Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah bergerak fluktuatif melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (26/10), meski sukses mencatat penguatan tipis 0,04% di Rp 14.150/US$.
Pergerakan tersebut mengindikasikan pelaku pasar masih wait and see, dan masih akan berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (27/10).
Penyebabnya, pekan depan ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter. The Fed diperkirakan akan mengumumkan kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset akan dilakukan.
Sebelum pengumuman tersebut, di pekan ini pasar akan melihat data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) Kamis besok. Hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) AS “hanya” tumbuh 2,8% di kuartal III-2021, melambat dari sebelumnya 6,7%.
“Pasar sedang berhenti sejenak saat ini,” kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com.
Sementara itu indeks dolar AS kembali menguat 0,16% ke 93,966 pada perdagangan Selasa. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah menguat dua hari beruntun, dan jika melihat ke belakangan setiap menyentuh pertengahan 93, selalu berbalik menguat.
“Indeks dolar AS mendapat tenaga di pertengahan level 93, dan fokus saat ini tertuju pada pertumbuhan ekonomi AS,” kata analis dari Westpac, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (26/10).
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sebab rupiah menguat tipis kemarin. Rupiah masih berada di gelombang (wave) ke-empat dari Elliott Wave terus melemah, yang merupakan fase koreksi, sebelum membentuk wave 5 yang merupakan berlanjutnya tren penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.
Rupiah sebelumnya mencapai puncak wave 3 terlihat dari pola Doji yang dibentuk pada Jumat (15/10). Secara psikologis, Doji menjadi indikasi pelaku pasar sedang bingung menentukan arah, apakah lanjut menguat, atau terkoreksi.
Selain itu indikator stochastic pada grafik harian sebelumnya juga berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mengalami oversold, maka harga berpotensi bergerak naik, artinya rupiah mengalami pelemahan. Rupiah sudah keluar dari oversold dan Stochastic bergerak naik.
Rupiah kini sudah berada di atas Rp 14.150/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 23,6% yang ditarik pada wave ke 3. Area ini sebelumnya menjadi resisten terdekat. Artinya jika bertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.185/US$ yang kemarin sudah sempat disentuh.
Risiko koreksi wave 4 bisa mencapai Rp 14.250/US$ (Fib. Retracement 50%) di pekan ini.
Namun, jika kembali bawah Fib. Retracement 23,6%, rupiah berpeluang menguat hari ini, dengan target ke area Rp 14.070/US$ menjadi support terdekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Demikian berita mengenai Angin Belum Memihak, Rupiah Masih Sulit Menguat, ikuti terus update berita dari kami
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20211026172129-17-286743/angin-belum-memihak-rupiah-masih-sulit-menguat
Beritamu.co.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga posisi September 2024, penyaluran kredit UMKM…
Beritamu.co.id – Hingga Jumat (15/11/2024) sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung…
Beritamu.co.id – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keberlanjutan dan…
Beritamu.co.id – Sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan investor saham syariah serta memberikan apresiasi kepada stakeholders…
Beritamu.co.id - Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan perdagangan pada…
Beritamu.co.id – Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat yang terdiri dari Kementerian Koordinator…