami merekomendasikan wait and see,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Jumat (05/11/2021).
Adapun cerita hari ini akan kita awali dari;
1.TERNYATA KECUT!
Walah pemirsa, ternyata eh ternyata, pada pertemuan Bank Sentral Inggris yang terjadi kemarin, tidak disangka tak dinyana, ternyata Bank Sentral Inggris memutuskan untuk melawan ekspektasi pasar dengan mempertahankan tingkat suku bunganya lho. Hal ini justru semakin mempertaruhkan kredibilitas Bank Sentral Inggris, karena lebih memilih memprioritaskan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi yang sedang terjadi daripada inflasi itu sendiri. Gubernur Bank Sentral Inggris, Andrew Bailey lebih memilih dengan score 7 – 2 untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 0.1%. Hal ini mengejutkan, karena inflasi Inggris sendiri tengah berada di atas 3% atau lebih tepatnya 3.1%, bahkan inflasi intipun hampir mencapai 3% atau 2.9%. Sontak tentu saja keputusan Bank Sentral mengejutkan para pelaku pasar dan investor yang dimana mereka bertaruh bagi Bank Sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga. Bailey sendiri mengatakan bahwa kenaikkan inflasi berarti biaya pinjaman akan mengalami peningkatan dalam beberapa bulan mendatang, dan disaat itulah ekspektasi pasar mulai untuk melakukan pengetatan yang lebih aggresif. Dirinya mempertahankan keputusannya, begitupun dengan Powell, Bailey merasa pasar tenaga kerja harus pulih terlebih dahulu. Padahal termasuk kami, semua sudah memprediksi bahwa Inggris akan menjadi Bank Sentral terbesar pertama yang akan menaikkan tingkat suku bunganya pada minggu ini, karena inflasi yang sudah konsisten sama seperti The Fed berada di atas 2%. Namun kami tetap memiliki harapan bahwa tingkat suku bunga berpotensi mengalami kenaikkan, setidaknya 15 – 25 bps pada akhir tahun atau awal tahun 2022 mendatang. Tahun depan, mungkin terlihat Bank Sentral Inggris untuk memiliki rencana menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 1 atau 2x, dan besar kemungkinan akan terjadi pada Q1 2022 atau Q3 2022. Sejauh ini kami melihat Bank Sentral Inggris tidak terburu buru untuk menaikkan tingkat suku bunga, menurut Bailey dirinya khawatir bahwa apabila dirinya menaikkan tingkat suku bunga, maka pertumbuhan ekonomi akan melambat dan berada di bawah target yang sudah diproyeksikan sebelumnya. Bailey sendiri mengatakan bahwa dirinya justru bingung dengan apa yang diinginkan oleh pelaku pasar dan investor. Karena menurut Bailey saat ini belum saat yang tepat untuk menaikkan tingkat suku bunga. Bailey masih yakin, bahwa inflasi akan turun dalam jauh dibawah target apabila harga energi dapat turun kembali pada pertengahan tahun depan, setidaknya begitu harapan Bailey. Sejauh ini kami melihat bahwa apabila pada Q1 2022 krisis energi bisa dikendalikan, kami yakin komoditas akan mulai mengalami penurunan, oleh sebab itu nikmati selagi bisa ya pemirsa. Namun apabila pada Q1 2022 krisis energi tidak bisa di kendalikan, maka harga komoditas akan rally hingga Q2 2022 mendatang. Keputusan Bailey untuk menahan tingkat suku bunga juga mengundang berbagai pertanyaan mengenai bagaimana Bank Sentral berkomunikasi, sehingga dapat memicu pandangan terkait dengan sosok Bailey dengan pendahulunya yang sama juga tidak bisa diandalkan oleh anggota parlement Inggris. Meskipun sebetulnya Bailey menepis padangan tersebut dengan mengatakan bahwa dirinya juga tidak pernah berjanji untuk bertindak berdasarkan data tertentu. Pejabat Bank Sentral Inggris sendiri memberikan indikasi bahwa ada rasa khawatir yang kian meningkat mengenai prospek pertumbuhan, karena adanya tanda tanda konsumsi mengalami pelemahan karena adanya gangguan dari sisi pasokan yang mengakibatkan naiknya harga minyak, gas, dan listrik. Perekonomian diperkirakan tidak akan mampu pulih ke tahap pra-corona virus terjadi hingga 3 bulan pertama hingga tahun depan, hal ini yang terlihat bahwa pemulihan akan menjadi jauh lebih lambat daripada yang diperkirakan. Bank Sentral Inggris sendiri memangkas pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 mendatang dari sebelumnya 6% menjadi 5%, dan akan kembali turun lebih cepat pada tahun 2023 menjadi 1.5% dan turun kembali pada tahun 2024 menjadi 1%. Prospek inflasi secara jangka pendek akan menjadi lebih buruk, dengan kenaikkan harga diperkirakan akan naik menjadi 5% pada tahun 2022 mendatang, yang dimana hal tersebut akan menjadikan kenaikkan tertinggi sejak 2011, meskipun setelah 2022 penurunan akan kembali terjadi. Oh ya, tadi ada perbandingkan 7 – 2, 2 orang yang mendukung kenaikkan tersebut adalah Dave Ramsden dan Michael Saunders yang mengatakan untuk menaikkan tingkat suku bunga, karena menurut mereka inflasi berpotensi mengalami kenaikkan dalam beberapa tahun ke depan. Dan untuk mencegah inflasi tersebut tingkat suku bunga diharapkan dapat mengalami kenaikkan. Well, meskipun tidak sesuai harapan, namun kami melihat bahwa Bank Sentral Inggris sebetulnya juga ragu untuk menaikkan tingkat suku bunga, karena belum begitu yakin bahwa inflasi akan konsisten berada di atas 2%. Sama seperti yang lainnya, Bank Sentral Inggris menyakini bahwa ketinggian inflasi akan sementara dan semua akan kembali seperti normal. Ditengah kekecewaan Inggris pemirsa, ada kabar baik datang dari China lho. Mereka akhirnya terbuka untuk melakukan negosiasi mengenai subsidiari terhadap perusahaan industrinya serta perusahaan milik negara yang mereka miliki terhadap point point utama dari ketegangannya terhadap Amerika. China akan mencoba untuk mengambil sikap aktif dan terbuka untuk membicarakan isu isu perekonomian digital, perdagangan dan lingkungan. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Xi lho pada saat pembukaan China International Import Expo. Amerika sendiri sudah cukup lama khawatir terkait dengan structure ekonomi dan perusahaan subsidiary yang dikendalikan oleh China, sehingga Amerika menyebutkan praktif non-pasar yang tidak adil. Xi juga membahas mengenai kebijakan untuk memperluas impor yang diinginkan oleh China antara lain; 1. Membangun zona percontohan baru untuk fasilitas impor. 2. Meningkatkan impor dari negara tetangga. 3. Memperpendek daftar negative investasi bagi modal asing, memperluas komunikasi, dan meningkatkan pelayanan kesehatan serta jasa lainnya secara tertib. 3. Merevisi dan memperluas katalog industry dimana investasi asing didorong untuk berkembang. 4. Menerbitan daftar negative investasi untuk perdangan jasa di Zona Perdagangan bebas. Para pemimpin China juga menyampaikan bahwa mereka berkomitment untuk menunjukkan keterbukaan dan menjaga tatanan perdagangan gobal. Sebagai penutup, Xi menyampaikan bahwa dalam 20 tahun terakhir, China telah memperdalam reformasi and melakukan keterbukaan. China merebut peluang dan bangkit menghadapi tantangan. Oleh sebab itu, China juga akan meningkatkan tanggung jawabnya dan memberikan manfaat bagi seluruh dunia. Well, semoga saja pertemuan Xi dan Biden tidak akan lama lagi, sehingga memberikan ketenangan dan meredakan volatilitas pasar, serta mendukung pertumbuhan dan meningkatkan akselerasi pemulihan ekonomi global.
https://pasardana.id/news/2021/11/5/analis-market-05112021-pasar-obligasi-berpotensi-bergerak-variatif-aksi-wait-and-see-direkomendasikan/
Beritamu.co.id - Broker yang menjadi bagian dari Doo Group, Doo Financial, berekspansi ke Indonesia…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pertemuan bilateral dengan Financial Supervisory Service (FSS)…
Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…
Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…
Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…