Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar modal kompak berada dalam tekanan di tengah kabar buruk terkait peningkatan kasus Covid-19 di Eropa dan China. Hari ini, bayang-bayang koreksi masih mengintai.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,82% atau 54,7 poin ke level 6.602,21 di akhir perdagangan Rabu (27/10/2021). Hampir semua indeks mengalami pelemahan, kecuali indeks saham sektor kesehatan dan material dasar.
Indeks sektoral keuangan yang bobotnya paling besar terhadap indeks juga ambles, sebesar 1%, seiring dengan koreksi harga saham bank kakap. Sebanyak 334 saham tertekan, 193 lain menguat, dan hanya 137 yang berakhir flat.
Namun di tengah koreksi demikian, investor asing justru memanfaatkan kesempatan untuk memborong saham, sehingga mereka mencetak pembelian bersih (net buy) di pasar reguler senilai Rp 151,56 miliar.
Koreksi IHSG seiring dengan pelemahan mayoritas bursa utama Asia yang ditutup berjatuhan, diperberat oleh sentimen buruk dari berlanjutnya krisis likuiditas perusahaan properti China dan kenaikan kasus Covid-19 di Negeri Panda tersebut.
Indeks Nikkei Jepang turun 0,03% ke 29.098,24, Hang Seng Hong Kong ambles 1,57% ke 25.628,74, Shanghai Composite China merosot 0,98% ke 3.562,31, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,77% ke 3.025,49.
Di pasar uang, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.184 atau melemah 0,13% dibandingkan hari sebelumnya.
Di pasar spot, US$ 1 dibanderol Rp 14.170 kala penutupan perdagangan alias terdepresiasi 0,14%. Sebagian besar mata uang utama Asia juga tidak bisa berbuat banyak di hadapan dolar AS.
Sementara itu, imbal hasil (yield) mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) juga melemah, yang mengindikasikan investor memilih memburu aset aman tersebut ketimbang memutar dananya di pasar saham.
Hanya tiga jenis SBN yang dilepas investor, yakni obligasi pemerintah tenor 1, 5, dan 25 tahun. Menurut data Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun menguat 6 basis poin (bp) ke 3,374%, yield SBN bertenor 5 tahun naik 1,6 bp ke 4,862%, dan yield SBN 25 tahun naik 1,4 bp ke 7,22%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan di pasar turun tipis 0,1 bp ke 6,153%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang menguat, demikian juga sebaliknya. Satu basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Demikian berita mengenai Wall Street Ambrol Jelang Rilis PDB, IHSG Dibayangi Koreksi!, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211028051728-17-287093/wall-street-ambrol-jelang-rilis-pdb-ihsg-dibayangi-koreksi
Beritamu.co.id – Sinar Mas Land melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV) sukses…
Beritamu.co.id – Harga Bitcoin terus melambung melewati level USD 93,000, dengan kapitalisasi pasar menembus…
Beritamu.co.id - PT Digital Mediatama Maxima Tbk (IDX: DMMX) dengan bangga memperkenalkan solusi ritel…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…