Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum mampu memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa di pekan ini, padahal sudah sangat dekat. Untuk diketahui rekor tertinggi sepanjang masa 6.693,466 yang dicapai pada 20 Februari 2018, bukanya dipecahkan IHSG justru jeblok.
IHSG sempat mendekati level tersebut, bahkan sejak pekan lalu, tetapi selalu berbalik merosot hingga ke kisaran 6.500. Pelemahan tersebut berhasil dipangkas setelah IHSG menguat lebih dari 1% Jumat kemarin.
Dalam sepekan, IHSG tercatat melemah 0,79% ke 6.591,346. Investor asing masih melakukan aksi beli bersih di pekan ini tetapi jauh lebih kecil dari dua pekan lalu. Data pasar mencatat net buy sepakan ini sebesar Rp 743 miliar di pasar reguler. Sementara pekan lalu tercatat sebesar Rp 4,89 triliun dan dua pekan lalu Rp 5,15 triliun.
Sentimen negatif datang dari China di pekan ini. Satu lagi perusahaan properti kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.
Reuters mengabarkan bahwa emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China.
Pekan lalu Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.
Selain itu, isu kenaikan suku bunga juga menjadi perhatian. Sejak pekan lalu, ada dua negara emerging market yang menaikkan suku bunga secara agresif akibat tingginya inflasi.
Pada Jumat (22/10) bank sentral Rusia menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 7,5%. Dengan kenaikan tersebut, bank sentral Rusia sudah menaikkan suku bunga 5 kali beruntun, dengan total 325 basis poin.
Kemudian bank sentral Brasil Kamis kemarin menaikkan suku bunga sebesar 150 basis poin menjadi 7,75%, dan sudah 6 kali beruntun menaikkan suku bunga dengan total 475 basis poin.
Tingginya inflasi menjadi penyebab agresifnya bank sentral tersebut menaikan suku bunga. Pada tahun depan, kenaikan suku bunga diperkirakan akan lebih banyak terjadi.
Hasil survei Reuters terhadap para ekonom menunjukkan di tahun depan akan semakin banyak bank sentral yang menaikkan suku bunga. Sebanyak 500 ekonom berpartisipasi dalam survei ini, dan hasilnya sebanyak 13 dari 25 bank sentral dunia diperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya 1 kali di tahun depan.
Namun, kenaikan suku bunga tersebut bisa membuat roda bisnis melambat, sehingga pemulihan ekonomi menjadi terancam.
Sekitar seperempat dari 171 ekonom yang merespon survei Reuters terkait risiko yang dihadapi perekonomian global menyatakan salah satu yang terbesar dan bisa menimbulkan pelambatan yakni bank sentral yang terlalu cepat mengurangi stimulus moneter.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Rencananya Mau Cetak Rekor, IHSG Malah Ambrol Pekan Ini, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211030130130-17-287714/rencananya-mau-cetak-rekor-ihsg-malah-ambrol-pekan-ini
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…
Beritamu.co.id – Gerakan pelestarian lingkungan kini semakin masif digalakkan oleh seluruh sektor industri, tak…