Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, ternyata bukan hanya Bank Sentral Korea Selatan saja yang tengah bersiap untuk menaikkan tingkat suku bunganya.
Brazil, yang termasuk ke dalam 10 negara rapuh dalam menghadapi Taper Tantrum bersama Indonesia didalam 10 negara tersebut, berniat untuk menaikkan tingkat suku bunganya hingga 100 bps hingga 150 bps atau 1% hingga 1.5% pada pertemuan Bank Sentral Brazil pekan depan.
Tentu saja hal ini memberikan sebuah lompatan terbesar bagi Bank Sentral Brazil sejak tahun 2002 silam.
Inflasi yang bergerak liar hingga 10%, membuat Bank Sentral Brazil mau tidak mau harus berjibaku dengan situasi dan kondisi yang ada. Apalagi ditengah inflasi yang bergerak menguat, pemerintah Brazil masih harus mengeluarkan stimulus yang dimana hal ini diperkirakan akan menambah dorongan terhadap inflasi.
Pada akhirnya, inflasi dan pengetatan kebijakan moneter sesuatu yang pada akhirnya menjadi momok menakutkan cepat atau lambat, hal ini pula yang membuat pasar saham dan obligasi kembali berguguran kemarin.
Inflasi yang dikhawatirkan tidak bisa dikendalikan, akan memaksa Bank Sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga, sehingga hal ini akan menyebabkan kenaikkan tingkat suku bunga yang tidak merata, dengan pemulihan ekonomi yang tidak bisa dipastikan hampir di setiap negaranya. Sehingga arus capital inflow dan outflow akan lebih ketara nantinya, tatkala negara negara yang sudah pulih dari perekonomiannya, berkesempatan untuk menaikkan tingkat suku bunganya, sehingga mendorong capital outflow dari Emerging Market.
Menyulitkan memang, namun kami percaya, Indonesia sendiri masih berada dalam tahap yang lebih kuat dari kejadian 2013 silam.
“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Ingat loh, titah imbal hasil obligasi 10y itu adalah tidak boleh lebih rendah dari 6%, sehingga tentu saja hal ini akan memaksa pasar obligasi untuk melemah secara harga. Kami merekomendasikan jual,” beber analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Kamis (28/10/2021).
Adapun cerita di hari ini akan kita awali dari;
1.KICK AND RUSH
Setelah sebelumnya pelaku pasar dan investor cemas terkait dengan perkembangan inflasi dan kebijakan moneter yang lebih ketat akan diberlakukan, meskipun sebetulnya kecemasan tersebut tidak bisa kita tidak katakan tanpa alasan, muncul angin baru berhembus dari Inggris yang dimana mereka sudah menyiapkan stimulus yang dapat mendorong perekonomiannya. Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak telah menyiapkan anggaran sebesar 75 miliar pound atau $103 miliar untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Tidak hanya itu saja loh, Sunak juga memangkas pajak untuk bar dan restaurant, memotong bea alcohol dan memberikan lebih banyak pendapatan terhadap keluarga yang kurang mampu. Sunak juga mengalokasikan miliar pound untuk infrastructure, pendidikan, dan ketrampilan pekerja yang dimana itu artinya akan meningkatkan anggaran dari setiap department yang ada dalam pemerintahan. Anggaran tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya, yang dimana pada akhirnya Inggris mendorong pengeluarannya untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, yang menurut kami memang harus dilakukan oleh Inggris. Pelaku pasar dan investor terus menduga dan memberikan ramalan terkait dengan kebijakan moneter yang diperkirakan akan diperketat oleh Bank Sentral Inggris, yang dimana ada potensi untuk dinaikkan sebesar 15 bps pada pertemuan minggu depan. Meskipun secara proyeksi, Bank Sentral Inggris masih akan menahan 1x lagi pertemuan untuk tidak menaikkan tingkat suku bunga. Well, situasi dan kondisi semakin seru pemirsa, karena ini tidak hanya memperlihatkan sejauh mana Bank Sentral Inggris siap untuk menaikkan tingkat suku bunganya, namun juga lebih kepada stimulus yang dipersiapkan untuk mendorong akselerasi pemulihan. Stimulus yang akan diberikan tersebut diperkirakan akan mendorong inflasi di Inggris untuk mengalami kenaikkan dan akan menambah tekanan pada pertemuan Bank Sentral Inggris pekan depan. Meskipun memang kalau kita melihat kenyataannya pemirsa, stimulus yang diberikan juga sebetulnya masih kurang, namun lebih baik daripada tidak sama sekali bukan? Inflasi diperkirakan akan berada pada 4.4% tahun depan, dimana hal tersebut lebih tinggi daripada proyeksi Bank Sentral Inggris. Gubernur Bank Sentral Inggris sendiri mengatakan para pembuat kebijakan harus bertindak untuk menahan dorongan akan inflasi, sehingga hal ini membuat pelaku pasar dan investor akan mengantisipasi inflasi yang kemungkinan akan terjadi hingga akhir tahun ini. OBR berjanji bahwa peningkatan pengeluaran akan diperuntukkan untuk berinvestasi, dan tidak hanya itu saja Sunak juga berjanji untuk menyeimbangkan anggaran saat ini, dan apabila berhutang, Sunak akan membuat hutang paling panjang maksimal 3 tahun saja, dengan kupon terkecil. Kenaikkan pajak perusahaan dan Asuransi Nasional yang sebelumnya disampaikan, akan mendorong beban pajak mengalami kenaikkan, namun juga menambah uang yang semakin banyak untuk dibelanjakan. Berbicara terkait dengan tingkat suku bunga pemirsa, Bank Sentral Brazil tampaknya juga siap untuk merencanakan kenaikkan tingkat suku bunga terbesar dalam kurun waktu hampir 2 dekade, karena pengeluaran public terus meningkat sehingga menaikkan tingkat risiko. Hampir sebagian besar analis mengatakan bahwa harus ada kebijakan yang mengetatkan kebijakan moneter dengan tingkat aggressive. Bank Sentral Brazil memiliki alasan kenapa mereka menjadi lebih hawkish, pasalnya pemerintah sendiri akan mulai mengabaikan peraturan mengenai penambahan stimulus yang akan diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu menjelang pemilu tahun depan. Hal ini tentu saja memberikan guncangan kepada pelaku pasar dan investor karena akan mendorong inflasi mengalami kenaikkan yang dimana sebelumnya inflasi sudah tertekan karena biaya makanan, listrik, dan bahan bakar yang lebih tinggi. Secara proyeksi, tingkat suku bunga Brazil diperkirakan akan mengalami kenaikkan dari 6.25% menjadi 7.75% atau naik sebanyak 150bps, sebuah kenaikkan tertinggi ditengah situasi dan kondisi seperti saat ini. Namun mengingat inflasi yang begitu liar, banyak yang memproyeksikan bahwa kenaikkan tingkat suku bunga meskipun sudah sebanyak itu, masih kurang untuk mengantisipasi inflasi yang bergerak mengalami kenaikkan hingga 10% per tahun. Kalau kita menengok kebelakang, kenaikkan tingkat suku bunga hampir sebanyak 100 bps itu hanya terjadi pada tahun 2002 ketika ada pengambilalihan kursi kepresidenan. Namun tampaknya, kenaikkan 150 bps tersebut masih terlihat kurang pemirsa, oleh sebab itu ada proyeksi bahwa akan ada kenaikkan hingga 100 bps lagi untuk menjaga inflasi untuk tetap terkendali pada tahun depan. Pelaku pasar dan investor akan tertuju terhadap pertemuan Bank Sentral Brazil pekan depan, dimana mereka ingin melihat bagaimana peluang dan prospek fiscal di Brazil. Kalau tingkat suku bunga Brazil sudah to the moon terlebih dahulu bahkan sebelum The Fed menaikkan tingkat suku bunga, bagaimana kabarnya nanti ya pemirsa, tatkala The Fed dan berbagai Bank Sentral dunia lainnya menaikkan tingkat suku bunga? Apakah Brazil sudah dalam posisi yang lebih nyaman? Ataukah justru tingkat suku bunga akan naik lebih tinggi kembali. Yuk kita nantikan bersama nantinya.
https://pasardana.id/news/2021/10/28/analis-market-28102021-pasar-obligasi-berpotensi-melemah-terbatas/
Beritamu.co.id - Riset harian MNC Sekuritas menyebutkan, diperdagangan kemarin (25/11), secara teknikal, IHSG kembali…
Beritamu.co.id - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P. Roeslani,…
Beritamu.co.id - Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko menginformasikan tiket kereta api…
Beritamu.co.id - Jap Astrid Patricia selaku Komisaris PT Prima Globalindo Logistik Tbk (IDX: PPGL)…
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan…
Beritamu.co.id - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) kembali hadir dalam KPR BRI Property…